Masih inget 'kan fenomena Blood Moon beberapa hari yang lalu?? Nah, gara-gara tuh bulan yang warnanya merah kayak darah, nih FF muncul tiba-tiba aja. Udah mah bikinnya pas lagi galau, jadi harap maklum kalo nih FF jauh dari kata so suiiiiit ya (-_-) Oh iya, FF ini juga itung-itung buat penambal FROM 2034 yang ga dilanjutin update-nya. Kenapa? Karena tuh FF udah aku ajuin ke penerbit setelah direvisi. Jadi mianhae kalo buat yg selama ini ngikutin atau yang pernah baca. Nikmatin aja FF rada aneh ini kalo pengen mengenanag sosok Blackhunt, ga jauh beda lah, Lee Minho berasal dari makhluk luar bumi pokoknya.
Author : Covi Kim a.k.a Evilia
Cover by: MrsKim88_
Title: The Man from Blood Moon
Cast: Lee Minho, Seo Hyena, Song Jaerim, Kim Shi Kyung, etc.
Genre: Fantasy, Sad, Romance
Rated: 17+
Length: Oneshot
Minho’s
POV
Mataku pedih, kurasa planet ini terlalu
gemerlap. Dari beberapa menit yang lalu kutahan air mata yang siap mengalir
dari kedua mataku. Aku tidak menangis, air mata ini keluar karena dunia yang
kupijak sekarang terlalu berkilau. Mereka bilang bahwa manusia bumi adalah makhluk cerdas yang tak begitu baik dalam mengembangkan kemampuan, tapi kenapa pembangunan di planet ini sungguh luar
biasa? Meski di tempatku sudah menciptakan berbagai mesin yang mengagumkan,
malam akan terasa sangat sunyi, tidak ada penampakan lampu-lampu berwarna seperti
di bumi. Bangsaku hanya fokus pada pengerjaan mesin-mesin di bawah permukaan
yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, bukan menciptakan
gedung-gedung dengan lampu yang berpijar bergitu banyak.
Mungkin ada pertanyaan yang muncul.
Kenapa aku ada di tempat yang jauh dari tempat asalku? Aku berasal dari sebuah
benda langit yang sudah tak asing lagi bagi bumi, aku berasal dari bulan. Ya,
bulan yang merupakan satelit bumi. Mungkinkah ada kehidupan di bulan? Tentu
ada, buktinya adalah keberadaanku ini. Tapi kenapa para penjelajah ruang
angkasa dari bumi tidak menemukan apapun di bulan? Hanya permukaan yang tak
datar dan sangat gersang, tanpa oksigen dan tanpa air, hanya itu yang mereka
katakan. Keberadaanku, tepatnya keberadaan kami di permukaan bulan hanya muncul
saat gerhana bulan penuh terjadi. Dan keberadaanku di bumi kali ini muncul dari
gerhana bulan penuh yang sangat langka terjadi. Tentu banyak orang yang tau
tentang munculnya gerhana bulan merah darah atau kebanyakan orang menyebutnya sebagai
Blood Moon yang hanya terjadi lebih
dari satu abad sekali. Bulan akan tampak seperti bola merah menggantung indah di
langit malam. Pada saat itu beberapa dari kami naik ke permukaan bulan, lalu
terbang menggunakan pesawat luar angkasa ke berbagai planet untuk melakukan
penelitian yang tak lebih dari satu jam. Meski kami bisa melakukan penjelajahan
setiap gerhana bulan terjadi, kami tidak sesering itu melakukan penjelajahan ke
planet lain, hanya pada saat yang benar-benar dibutuhkan kami akan menjelajah
ke berbagai planet. Sebelumnya kami berada di dalam perut bulan, hidup bahagia
di dalam sana. Dan pada saat Blood Moon yang langka itu terjadi, kami
memutuskan untuk kembali melakukan penjelajahan.
Seoul,
4 April, 2015
Aku bingung dengan apa yang harus
kulakukan pertama kali. Beberapa waktu yang lalu aku masih bersama
teman-temanku mengelilingi bumi dengan menggunakan pesawat luar angkasa kami.
Dan karena kepolosanku yang percaya saja pada mereka, aku ditinggalkan di planet
ini. Aku tidak tau kenapa, aku tidak tau kesalahan apa yang kulakukan hingga
mereka tega membuangku ke tempat asing seperti ini. Bagaimana aku bisa kembali
ke tempatku? Bagaimana aku bertahan di tempat ini sendirian? Di ranselku hanya
ada setumpuk uang bumi bermata won dan sebutir pil yang akan menambah energiku
jika hal buruk terjadi di planet asing ini. Uang dan pil yang ada di ranselku
ini sudah jelas mereka yang menyediakannya karena aku tidak merasa membawa
benda seperti itu, terutama uang bermata won. Rupanya mereka sudah merencanakan
akan membuangku ke bumi, tepatnya ke negara ini, Korea Selatan.
Aku termenung, menatap gemerlap
lampu-lampu kota yang masih saja membuat mataku pedih. Harus berapa lama lagi
aku dapat beradaptasi dengan cahaya-cahaya itu?
“Apa aku melakukan kesalahan besar
sehingga mereka tidak menginginkanku?”
Aku terus mengeluh dan membayangkan
nasibku jika mereka benar-benar meninggalkanku. Bagaimanapun juga, aku bukan
penghuni planet ini, tentu tubuhku tidak akan mudah beradaptasi dengan keadaan
bumi. Dan sebutir pil bio itu? Tidak mungkin mampu membuatku bertahan di tempat
ini untuk waktu yang lama.
“Kalian pikir kalian siapa? Berhenti
mengikutiku!”
“Ayolah, kekasihmu saja sudah mengijinkan
kami untuk menjamahmu...”
Suara yang berasal dari beberapa manusia
bumi itu mengusikku. Sekarang beberapa meter di hadapanku ada pemandangan yang
begitu mengerikan. Seorang gadis terlihat sudah putus asa, beberapa bagian
pakaian yang membalut tubuhnya telah robek akibat ulah liar tiga pria yang
terlihat sangat bernafsu untuk melakukan perbuatan keji pada gadis itu. Pemandangan
kontras kulihat dari wajah mereka. Wajah gadis itu basah dipenuhi air mata
penderitaan dan keringat. Sementara itu, wajah pria-pria itu terlihat senang
mengingat nafsunya akan segera terpenuhi.
“Tinggalkan gadis itu untukku! Aku akan
membayar kalian.” Kataku ikut campur, dan nekat mengingat aku memiliki uang
yang melebihi jumlah uang yang ada di otak mereka.
Tiba-tiba saja darahku bergejolak dan
sangat marah melihat ulah keji pria-pria itu pada seorang gadis lemah yang
sudah tidak bisa apa-apa. Aku tidak suka melihat wanita menangis. Maksudku,
semua pria bangsa kami benar-benar mengutuk perbuatan keji pada wanita.
“Apa?”
Pria-pria itu memelototiku.
“Jangan pura-pura idiot. Aku tau
segalanya tentang kalian. Kalian menukar gadis ini dengan uang ‘kan? Berapa hutang si brengsek itu? Aku
akan melunasinya sekarang juga.” Aku membentak pria-pria brengsek itu dengan
tatapan berkilat.
“Sialan, bagaimana kau tau semuanya? Apa
kau memata-matai kami?”
“Tidak penting aku mata-mata atau bukan,
yang pasti aku adalah tipe orang yang pandai membaca pikiran jahat manusia-manusia
bejad seperti kalian!”
“Kurang ajar, kami tidak butuh uangmu.
Simpan saja uang itu untuk pemakamanmu besok.”
“O’ow. Mari kita lihat, siapa yang akan
dimakamkan besok?” balasku percaya diri.
Mereka siap mengirimkan timah panas itu padaku,
kurasa tiga peluru sudah sukses mengenai jantungku.
“Bodoh, mainan kecil itu tidak akan
membunuhku.” Aku mendengus, karbondioksida yang terdesak keluar dari paru-paruku
terasa sangat panas terbakar amarah pada pria-pria bejad itu.
“Apa, dia....”
“Sekarang yang akan mati adalah kalian
brengsek!”
Dengan mudah kini aku berhasil
memindahkan tiga pistol itu ke tanganku. Dua pistol kuremas hingga lebur tak
berbentuk karena satu pistol ini sudah cukup bagiku untuk memusnahkan mereka
dari planet ini.
Ekspresi gemetar penghuni bumi di
saat-saat terakhir kematiannya. Tubuh gemetar dengan ucapan-ucapan mengiba, mereka
berharap aku mengampuni mereka. Cih, aku hanya akan membunuh mereka sekarang.
“Berhenti, aku mohon jangan lakukan itu...!”
Tiba-tiba saja suara lemah itu menghentikan aksiku. Aku menurunkan tanganku
yang tadi sudah siap menarik pelatuk. Ada perasaan yang siap meledak saat
kutatap kedua mata gadis lemah itu, ingin rasanya aku langsung menghancurkan
seluruh tubuh pria-pria itu, jika perlu akan kupisahkan tubuh mereka menjadi
beberapa bagian lalu kulempar potongan-potongan tubuh mereka ke perairan yang dinamakan
Sungai Han itu, sungai yang tak jauh dari posisi kami saat ini.
“Lepaskan mereka...”
“Tapi...”
“Aku mohon...”
Para pria brengsek itu berlari tak tentu
arah. Meninggalkan kami di tepi Sungai ini berdua. Pria-pria itu beruntung,
sepertinya gadis ini adalah manusia bumi yang baik.
“Kau masih kuat?” tanyaku khawatir
dengan kondisinya yang terlihat sangat memprihatinkan.
“Kam-sa-ham-ni-da....”
Ucapnya pelan sebelum dia menutup mata. Aku memerhatikan wajahnya, berusaha
membaca pikirannya sebelum dia pingsan. Aku menyunggingkan senyumku, ternyata
gadis ini berbohong. Dia ingin aku membunuh pria-pria itu, tapi dia sekuat hati
melarangku, dia tidak ingin membawa orang lain dalam masalah besar karena
dirinya.
“Aku yang seharusnya berterimakasih
padamu.”
***
Sebuah apartemen di pusat Kota Seoul,
tempat tinggal gadis yang baru saja kutolong. Dinding ruangan yang didominasi
oleh lukisan-lukisan abstrak dan sebuah piano klasik menjadi pemandangan segar
bagiku. Rupanya gadis ini memiliki daya tarik terhadap seni.
Aku merawatnya sebentar sebelum dia
sadarkan diri. Merebahkannya ke tempat tidur, mengganti pakaiannya, dan
membersihkan beberapa bagian tubuh yang kotor dan terluka.
“Bagaimana kau membawaku ke sini?”
Tiba-tiba saja dia terbangun. Aku
membantunya duduk bersandar pada punggung ranjang berwarna indigo dengan hiasan
corak bunga teratai di bagian atasnya.
“Kau menggantikan pakaianku? Kau...”
“Eiiihhh, tenang saja, aku melakukannya
tanpa melihat bagian tubuhmu. Lagipula kalaupun aku melihat, tidak ada yang
harus kunikmati dengan tubuh dalam keadaan penuh lebam begitu. Terlalu
mengerikan...”
“Syukurlah...” Ucapnya lega.
“Sudah kubilang ‘kan, jangan salah paham.” Lirihku dengan tatapan iba padanya.
“Tapi, apa kau benar-benar tidak
melihat.......”
“Tidak bisakah kau berterimakasih dulu
padaku, Nona?”
“Aku sudah mengucapkannya sebelum aku
pingsan.”
“Itu terimakasih karena aku telah memberi
pelajaran pada pria-pria itu, kau belum mengucapkan terimakasih karena aku
harus membawamu yang berat ke atas tempat tidurmu.”
“Kamsaham..”
“Ah lupakan, aku yang seharusnya
berterimakasih padamu.”
“Eoh?”
“Aku berterimakasih karena kau
mencegahku membunuh mereka.”
Saat insiden di Sungai Han tadi aku
merasa tidak bisa menguasai emosiku. Jika gadis ini tidak menyuruhku untuk
berhenti, mungkin aku menarik pelatuk itu tepat di kepala atau jantung mereka,
mungkin aku telah membunuh orang-orang itu. Dan membunuh manusia bumi adalah
hal yang sangat dilarang bagi dopley,
manusia bulan sepertiku.
“Makan ini, kau pasti lapar.”
Aku memberinya makanan instan yang
sempat kubeli tadi di luar saat menggendong gadis ini pulang. Aku tidak tau
makanan yang disukai manusia bumi, tapi aku tidak bodoh dengan diam tanpa
mencari tau. Aku melihat banyak orang memasukan makanan ini ke mulutnya, dan
aku yakin makanan ini banyak disukai manusia.
“Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau
menolongku? Kenapa kau tau masalahku? Kenapa kau tau tempat ini? Dan kenapa kau
bisa tau password apartemenku?”
“Makan dulu, pertanyaanmu akan kujawab
semua.”
“Baiklah.”
Dia melahap makanan itu dengan baik. Aku
senang melihat seorang gadis yang tidak ragu makan dengan cara seperti itu di
hadapan seorang pria. Aku suka cara makannya, aku juga suka bagaimana cara dia
membuka dan menutup mulutnya, aku suka hidungnya, aku suka matanya, aku suka
wajahnya, aku suka melihatnya ada di hadapanku. Manusia ini benar-benar indah.
“Apa yang kau lihat? Kau mau makan ramen
ini? Aku akan membaginya denganmu kalau kau mau.”
Aku terkejut. Sial, aku tertangkap basah
saat sedang memerhatikan wajahnya.
“Tidak, aku hanya melihat cara makanmu.
Aku senang jika ada orang yang memakan makanan yang kuberikan, aku merasa
sangat dihargai.”
“Ck..”
Dia tersenyum padaku. Aku tidak tau
kenapa. Apa karena ucapanku barusan atau karena dia sadar dengan kebohonganku
barusan.
“Ceritakan padaku, bagaimana kau bisa tau
semuanya? Kalau tidak salah, aku tadi melihatmu tertembak tapi kau...”
“Kau bisa mendekat?” pintaku pada gadis
ini.
“Mendekat? Waeyo? Aku bisa mendengarmu dari jarak ini.”
“Aku akan menceritakannya sambil
melakukan ini.” Aku mendekatinya, mengompres wajahnya untuk ke sekian kali
sejak dia pingsan.
“Bagaimana mungkin seorang gadis tidak
peduli dengan wajahnya yang lebam seperti ini? Kau justru lebih mementingkan
hal lain, apa kau tidak khawatir ini akan menimbulkan bekas luka?” aku terus
mengompresnya, menatapnya dekat dengan sesekali tersenyum. Gadis ini tidak
menolak sedikitpun.
“Yang tidak akan hilang adalah luka
hatiku.” Dia balas menatapku, seakan ingin membuatku memahami isi hatinya. Ya,
tanpa dia berusaha pun, aku bisa membacanya, aku bisa membaca isi hati manusia.
“Seo Hyena-shi... Aku mengetaui banyak tentangmu, bahkan aku tau kisahmu yang
menjadi pengganti uang untuk melunasi hutang-hutang pria brengsek itu. Aku
mengerti penderitaanmu. Saat aku melihat ke dalam hatimu, di sana ada perasaan
sakit yang teramat hingga rasa sakit itu dapat kurasakan. Mungkin kau tidak
akan percaya dengan apa yang akan kukatakan. Aku bisa membaca isi hati manusia
bumi, karena itu aku bisa tau segalanya tentangmu hanya dengan berhadapan
dengan pria yang menjahatimu tadi. Dan yang akan membuatmu semakin tidak
percaya adalah dari mana asalku. Aku berasal dari Blood Moon.” Jelasku yang tak begitu banyak berharap bahwa gadis ini akan memercayaiku.
Gadis bernama Seo Hyena ini tercengang
sejenak hingga akhirnya dia merespon apa yang baru saja kukatakan padanya.
“Tunggu dulu, Kau peramal?”
“Tidak, aku bukan peramal.” Jawabku meyakinkannya.
“Dan tempat asalmu? Apa kau serius? Kau
alien dari luar angkasa, Tuan?”
“Ck, percuma aku serius mengungkap jati
diriku padamu. Dan aku ini bukan alien, Nona Seo!” ucapku menyesal. Kalau tau
akan ditanggapi seperti ini, tidak akan kuceritakan padanya tentang jati diriku.
“Kau aneh. Dimana-mana alien akan
merahasiakan jati dirinya, mereka tidak akan terang-terangan mengakuinya
seperti yang kau lakukan tadi.”
“Sudah kubilang aku bukan alien. Aku
berasal dari bulan, dan penghuni bulan disebut dopley, bukan alien seperti katamu!”
“Itu sama saja, apa bedanya? Di bumi
makhluk luar angkasa itu disebut alien. Tidak peduli alien-alien itu menamakan
dirinya apa.”
“Terserah, aku sudah mengatakannya,
tidak ada jawaban lagi atas pertanyaan-pertanyaanmu selain jawaban yang tadi.”
“Baiklah, baiklah... Aku tidak akan
bertanya lagi. Untuk tadi, aku benar-benar berterimakasih. Aku tidak peduli
siapa kau, yang aku tau kau adalah penyelamatku.”
“Aku akan jadi penyelamatmu selama aku
di sini.”
“Mwoya?”
“Ssshhh, aku ini dopley, aku bisa melakukan apa saja untuk menyelamatkanmu dari
bahaya.” Ucapku berusaha menghiburnya lagi dan lagi. Aku ingin terus melihat
senyumnya, aku menyukai senyumnya.
“Arraseoyoooo,
Mr. Alien...”
“Aku
Dopleeeeey nonaaaa, bukan alien..!”
“Boleh aku tau namamu?”
“Namaku?”
“Iya, kau tau namaku, aku juga harus tau
namamu agar kita bisa berteman.”
“Teman? Namaku...? Kode maksudmu?
Atau...” Aku terdiam sejenak, berusaha mencari nama yang pas untuk kugunakan di
tempat ini. Bangsaku di bulan tidak memiliki nama lahir, kami hanya memiliki
kode dopley. Aku adalah dopley dengan kode 087, itu artinya
namaku Dopley 087. Haruskah aku
memberitahu kode ini pada manusia bumi?
“Baiklah, kalau begitu aku akan
memberimu nama. Boleh?”
Aku berpikir sejenak. Tidak ada salahnya
aku mendapat nama untuk kugunakan di tempat ini. Akhirnya aku mengiyakan dengan
anggukan tiga kali padanya.
“Mulai sekarang namamu adalaaaah..... Lee
Minho. Aku akan memanggilmu Minho! Jika ada yang bertanya namamu, jawab saja
Lee Minho.”
“Minho?”
“Namamu Minho, bukankah itu nama yang
bagus Tuan Alien?”
“Oh, itu nama yang bagus. Nona, sekali
lagi aku tegaskan, aku bukan alien...”
***
Author’s
POV
Rumah pengap dengan berbagai barang yang
tidak tertata baik, kulit-kulit kacang dan berbagai makanan yang berserakan,
juga beberapa botol minuman keras berbagai merk tergeletak di lantai menemani
keresahan seorang pria yang baru saja mendapat kabar buruk. Kabar buruk itu
adalah telah dibatalkan pelunasan hutang-hutangnya karena gadis yang tak lain
adalah Seo Hyena itu telah gagal menjadi pengganti uang puluhan juta won itu.
“Dia
bersama seorang pria yang sangat aneh, pria itu sangat hebat dan terlihat
berdarah dingin. Kau ambil kekasihmu dari pria itu lalu bawa pada kami atau kau
harus membayar hutangmu dengan uang. Jika kau tidak bisa memberi kami salah
satunya, nyawamu akan menjadi gantinya!”
Ucapan yang sempat dia dengar dari ujung
telepon sana benar-benar mengganggunya. Pria berparas cukup tampan itu memutar
kembali otaknya untuk mencari cara bagaimana melunasi hutang-hutangnya.
“Seo Hyena, apa kau tidak mencintaiku?
Kenapa kau menyulitkanku? Kau adalah harapanku Seo Hyena... Aku harus
mendapatkanmu kembali!”
Pria itu bergegas meninggalkan rumah
berlantai dua miliknya, mengemudi mobilnya dengan tujuan mencari Hyena demi
melunasi hutang-hutangnya. Sudah tidak ada lagi rasa sayang dalam hati pria
bernama Song Jaerim itu. Paras menawan itu ternyata tidak sesuai dengan kepribadiannya
yang buruk dan hatinya yang gelap. Dia sudah tidak ingat bahwa Hyena pernah
menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Gaya hidup berjudi, mabuk, dan
bermain wanita di bar-bar malam membuatnya harus mengeluarkan banyak uang
hingga tanpa berpikir panjang berhutang pada preman-preman itu.
Tak lama kemudian mobil itu berhenti di
depan sebuah gedung apartemen. Ya, itu adalah apartemen tempat Hyena tinggal. Jaerim
berpikir Hyena pasti ada di apartemennya karena dia tau benar Hyena yang yatim
piatu itu tidak memiliki tempat pulang lain kecuali apartemen yang belum lama
gadis itu lunasi angsurannya.
“Seo Hyena, tunggu aku sayang. Apa kau tidak
merindukanku?”
***
Lee
Minho’s POV
“Dimana aku harus tidur?”
“Yang pasti kau boleh tidur di mana pun
kecuali di tempat tidurku!”
“Weeee..?”
“Weeee..?
Kau pikir aku mau tidur denganmu?”
“Kau tidak mau?”
“Yak!
Kau tidak tau sopan santun?!”
“Sopan santun?”
“Apa kau benar-benar alien eoh sehingga
tidak tau sopan santun di bumi?”
“Aku dopley,
bukan alien.”
“Ok, apa dopley sepertimu tidak tau sopan santun? Kau tadi menyelamatkanku
dari perbuatan keji pria-pria itu tapi sekarang kau hampir sama mesumnya dengan
mereka.”
“Tidur dalam satu tempat tidur yang sama
bukan berarti mesum.”
“Yaaaaaaaaaak....!”
“Arraaaa....
Aku akan tidur di lantai, tepat di samping tempat tidur ini.”
Aku sangat senang menggoda Hyena. Dia
gadis yang mudah akrab dengan dopley
sepertiku, aku tidak tau apa dia juga akan bersikap sama dengan orang lain jika
bukan aku yang menyelamatkannya tadi. Aku bersyukur bahwa aku yang telah
menolongnya tadi, aku senang mengenalnya.
“Kenapa kau tidak tidur di sofa saja?”
“Tidak mau. Aku sudah katakan tadi,
selama aku di bumi, aku akan jadi penyelamatmu dan melindungimu.”
Benar, kalimat itu meluncur begitu saja
tanpa kurencanakan. Aku tidak tau apa akibatnya setelah aku mengucapkan lagi
dan lagi kalimat itu pada Hyena.
“Kenapa?”
Tidak apa, aku tidak keberatan Hyena
bertanya seperti itu. Tidak heran dia bertanya-tanya tentang dopley yang baru mengenalnya tapi
langsung bertekad melindunginya. Mungkin dia berpikir aku adalah dopley gila.
Sudah tengah malam, baru lima jam yang
lalu aku bertemu Hyena pertama kali. Tapi, lima jam ini terasa sudah sangat
lama bagiku, bahkan kami sudah tidak menggunakan bahasa formal.
Oh, gadis ini ternyata sedang menatapku.
Meski aku sedang menutup mataku di bawah sini, pengelihatanku bisa menembus
kelopak mataku sendiri. Aku melihatnya, matanya yang menampung banyak
pertanyaan. Aku membaca isi hatinya melalui mata itu, dia sangat berterimakasih
padaku, dan ada perasaan aneh yang aku sendiri tidak bisa menerjemahkannya.
Perasaan apa yang kurasa sekarang? Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini,
jadi aku tidak mengerti. Tapi, perasaan yang sedang dirasakannya sekarang jauh
lebih menyenangkan dibandingkan dengan perasaan sedih yang pernah kubaca
darinya beberapa jam yang lalu.
Tiba-tiba aku membelalakan mataku, aku
tidak bermaksud membuatnya malu karena tertangkap basah sedang memerhatikan
wajahku. Aku menikmati tatapan itu dan ingin lebih lama menikmati keindahan
matanya. Aku terkejut sehingga aku membuka mataku tiba-tiba.
“Apa itu suara pintumu?”
Matanya kini melebar sepenuhnya. Aku menebak
Hyena telah melupakan sesuatu yang sangat penting, dan hal yang dia lupakan
adalah mengganti password pintu
apartemennya.
“Bodoh, aku lupa menggantinya. Itu pasti
Jaerim. Dia pasti akan membawaku ke tangan pria-pria brengsek itu.”
“Sudah kukatakan tadi. Aku ada di
dekatmu untuk melindungimu.”
Aku menggenggam tangannya erat, aku
ingin meyakinkan dia untuk percaya padaku dan tenang selama aku ada di
dekatnya. Jangankan pria brengsek itu, ribuan tentara bumi pun aku bisa
mengatasinya.
Akhirnya aku melihat sosok menyedihkan
pria itu. Kesan pertama yang sangat buruk dalam pertemuan kami. Dia datang
dalam keadaan mabuk, jalannya pun tidak teratur, sungguh beruntung dia tidak
kecelakaan saat menuju ke tempat ini. Aku tidak tahan melihatnya, aku ingin,
aku ingin sekali membunuhnya.
“Hyena-ya, apa yang ingin kau lakukan padanya? Aku akan melakukannya
untukmu.” Ucapku pada gadis yang tangannya bergetar ini.
“Apa pun itu, selagi kau tetap
membiarkannya hidup.”
“Baiklah. Kau tunggu di sini.”
“Kau mau kemana, Minho?”
“Aku akan memberinya pelajaran. Percaya
padaku, kau aman di sini.”
“Bagaimana jika bukan hanya dia yang
datang, bagaimana jika masih ada teman-temannya? Mereka akan membawaku saat kau
sedang memberinya pelajaran.”
“Aku mengerti. Aku akan melakukannya di
depanmu. Aku harap kau mendapat kepuasan, bukan ketakutan dan penyesalan karena
telah memintaku melakukannya.”
Aku mengerjapkan kedua mataku ketika
pria bernama Jaerim itu mendekat dan akan menyerangku dengan kursi yang dia
raih. Seketika kursi itu terlepas dari tangannya. Aku menirunya, aku
menghantamkan kursi itu pada kepalanya dengan menggunakan kekuatanku. Kudengar Hyena
menjerit saat itu, tapi jeritannya bukan jeritan untuk menghentikanku. Aku
melanjutkannya.
“Sekarang aku hanya akan mematahkan
kedua tangan dan kakimu.”
“Jadi kau pria sadis yang dikatakan
mereka. Siapa kau sebenarnya?” tanya Jaerim padaku dengan wajah putus asa,
sangat menyedihkan.
“Aku? Aku adalah orang yang paling jijik
denganmu, Song Jaerim-ssi...!!”
Kreeekkkkk
“Hentikan Minhooo, dia bisa mati.”
Hanya suara lemah itu yang mampu
menghentikan kesadisanku. Sebenarnya aku ingin sekali membuatnya cacat seumur
hidup, tapi di sisi lain, aku takut membuat kesalahan.
***
Jika saja gadis ini tidak menghentikanku
saat itu, aku pasti melakukan hal yang keji pada pria itu. Hyena hanya
memintaku untuk melaporkan tindakan itu pada polisi, dan memastikan Jaerim
terkurung di dalam sel tahanan.
Sejak hari itu, aku selalu dekat dengan Hyena.
Aku dan Hyena selalu bersama-sama. Makan, berbelanja, menonton televisi,
olahraga, bahkan aku dan gadis itu sudah tidur bersama. Jangan berpikir aku
melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya saat kami berdua di atas ranjang, aku
hanya menemaninya tidur, tidak menyentuhnya sedikitpun. Hubungan kami?
Menurutku hubungan ini sulit untuk kudeskripsikan.
1
Week Later...
Gadis berambut panjang di hadapanku ini
terlihat sangat cantik, hujan gerimis semakin mempercantik helai-helai
rambutnya yang semakin basah, hanya ada kesan membahagiakan saat aku
memerhatikannya dari belakang meski tanpa melihat wajahnya. Sampai sekarang,
aku belum bisa mengerti apa yang kurasakan, hanya saja aku merasa senang
menikmati pemandangan di hadapanku saat ini.
“Kim Shi Kyung...”
Hyena melambaikan tangannya pada seorang
pria jangkung yang pernah diceritakannya padaku. Kim Shi Kyung, teman dekatnya
di kampus. Pria ini adalah pemilik salah satu kafe di Seoul, baik, ramah, perhatian,
tidak perhitungan, dan sangat menyenangkan. Semua itu beberapa hal yang
kudengar tentang pria ini. Tapi, jujur saja, aku tidak menyukai pria ini!
“Hyena-ya, kau kemana saja? Kau tau, para dosen hampir setiap hari
menanyakan kabarmu.”
“Ah, mian.
Aku mengalami beberapa kesulitan belakangan ini.”
“Kesulitan? Kau seharusnya menceritakan
itu padaku..”
Ck, apa dia biasa perhatian pada Hyena
seperti saat ini? Apa mereka benar-benar teman atau ada sesuatu. Kenapa juga
aku memikirkan hal itu? Itu ‘kan
bukan urusanku. Bukankah aku hanya ingin melindungi gadis ini, bukan mengorek
kehidupan pribadinya.
Kedua mata pria itu terus menatapku
penuh tanda tanya, dia ingin mengetahui siapa aku, dan kenapa aku bisa berada
di tempat ini bersama dengan Hyena.
“Hyena-ya, siapa dia? Kekasihmu? Kau sudah putus dengan Song...”
“Eoh... ah.. dia, dia kakakku..”
“Kakak?” aku sempat terkejut. Hyena
berbohong seenaknya saja.
Ya, aku tau pria itu tidak percaya pada
pengakuan Hyena. Aku juga tidak percaya bahwa pria ini adalah teman yang baik
dan tulus. Aku bisa membacanya, pria itu... Tidak mungkin, kenapa perasaan pria
itu sama sepertiku pada Hyena? Perasaan apa ini...?
“Benar ‘kan oppa?”
Tidak ada pilihan lain bagiku selain
mengangguk. Ya, aku berbohong. Padahal, apa salahnya jika dia katakan bahwa aku
ini hanyalah temannya? Apa salahnya? Bukankah kami ini berteman?
“Shi Kyung-ah, aku minta bantuanmu.”
“Bantuan???”
Aku melihat mereka menjauhiku. Hyena
menceritakan semuanya, gadis itu bermaksud melarikan diri dari masalah. Dia
tidak ingin bertemu dengan pria yang telah mengkhianatinya lagi. Dia ingin
meninggalkan kota ini, dia terlalu takut menghadapi kenyataan pada masa depan.
Apa kejadian itu memberikan trauma yang mendalam baginya? Apa dia tidak percaya
padaku yang akan melindunginya?
***
Aku meneguk beberapa minuman kaleng yang
dibelikan Hyena di minimarket tadi. Aku belum pernah meminum minuman
semenakjubkan ini. Ada rasa mencekik lidahku saat minuman ini menyentuh seluruh
ruang dalam rongga mulutku dan kepalaku merasa sedikit berputar setelah meneguk
beberapa kaleng. Apa ini? Apa aku keracunan?
“Kau mau membunuhku Hyena-ya?
“Apa? Membunuhmu?”
“Untuk apa aku susah payah mengajarimu
banyak hal tentang kehidupan manusia bumi selama hampir seminggu ini kalau aku akan
membunuhmu...”
“Minuman ini pasti beracun, aku...
aku... aku pusing, Nona Seo...”
“Yak,
bagaimana mungkin pria dewasa sepertimu belum pernah minum minuman seperti
ini?”
“Minuman seperti ini?”
“Aishhh, kau benar-benar... Apa di bulan
tidak ada yang menjual minuman seperti ini eoh?”
Hyena mendekatiku, menyentuh kedua
pipiku dengan kedua telapak tangannya, dia sedikit menekan permukaan pipiku.
Aku hanya diam terkejut, meski aku merasa sangat pusing, aku masih sadar dengan
segala hal yang terjadi sekarang.
“Minho-ya... Kau... Kenapa kau selalu
bersamaku? Kenapa kau muncul di waktu yang sangat tepat? Kenapa kau muncul
disaat aku membutuhkan seseorang berada di sampingku? Kenapa kau mau
melindungiku? Kenapa kau terlihat sangat menyenangkan? Kenapa kau selalu
menuruti kemauanku? Kenapa Minho-ya?
Kau harus menjawabnya...!”
“Apa kau merasa pusing juga Hyena-ya?” tanyaku mendengar runtutan
pertanyaannya yang tidak teratur dan kabur. Kukira dia juga keracunan minuman
ini.
“Yaaaak,
kenapa kau ada di sini? Jawab aku, Tuan Alien..!”
“Aku bukan alien...”
“Aku tidak peduli, kau jawab
pertanyaanku dulu..”
“Sebenarnya aku di sini karena.....”
“Apa kau akan selalu bersamaku? Apa kau
menjamin aku tidak akan apa-apa tanpamu?”
Matanya berbinar saat menanyakan hal
itu, seakan dia sangat mengharapkan jawaban menyenangkan yang akan keluar dari
mulutku. Awalnya aku ingin mengatakan sebab aku berada di bumi, tapi melihat
wajah itu, aku tak jadi mengatakannya. Aku hanya bisa mengangguk.
“Kau tau, kenapa aku ingin pindah
dari tempat ini? Aku takut sekali. Pria itu sangat baik padaku, aku terlalu
membanggakannya, aku sangat menyukainya selama ini, kupikir dia tulus
melakukannya. Tapi... Aku tidak tau hatinya perlahan berubah dan tega menyakitiku.”
“Kau sangat menyukainya?”
Dia mengangguk pelan setelah kutanyakan
hal itu. Dan, aku tidak menyukai jawabannya. Ada perasaan seperti marah di
dadaku, aku tidak tau kenapa. Baru pertama kali aku merasakan hal seperti ini.
“Itu dulu, sekarang setelah hatinya
berubah padaku. Aku akhirnya belajar membencinya dan sekarang aku benar-benar
membencinya. Apalagi sekarang ada kau, Minho...”
“Hati??”
Kosakata itu tidak kupahami. Aku dan dopley lainnya tidak menggunakan kata
itu dalam percakapan kami.
“Letaknya ada di sini.”
Hyena yang memandangku dengan pandangan
redup itu menyentuh dadaku. Dia menekannya, seakan dia berusaha merasakan organ
yang bergerak di dalam sana.
“Apa para alien tidak belajar anatomi
tubuh? Kau tidak mengetahui apa itu hati?”
Aku menggeleng. Aku tidak terima
dikatakan alien lagi olehnya, tapi kali ini aku tidak bisa lagi memprotesnya.
Aku justru fokus pada organ yang bergerak-gerak di dalam dadaku ini.
“Kau tidak tau hati? Tapi kau memiliki
jantung yang bagus, Tuan Alien...”
“Jantung...?”
Aku tidak mengerti kata-katanya beberapa
menit ini, apa karena minuman beracun ini hingga aku perlahan menjadi dopley yang bodoh?
“Banyak orang mengatakan bahwa saat
hatimu ada yang salah, saat itu juga jantungmu melakukan aktivitas yang tidak
normal.”
“Saat hati ada yang salah...?” saat ini
aku semakin merasa menjadi orang yang bodoh, benar-benar tidak paham dengan
maksud kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Hyena.
“Saat hatimu merasakan sesuatu yang
tidak biasanya, seperti merasakan angin yang berhembus menerpa wajahmu padahal
udara benar-benar diam dan gersang atau saat kau merasa waktu seakan terhenti
padahal hari semakin larut, saat hatimu merasakan hal-hal seperti yang
kusebutkan tadi, jantungmu akan merespon dengan cepat.”
“Merespon bagaimana?”
Entah apa yang kuperbuat sekarang, aku
hanya mengikuti alur pembicaraan bodoh ini dengannya. Aku merasa tidak ingin
mengecewakannya malam ini. Mata yang penuh kesedihan itu, aku ingin sekali
menggantinya dengan kebahagiaan.
“Jantungmu akan berdebar cepat, dan
dalam tahap akut kau hanya akan mencari orang yang membuatmu seperti itu. Kau
akan berusaha mengobati debaran jantung yang tak terkendali itu dengan bertemu orang
yang sangat ingin kau temui...”
“Jujur saja.. Aku tidak mengerti
maksudmu...”
“Kau sedang mabuk, kau tidak akan
mengerti.”
“Mabuk? Maksudmu, aku sedang keracunan?”
“Bodoh, ini bukan karena kau keracunan.
Kau mabuk, Tuan Alien...”
Lega. Aku kira aku keracunan dan akan
mati beberapa menit kemudian lalu menghilang. Pernah ada kasus di bulan,
seorang dopley yang banyak menghisap
kadar asam sulfat dan nitrogen mati mengenaskan lalu menghilang beberapa menit
kemudian. Ya, dopley bisa mati, sama
seperti manusia dan gas berbahaya adalah salah satu kelemahan kami. Tadinya
kupikir minuman ini mengandung gas berbahaya.
“Mendekat...”
“Untuk apa...?”
Untuk apa Hyena menyuruhku mendekat
padahal jarak kami sudah dekat, aku tepat berada di sebelahnya. Dan karena aku
tidak bergerak, dia merubah posisi duduknya menghadapku, dia mendekatkan wajahnya
tepat di hadapan wajahku. Mungkin jarak antara hidungku dan hidungnya tidak
lebih dari 1 cm, sangat dekat!
“Bukankah kau ingin tau bagaimana kerja jantung?
Kau bisa membuktikannya sekarang.” Ucapnya tidak terlalu jelas pada
pendengaranku. Tapi, pada jarak sedekat ini, aku bisa merasakan hembusan
napasnya yang memburu menabrak hembusan napasku yang tidak jauh berbeda
dengannya.
“Bagaimana caranya?” tanyaku sambil
memandang wajah indah yang kini bisa sangat jelas kulihat tanpa harus
mencuri-curi seperti biasanya. Apa karena perasaan pusing ini hingga aku tidak
merasa malu atau segan?
“Kau bisa lebih mendekatkan wajahmu pada
wajahku Minho-ya, kau akan tau apa
yang kukatakan itu benar atau hanya sebuah kebohongan.”
Dopley
tak tau diri, apa yang akan kau lakukan sekarang? Kau akan melakukan hal apa?
Kau ini makhluk luar bumi. Kenapa kau harus melakukan hal yang sama seperti
yang manusia bumi lakukan?
Aku mencobanya, menuruti apa yang
disarankan oleh Hyena. Aku ingin tau, apakah benar jantung akan bekerja seperti
apa yang dikatakannya?
Aku menyentuhnya. Bibirku menyentuh
bibir yang indah itu, mendiamkannya di sana beberapa saat. Hyena kembali
menyentuh dada kiriku, lagi-lagi dia memberi sedikit tekanan di sana. Dan...
aku merasakannya, jantungku berdebar sangat cepat, lebih cepat dari sebelumnya.
Perasaan ini aneh dan sangat menyenangkan hingga aku memejamkan mataku saat
bibir Hyena sedikit membuka, dan entah apa yang merasukiku, aku lancang
memainkan bibirku pada bibirnya. Aku tidak bisa menahan perasaan yang
menakjubkan ini. Sekarang aku kesetanan, aku menyukai perbuatan ini. Aku
menyukai debaran jantung yang tak terkendali ini, aku menyukai rasa panas ini.
Ya, rasa panas. Aku merasakan dadaku terbakar, aku hanya ingin terus melakukan
ini dengannya.
“Tunggu, apa pria-pria itu juga
menginginkan hal seperti ini?”
Sejenak aku berhenti untuk
mempertanyakan hal yang menggangguku. Dia mengangguk pelan, menatapku sayu
dengan senyuman yang sangat kusukai itu.
“Lalu apa aku sama dengan mereka?”
Hyena menggeleng, membuat perasaanku
membaik. Kupikir dia akan menyamakanku dengan pria-pria brengsek itu.
“Kau berbeda, mereka tidak akan
melakukannya dengan hati, tapi kau melakukannya dengan hatimu Minho...”
“Bagaimana kau yakin tentang hal itu?”
“Aku... Aku bisa merasakannya..”
Tidak tahan lagi setelah aku mendengar
ucapannya yang membuatku begitu nyaman dan senang. Aku melakukannya kembali,
aku belum tau apa yang kulakukan ini benar atau salah. Aku hanya benar-benar
menikmati saat lidahku menerobos memasuki rongga mulutnya. Mataku semakin
terpejam penuh saat lidahnya menari-nari akrab dengan lidahku, saling menghisap
dan memagut dalam-dalam. Tidak hanya sampai disana, kami pun saling memeluk
erat. Kami melakukannya cukup lama. Gadis ini, membuatku cukup lemas dan hampir
kehabisan napas. Tapi aku sangat menyukai perbuatan kami ini. Dia bilang, ini
adalah ciuman. Berarti, ini adalah ciuman pertamaku. Dan sepertinya, aku adalah
dopley pertama yang melakukan hal ini
dengan makhluk bumi.
Jantung
memiliki respon yang kuat dan cepat terhadap hati. Saat pikiranmu tidak mampu
mendeskripsikannya, jantungmu justru reflek menerjemahkannya.
Mungkin
itu maksud dari ucapannya tentang kerja jantung. Pikiranku tidak sampai untuk
dapat mengartikan perasaan ini, tapi jantungku menerjemahkannya secepat itu
dengan beberapa banyak debaran. Tidak langsung aku menanyakannya pada Hyena,
aku tidak ingin terlihat seperti dopley
bodoh di hadapan manusia bumi.
Esok harinya aku mendatangi perpustakaan
dan bertanya pada librarian di sana
tentang buku yang menjelaskan tentang jantung yang berdebar saat berada sangat
dekat dengan seseorang. Dia memberiku sebuah buku berjudul’Heartbeat’.
“Cinta,
sesuatu yang tidak dapat terlihat. Dia hanya ada dan terasa olehmu saat kau
menemukan seseorang yang membuatmu ingin selalu di dekatnya. Saat kau jatuh
cinta, kau akan merasakan rasa senang hanya dengan melihatnya atau bahkan hanya
dengan mendengar suaranya yang menyapamu. Saat kau merasakan debaran pada
jantungmu tidak seperti biasanya, kau harus segera sadar bahwa telah terjadi
sesuatu pada hatimu. Sudah pasti hatimu mencintainya, dengan kata lain dia
memberitahu jantungmu agar pikiranmu mengerti bahwa kau sedang jatuh cinta pada
seseorang. Itu jika kau berpikir sebagai manusia bumi yang cerdas...”
Apa? Manusia bumi yang cerdas? Aku dopley, bukan manusia bumi. Bagaimana
mungkin aku bisa berpikir seperti manusia bumi yang cerdas?
Perpustakaan ini telah memberiku
petunjuk tentang hal yang membuatku penasaran, paling tidak aku sudah tau
tentang perasaan yang belakangan ini menimpaku.
“Dopley
087...”
Kedua bola mataku terbelalak saat aku baru saja
keluar dari perpustakaan. Seorang pria menyapaku dengan kode identitasku di
bulan. Tidak ada seorangpun di bumi yang mengetahui kode itu, bahkan Hyena pun
tidak mengetahuinya. Aku berjalan mendekati pria berambut putih yang sedang
bersandar pada tembok depan bagian samping perpustakaan ini.
“Kau mengenalku, Paman?”
“Dopley
mana yang tidak akan mengetahui dopley
bodoh sepertimu?”
“Dopley?
Kau dopley sepertiku?”
“Kurasa kau bisa menyebutku dopley meski aku bukan dopley sepertimu.”
Seketika kedua mataku berbinar atas
jawabannya. Dengan begitu, aku bukan satu-satunya dopley yang terjebak di bumi saat ini.
“Apa kau tidak ingin kembali ke bulan?”
“Apa bisa? Bukankah aku harus menunggu satu
abad lebih?”
“Padahal kau bisa saja kembali tanpa
harus menunggu Blood Moon
menjemputmu. Kau tidak tau apa-apa saat menjelajah ke tempat ini?”
“Tolong jelaskan semuanya padaku, Paman!”
“Apa kau pernah menentang penelitian
yang dilakukan oleh petinggi di bulan?” tanya dopley yang kini sudah berhadapan denganku ini. Aku mengangguk, aku
memang pernah menentang dengan keras salah satu penelitian di bulan. Bagaimana
tidak, mereka berusaha melakukan menelitian tentang penggabungan DNA manusia
bumi dan DNA manusia bulan lalu mencampur lagi kedua DNA itu dengan DNA makhluk
asing di luar galaksi bimasakti yang karakternya benar-benar ganas, mereka
ingin menciptakan kekuatan militer bulan yang super kuat seperti makhluk ganas
itu, gesit seperti manusia bulan dan cerdas seperti manusia bumi. Apa itu tidak
menyalahi hukum alam?
“Kau sama sepertiku dan puluhan dopley lain yang dibuang, kita yang
dibuang adalah penentang keras proyek penelitian itu. Tetapi kau sedikit
beruntung dari kami, salah satu teman yang membuangmu merasa sedikit iba
padamu. Dia membekalimu banyak uang bermata won dan membekalimu pil itu.”
Aku mengeluarkan sebutir pil yang masih
terjaga di dalam sebuah botol kecil transparan ini, pil bio berwarna putih yang
akan menyelamatkan nyawaku saat tubuhku sudah tidak mampu bertahan dengan
keadaan bumi. Setidaknya pil bio ini akan sedikit memperpanjang usiaku di bumi.
“Pil yang ada itu sebenarnya bukan pil bio
untuk mempertahankan hidupmu di bumi karena dopley
sepertimu bagaimana juga pasti akan mati dalam waktu cepat di tempat ini.” Kata
pria itu sambil terus memperhatikan pil yang sedang kugenggam ini.
“Lalu, apa gunanya dia memberikan pil
ini padaku?”
“Ternyata pengetahuanmu sangat kurang, anak
muda. Pil itu bukan bil kehidupan, pil itu adalah pil teleportasi yang bisa
membawamu kembali ke bulan dengan bantuan kekuatan bulan purnama!”
“Membawaku ke bulan? Maksudmu...”
“Kau benar. Teman yang membuangmu ke
bumi sebenarnya tidak tega, dia hanya takut pada petinggi dan benar-benar
membuangmu ke tempat asing ini. Tapi di sisi lain diam-diam dia berharap kau
bisa kembali setelah menelan pil itu dengan harapan kau mengerti maksudnya.”
“Kau serius? Apa kau tidak berbohong?”
“Apa aku terlihat seperti sedang
mempermainkanmu, anak muda?”
“Tidak, hanya saja, aku merasa aneh
padamu. Kau tidak memiliki pil ini ‘kan?
Tapi kau justru memberikan informasi yang sangat penting ini, bukankah lebih
masuk akal jika kau merebut pil ini dariku? Kau bisa pulang ke bulan juga
dengan menelan pil ini.”
“Kembali ke bulan? Aku sangat bersyukur
mereka membuangku, aku sudah muak dengan para dopley serakah itu.”
“Kau bisa mati, Paman.”
“Aku tidak mungkin mati. Dengan aku
menelan satu pil teleportasi itu, tidak, maksudku setengah pil itu, aku hanya
akan berpindah ke tempat lain di belahan bumi ini karena pil itu khusus dibuat
untuk dopley sepertimu.” Ucap paman
yang kini berjalan semakin menjauhiku itu. Aku masih penasaran aku berjalan
mengikuti langkah kaki paman yang mengaku dopley
itu.
“Bukankah kau juga dopley, Paman?”
“Sebenarnya aku adalah manusia bumi, aku
melakukan penelitian rahasia luar angkasa dan terjebak menuju perut bulan 20 tahun
lalu. Aku dan rekan-rekanku berhasil menemukan cara agar bisa berkunjung ke
dunia kalian tanpa harus memanfaatkan gerhana bulan, tetapi itu hanya membawa
bencana bagi kami.”
“Bencana?”
“Rekan-rekanku mati dalam waktu satu
bulan, hanya aku yang bertahan. Aku juga hampir mati jika tidak ada dopley yang berbaik hati padaku. Dopley itu rutin memberiku pil bio yang
ia curi dari markas para petinggi, dopley
itu salah satu orang yang bekerja di sana. Selama bertahun-tahun aku tergantung
pada dopley itu. Aku tidak peduli dengan proyek mengerikan bangsamu itu. Aku
menentang agar aku diusir dari bulan, aku lelah hidup dengan pil kehidupan
tanpa rasa selama bertahun-tahun. Rasanya
jika mereka tidak membuangku pada Blood
Moon kemarin lebih baik aku mati sebagai dopley jadi-jadian di bulan sana.”
Seakan masih belum percaya atas
pengakuan paman yang beberapa menit lalu mengaku sebagai dopley, dan sekarang paman ini mengaku sebagai manusia bumi yang
hidup bertahun-tahun di dalam perut bulan sebagai dopley jadi-jadian katanya? Bahkan aku tidak tau bahwa alam semesta
ini menyimpan begitu banyak rahasia.
Paman yang berjalan di sebelahku ini
tiba-tiba menghentikan langkahnya. Kedua mata yang sudah tak bening itu menatap
langit sore yang menampakkan keberadaan bulan di atas sana.
“Sekarang terserah bagaimana pilihanmu,
Nak. Kau ingin kembali dengan menelan pil itu saat bulan purnama pertama yang
kau temui di tempat ini atau kau akan mati perlahan setelah bulan purnama berakhir?
Tidak ada jaminan bahwa kau akan menemui bulan purnama berikutnya. Dan jangan
lupa, jika kau memutuskan kembali, kau harus menelan utuh satu pil itu!”
Paman tua itu terus melangkah semakin
menjauhiku, aku tak lagi mengikutinya. Aku hanya melihat paman itu dari belakang
untuk memastikan paman itu benar-benar menghilang dari pandanganku.
“Terimakasih informasinya, Paman...”
Ucapku mengeraskan suaraku sehingga terdengar oleh paman yang sudah sampai di
belokan persimpangan jalan itu. Paman itu menoleh menatapku, lalu melambaikan
tangannya dan kubalas dengan senyum juga lambaian tanganku.
“Kau pasti sangat bahagia ‘kan karena telah kembali ke rumahmu,
Paman?”
***
Hyena’s
POV
Aku masih belum mempercayainya. Aku
mengenal seorang pria unik dan menarik. Saat dia menolongku dari pria-pria
brengsek itu, aku pikir hanya halusinasiku yang setengah sadar karena beberapa
perlakuan kasar mereka padaku. Tapi di malam pertama kebersamaan kami, dia
mengatakan hal yang sungguh tidak masuk akal. Dan yang lebih tidak masuk akal
adalah pemikiranku sendiri, aku langsung percaya pada hal tidak masuk akal itu
hanya karena melihat tatapan matanya saat mengatakan hal itu. Dia mempunyai
kekuatan mata yang luar biasa.
Bagaimana bisa aku yang baru patah hati
karena pengkhianatan itu bisa langsung menyukai pria lain dalam sekejap? Aku
langsung menyukainya saat itu, disaat dia mengucapkan kalimat pertamanya padaku
di tepi Sungai Han, disaat kesadaranku tidak sepenuhnya ada. Dia bagai pangeran
dalam dongeng yang ada dalam mimpi gadis kecil dan sekejap hadir dalam dunia
nyata, membuat gadis kecil itu sangat bahagia. Bisa dikatakan akulah gadis
kecil itu. Saat ini, aku begitu membutuhkannya karena aku mencintainya.
Aku juga belum bisa mengerti tentang
penilaianku padanya. Dia seorang pria yang hanya mengenakan jeans yang dipadu
dengan kemeja putih setiap harinya, tapi setiap hari juga aku mengagumi
penampilannya tanpa bosan. Bahkan, aku juga mengagumi hembusan napasnya saat
dia tepat berada di sampingku, seperti saat ini.
“Apa kau tidak ingin pergi?”
“Eohh?”
“Kau ingin lari dari tempat ini ‘kan? Kita pergi dari sini, aku akan
menjauhkanmu dari dia.”
“Aku tidak mau.”
Tiba-tiba saja dia mengatakan hal aneh
padaku. Bukankah kemarin-kemarin dia yang menahanku tetap di tempat ini? Dia
yang membuatku yakin aman karena kehadirannya bersamaku. Tapi sekarang dia
berkata hal seperti itu. Benar-benar membingungkanku.
Kulihat dia tidak lagi membalas ucapanku.
Wajahnya hanya menunduk, kedua matanya menatap lantai berkeramik pucat ini dengan kekhawatiran. Andai aku bisa
sepertinya, aku ingin membaca isi hati makhluk asing ini.
“Kau kenapa?”
“Tidak apa-apa.” Jawabnya datar tanpa
menatapku.
“Apa aku membebanimu?”
Dia mengangkat kepalanya, perlahan
menatapku dengan tatapan yang belum pernah kulihat darinya sebelum ini. Apa
yang dipikirkannya?
“Seo Hyena... Apa kau mencintaiku?”
Pertanyaan itu kudengar tiba-tiba
darinya. Apa yang sedang dipikirkannya tentangku? Ya, dia tidak harus bertanya
tentang itu. Mencintainya atau tidak, dia pasti sudah tau hanya dengan membaca
isi hatiku. Tapi kenapa?
“Aku merasakan sesuatu yang seharusnya
tidak kurasakan, aku melakukan sebuah kesalahan besar dalam hidupku...”
“Apa maksudmu?”
“Hyena-ya, aku sempat bingung dengan perasaanku. Setiap harinya seperti
akan meledak saat melihat kau tersenyum padaku. Aku merasa senang bisa
mengenalmu dan berada di dekatmu selama ini, dan aku sempat senang juga karena
memiliki perasaan ini padamu. Tapi....”
“Perasaan apa? Apa yang kau rasakan
terhadapku?” Aku penasaran dibuatnya. Aku tidak bisa hanya menebak-nebak
bagaimana perasaannya padaku selama kebersamaan ini. Aku benar-benar ingin
mengetahuinya saat ini.
“Aku tidak akan mengatakannya.”
“Kenapa?”
“Karena aku akan pergi.”
“Pergi?”
“Aku sudah bilang, aku membuat kesalahan
besar. Aku membuatmu tergantung padaku, sementara aku akan pergi
meninggalkanmu, Hyena-ya...”
Aku merasa sesak tiba-tiba menyerang
dadaku, perasaan takut kehilangan yang baru saja menderaku seakan semakin
menghimpitku untuk menyatakan kesedihan ini pada pria yang belakangan ini
mewarnai keseharianku. Aku tidak bisa membayangkan hidupku yang sudah tergantung
padanya tiba-tiba merasa hampa tanpa kehadirannya. Bagaimana aku bisa bernapas
lega sementara aku dan dirinya tak lagi berada di tempat yang sama?
Membayangkannya saja aku tak sampai hati, apalagi jika hal itu benar-benar
terjadi, bagaimana jika Minho-ku benar-benar lenyap dari kehidupanku? Aku tidak
akan lagi bisa melihatnya tersenyum, aku tidak bisa lagi melihatnya membenarkan
tatanan rambutnya saat dia sudah pergi. Bahkan aku tidak yakin jiwaku tetap
berada di dalam ragaku jika pria yang hangat itu menjauh dari pandanganku, aku
tidak sanggup, aku hampa.
“Minho-ya... Lee Minho...” Aku menyebut nama yang sengaja kuberikan
padanya, sambil tetap menahan himpitan luka yang ada di dalam dadaku ini, aku
mencoba bertahan agar tidak berderai air mata di hadapannya.
“Apa yang kau katakan tadi bukan
gurauan?” pertanyaan bodoh yang tak seharusnya kutanyakan karena aku sudah
yakin bahwa ucapannya itu bukan gurauan, hanya saja aku masih berharap bahwa
keyakinanku itu salah, aku berharap Minho menjawab dengan jawaban yang akan
melegakan hatiku.
“Aku tidak bergurau, aku akan pergi.”
“Pergi ke tempat asalmu?”
Minho mengangguk tanpa kembali
menatapku. Aku tau pria yang selalu berusaha melindungiku ini sedang menahan
sesuatu yang mungkin sama sepertiku, sesak.
“Kapan?” tanyaku yang berusaha tetap
tegar, berusaha tetap tenang di hadapannya. Aku tidak mau pria di hadapanku ini
gentar dan mengurungkan niatnya untuk kembali hanya karena aku, karena aku bukan
gadis bodoh yang akan melarangnya untuk tetap tinggal di sisiku, aku tau hal
buruk akan terjadi padanya jika ia tetap tinggal bersamaku.
“Tiga hari dari sekarang, sebelum bulan
purnama tiba.”
“Bagaimana jika lewat dari bulan
purnama, Minho-ya?”
“Terlambat, aku tidak akan bisa kembali
ke tempat asalku.”
“Jika itu terjadi, hal buruk akan...”
“Tebakanmu benar Hyena-ya, sesuatu yang buruk akan terjadi
padaku.”
Benar, apa yang kupikirkan ternyata
benar. Aku sangat takut kehilangannya dari duniaku tapi di sisi lain aku juga
takut dia menghilang dari dunia ini. Aku justru ingin memintanya cepat
menghilang dari duniaku, lebih baik dia menghilang dari duniaku daripada dia
harus menghilang dari dunia ini. Paling tidak, aku bisa merasakan keberadaannya
dari tempatku, meski aku tidak akan bisa menggapainya. Aku akan merelakannya,
demi keberadaannya di dunia ini.
“Kalau begitu, pergilah...” Ucapku yang
langsung membuat Minho mengangkat kepalanya, Minho menatap kedua mataku. Aku
tau pria ini bisa membaca pikiranku, tapi seakan tatapan itu memintaku untuk
meyakinkannya lagi bahwa aku benar-benar rela melepasnya.
“Aku akan baik-baik saja tanpamu Minho-ya, kau bisa percaya padaku.” Tegasku
tersenyum padanya, senyum yang sebenarnya menyiratkan betapa hatiku sedang
dipermainkan oleh ribuan mata pisau yang sangat menyakitkan.
Minho’s
POV
“Aku akan baik-baik saja tanpamu Minho-ya, kau bisa percaya padaku.”
Salah satu organ yang ada di dalam
rongga dadaku bagai sedang dipermainkan oleh ribuan mata pisau, menyayat dan
membuat perih hingga membuat kedua mataku memanas saat gadis yang kini
kugenggam tangannya itu mengucapkan sebaris kalimat yang berusaha meyakinkanku
untuk segera pergi jauh dari dirinya, dari bumi ini.
Ada hal menakutkan selain kematian yang
baru-baru ini kusadari, hal menakutkan yang akan membawaku ke dalam kegelapan
jika aku benar-benar mengalaminya, kehilangan cinta, lebih tepatnya kehilangan
dirinya dari sisiku. Aku tidak pernah membayangkan akan terjatuh pada seorang
gadis yang bukan berasal dari duniaku, aku juga tidak pernah membayangkan akan
mencintai orang lain jauh lebih besar dibandingkan aku mencintai diriku
sendiri. Aku lebih takut kehilangannya daripada kehilangan diriku sendiri dari
dunia ini.
Aku akan kembali ke tempat asalku, aku
akan menghirup udara yang jauh berbeda dari udara yang dihirupnya, aku akan
berpijak pada daratan yang jauh berbeda dari daratan yang dipijaknya, dan aku
juga akan memandang langit yang jauh berbeda dari langit yang dipandangnya. Aku
dan dia akan berada di tempat yang sangat jauh, tanpa bisa saling menggapai
satu sama lain atau bahkan melihat satu sama lain. Semua itu adalah hal-hal
yang paling mematikan daripada kematian itu sendiri. Aku akan mati jika dia
tidak ada di sisiku, aku juga akan mati jika hari-hariku tanpa ocehan yang
terkadang menyakitkan telingaku, aku akan mati tanpa gelak-tawa khas darinya,
aku akan merasa mati tanpa merasakan keberadaannya di tempatku akan hidup.
Betapa bodohnya sorot mata itu yang
berusaha sekuat hati meyakinkanku untuk meninggalkannya. Dia bilang baik-baik saja
tanpa memikirkanku. Kau yakin akan baik-baik saja Hyena-ya? Dan apa kau juga yakin aku akan baik-baik saja jika hidup
tanpamu Hyena-ya? Apa aku terlihat
seperti pria yang kuat dan tahan banting? Kau tidak tau Hyena-ya, perasaanku sudah tak berbentuk lagi
jika memikirkan hari perpisahan kita. Jika ada hal lain yang bisa kulakukan
selain hidup di duniaku atau mati di tempatmu ini, aku akan melakukannya Hyena-ya, aku akan melakukan apapun dengan
ikhlas untuk memastikan kebahagiaanmu di planet yang sangat mengerikan ini.
Jika aku boleh memilih, aku ingin mati sebagai pelindungmu di planet ini
daripada harus hidup panjang umur di tempat asalku. Kau satu-satunya gadis yang
berhasil meluluhlantakan perasaanku, membuatku merasa bahagia dalam waktu
singkat dan membuatku terhempas hanya karena aku tak bisa memilikimu, hidup
bersamamu.
“Aku seperti gadis yang memerankah tokoh
utama dalam drama, manusia dan makhluk luar angkasa saling mencintai dan harus
berpisah, dan akan bahagia pada akhirnya. Tapi, mungkinkah kisah kita juga akan
berakhir bahagia?”
“Aku tidak tau. Aku tidak tau apakah
kisah kita akan berakhir bahagia atau...”
“Kumohon Minho-ya, akhiri kisah kita dengan bahagia sebelum hari perpisahan itu.
Kau tau ‘kan, aku tidak memiliki
siapapun di tempat ini, kedua orang tuaku sudah lama meninggal, aku tidak
memiliki banyak teman dan saudara, aku tinggal sendirian. Setidaknya,
bahagiakan aku sebelum kau pergi Minho-ya.
Aku yakin kebahagiaan yang kau beri sebelum kau meninggalkanku akan membuatku
merasa bahagia sampai aku meninggalkan dunia ini, kau mau?”
Saat ini aku berharap tak mengenali
diriku. Aku berharap aku bukan seorang yang harus meninggalkannya pergi dengan
jejak air mata. Saat aku tiba di tempat ini, aku sudah kehilangan arah dan saat
aku bertemu dengan gadis ini aku semakin kehilangan arah. Aku tidak peduli lagi
dengan apa yang terjadi padaku, aku hanya peduli tentang hal-hal yang terjadi
padanya. Aku bisa mengabaikan semua hal yang menimpaku, tapi aku sama sekali
tidak bisa mengabaikannya meski itu adalah hal yang sepele. Aku sudah
memastikan hati ini untuknya, menentukan bahwa jalan hidupku terarah padanya,
dan memastikan akan berakhir padanya. Saat keyakinan ini sudah begitu besar,
haruskah aku mundur? Haruskah aku melarikan diri meninggalkannya? Apa rasa
cintaku selemah itu sedang rasa sakit yang kurasa saat ini sangat berlebihan?
Hyena-ya, apa kau mengerti aku? Jika
kau memintaku untuk bertahan di tempat ini sampai melalui bulan purnama, aku
akan melakukannya. Kita saksikan sama-sama sampai di mana kematian itu akan
mengejarku? Seminggu, dua minggu, sebulan? Aku akan lakukan itu untuk
membahagiakanmu di saat-saat terakhirku.
“Minho-ya, kau mendengarkanku?”
Hyena mengguncang tanganku, kedua mata
yang tengah berkaca-kaca itu menatapku sendu, Hyena menunggu jawabanku, jawaban
untuk bersedia membahagiakannya di saat-saat terakhirku.
“Hyena-ya, bukan hanya tiga hari, aku akan melakukannya sampai waktuku
habis. Aku akan terus bersamamu sampai aku tidak bisa lagi bersamamu di tempat
ini.”
Kurasakan tangannya bergetar, kedua
matanya semakin jelas dalam menampung cairan bening yang akan segera mendesak
menodai pipi mulusnya. Kau ingin menangis Hyena-ya? Menangis saja sayang, tidak usah ragu, bukankah aku sudah
menangis sejak tadi?
“Kau jahat!”
Kedua tangan Hyena memukul-mukul dada
bidangku, ada rasa sakit luar biasa saat tangan gadis ini berkali-kali
memukul-mukul dadaku. Kali ini bukan lagi mata pisau yang mempermainkan organ
vital di dalam dadaku, mungkin ribuan belati yang telah terasah sedang
menari-nari di dalam dadaku, memberikan luka yang teramat saat kedua tangan
lemah gadis ini terus menghantam dadaku. Kugenggam kedua pergelangan tangannya,
mendekatkan pandanganku pada wajahnya yang sudah sangat basah oleh cairan panas
yang terus saja mengalir dari kedua matanya. Kurengkuh tubuhnya hingga tubuh
mungil itu berhimpitan dengan tubuhku, akan kubiarkan gadis ini menangis di
pelukanku, akan kubiarkan semua kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan dia
tumpahkan ke dalam dadaku, dada yang sejak tadi merasakan perih yang sulit
untuk kudeskripsikan lebih banyak lagi.
***
Aku ingin mencoba mengikuti keinginanmu
untuk menempuh jalan ini, jalan yang menurutmu akan membawaku pada kebahagiaan
dan akan membawaku jauh dari rasa penyesalan. Tapi, apa aku benar-benar tidak
akan menyesal jika aku lebih memilih meninggalkan cintaku demi membuat kita
berdua tetap hidup bersama di dua tempat yang sangat jauh berbeda? Dan jika
jalan yang kau pilih ini akan membawa kita berdua pada suatu takdir yang sudah
ditentukan, aku akan mengikutinya, dan berharap takdir itu akan membawamu pada
kebahagiaan. Ya, kebahagiaanmu Hyena-ya,
kebahagiaanmu saja sudah cukup bagiku.
Siang ini adalah siang terakhirku dengan
Hyena. Gadis ini benar-benar ingin memanfaatkan waktu yang sangat berharga
denganku, menghabiskan hari ini dengan banyak tawa di hadapanku, meski aku tau
pasti tawa itu bukan tawa bahagia seperti tawa-tawa saat dia belum tau bahwa
aku akan segera pergi dari tempat ini. Kau boleh memintaku Hyena, kita belum
tau bumi akan membunuhku berapa hari setelah bulan purnama malam ini.
“Jika kau tidak ingin menahanku untuk
lebih lama di tempat ini, aku akan melakukan ini sekarang.”
Hyena menggerakan tubuhnya pelan,
membulatkan kedua bola matanya sempurna untuk memastikan bahwa benda yang kini
menempati posisi di jari manisnya itu benar-benar nyata. Gadis yang tadi sedang
bersandar di bahuku ini langsung menatapku sambil memamerkan senyum khas
miliknya, mengucapkan rasa terimakasih dalam hatinya padaku. Aku tau gadis ini
sangat bahagia dengan cincin yang kulingkarkan pada jari manisnya secara
tiba-taba saat kami sedang menikmati udara siang di taman yang ada di pusat
Seoul ini.
“Aku Lee Minho bersedia mencintaimu dan
melindungimu hingga maut menghentikanku. Seo Hyena, apa kau juga bersedia
kucintai dan kulindungi?”
Author’s
POV
“Aku Lee Minho bersedia mencintaimu dan
melindungimu hingga maut menghentikanku. Seo Hyena, apa kau juga bersedia
kucintai dan kulindungi?”
Ucapan itu terdengar sangat tegas dan
meyakinkan bagi Hyena, membuat Hyena langsung mendongak menatap wajah Minho
yang terpampang jelas di hadapannya. Sejenak gadis itu menghela napas
panjangnya, serasa diberi kejutan yang membuat dirinya lemas bahagia, merasa
dirinya baru saja dilamar oleh seorang pria yang akan segera menikahinya.
Beberapa detik perasaannya melambung, dan pria yang berasal dari Blood Moon itulah yang mampu membuat
perasaannya melayang seketika dan tercabik seketika.
“Aku Seo Hyena, bersedia kau cintai dan
kau lindungi serta bersedia mencintaimu dan melindungimu dengan segenap hati
sampai maut menghentikanku.”
Jawaban dari Hyena membuat Minho
melengkungkan senyumnya, betapa bahagianya jika janji itu diucapkan pada hari
pernikahan. Tapi pria itu sadar, pernikahan hanya mimpi yang tak mungkin dapat
mereka wujudkan. Minho tidak mungkin meninggalkan Hyena setelah dia
menikahinya, Minho bukan pria yang egois meski dia ingin sekali menjadikan
Hyena sebagai isterinya sebelum mereka berpisah. Karena itulah Minho
mempersiapkan kejutan kecil itu pada Hyena, sebuah cincin yang kini menghiasi
jari manis Hyena sudah cukup menjadi simbol bahwa cintanya pada Hyena
benar-benar nyata bahkan sudah sangat melebihi rasa sayang seorang suami pada
isterinya.
“Gomawo,
kau membuatku bahagia hari ini.”
“Tempat mana lagi yang ingin kau
datangi? Pilih tempat yang indah untuk melepasku.”
Berat. Sebenarnya sangat berat bagi
Minho mengucapkan kata-kata itu pada Hyena, menyuruh gadis itu memilih tempat
yang indah untuk sebuah perpisahan. Seindah apapun tempat yang akan dipilih,
tidak akan memperbaiki hati yang hancur karena perpisahan, tapi bukankah gadis
itu menginginkan perpisahan yang berkesan?
“Sungai Han...”
Sungai Han, tempat yang sangat tepat
bagi mereka untuk berpisah mengingat tempat itu juga yang mempertemukan mereka.
“Baiklah...”
***
Minho’s
POV
“Kaajiimaa...”
Aku tersenyum tanpa beban saat Hyena
mengucapkan kata itu padaku. Akhirnya, kata yang selama ini kutunggu-tunggu
keluar dari pita suaranya. Aku meraih wajahnya yang menunduk tanpa berani
menatapku di tepi Sungai Han ini, aku mendongakan wajah yang mampu membuatku
menggila selama keberadaanku di bumi ini, wajah yang sangat berat untuk kutinggalkan
itu.
“Kaajiimaa
Mino-ya, kajiimaa... Jangan pergi dari dunia ini, tetaplah hidup di dunia
ini, aku akan rela melepasmu dari duniaku. Kau harus tetap hidup di tempatmu,
pergilah dari planet ini, kembalilah ke bulan...”
Aku masih bisa tersenyum pahit setelah
mendengar kata yang hampir saja membahagiakanku itu, dia memintaku jangan pergi
dari dunia ini dan memintaku untuk tetap hidup dan dia rela sakit demi aku.
Suara itu sangat menyakitkan terdengar oleh telingaku, suara serak dan agak
bergetar diiringi oleh deru tangisnya yang segera membuncah tumpah tak tertahan
lagi. Wajah yang kukagumi yang sedang kurengkuh ini tak menunggu waktu lama
lagi untuk menjadi basah sempurna. Aku merasakan kisah cinta yang sangat tragis
dan menyayat hingga ngilu terasa ke tulang-tulangku, kisah cinta yang baru
pertama kali kualami harus berakhir karena takdir yang tak menyatukanku dan
gadis ini. Aku teramat mencintai gadis ini sampai aku berani jika harus
membayar dengan nyawaku asal gadis ini berhenti menangis.
Aku tidak bisa lagi menahan kedua mataku
yang mulai memanas oleh desakan cairan bening ini, aku tidak tahan melihat
wajah basah yang nyata terpampang dalam rengkuhanku ini. Tubuhku turut bergetar
saat gadis ini menundukan wajahnya dan menyandarkan kepalanya pada dadaku, jantungku
serasa tidak akan berdetak lagi saat tau betapa menyedihkannya hari-hari yang
akan gadis ini jalani, betapa beratnya kehidupan di bumi ini tanpa aku yang
sudah menjadi tempat yang paling nyaman baginya untuk berkeluh-kesah, meski
hubungan menyakitkan ini belum berlangsung lama, tapi rasa yang kami rasakan
sudah sangat dalam dan menggila satu sama lain bahkan gejolak yang terasa saat
ini seakan ingin meledak tak kuasa menahan sakit di dalam rongga dada
masing-masing.
Hyena mendongak, berusaha menatap langit
malam, tidak, lebih tepatnya menatap bulan yang sebentar lagi akan berubah
menjadi bulan purnama sempurna. Air matanya terus mengalir bahkan tanpa isakan,
terlihat jelas bahwa air mata itu mengalir begitu saja. Ragaku seakan kosong
tanpa isi saat wajah indahnya kembali menelusup bersandar pada dadaku. Hyena-ya, jika ini benar-benar yang terakhir
untuk kita berdua, ijinkan aku puas menatap wajahmu malam ini, ijinkan aku
menikmati tatapan teduhmu agar aku tidak akan pernah bisa melupakan wajahmu
saat aku menjalani kehidupan di tempat asalku.
“Jangan menangis lagi, kau bilang kau
rela, kumohon jangan menangis.” Aku mengusap-usap pucuk kepalanya, wajahku
kutengadahkan menatap bulan yang tinggal beberapa menit lagi purnama.
“Kau tidak akan mengucapkan apa-apa
padaku, Hyena-ya?”
Hyena menggeleng dalam pelukanku, aku
tau untuk bicarapun sangat berat bagi gadis ini. Ucapan yang ingin ia ucapkan seakan
tercekat tak mampu keluar, hanya sesak yang terus ia rasakan di tenggorokannya.
“Ucapkan saja dalam hatimu, aku bisa
mengerti. Kau tau ‘kan, aku lebih
hebat dari peramal.”
“Minho-ya, jangan lupakan aku. Jadikan aku kenangan terindahmu, meski kau
akan menemukan gadis lain yang akan kau cintai di tempat asalmu.”
“Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu,
aku telah mengikuti jalanmu hingga mencintaimu hingga sejauh ini. Bagaimana
mungkin gadis lain mampu mengganti arti sakit akan kehilangan cinta berharga
sepertimu? Bagaimana mungkin gadis lain akan mampu mengganti senyum dan
tangismu? Bagaimana mungkin cinta gadis lain bisa mengalahkan rasa cintamu
padaku?”
“Ada satu hal yang ingin kupastikan
sebelum menemukan dirimu, aku ingin memastikan arti cinta yang sebenarnya.
Cinta yang bisa membuatku memiliki perasaan yang menggila, perasaan yang lebih
dari rasa cinta dan suka, aku tidak bisa memiliki perasaan itu sebelum aku
bertemu denganmu. Dan saat aku melihat ke dalam matamu di tepi Sungai Han waktu
itu, seperti orang gila aku langsung menyerahkan semua rasa kepercayaanku
padamu. Minho-ya, kau tau seberapa
besar cintaku, aku sangat mencintaimu Minho-ya.”
Drrrrrrrrrrrrtttttttt
“Handphone-mu,
buka saja dulu, mungkin itu penting.”
Kedua tangan Hyena bergetar hebat saat
memegang handphone-nya, bahkan dia
tak berhasil membuka menu pesan untuk memeriksa pesan yang baru saja masuk. Apa
gadis ini benar-benar akan bertahan setelah aku pergi?
“Biar aku saja.” Aku mengambil handphone itu dari tangannya, membuka
pesan yang baru masuk itu. Kukerutkan keningku saat membaca pesan yang sangat
mengejutkan bagiku. Perasaan tidak tenang langsung menguasaiku.
“Pesan dari siapa?”
“Tidak, hanya pesan dari operator.”
Kataku berbohong lalu memasukan kembali handphone
Hyena ke dalam tasnya.
“Kau ingin melarikan dari? Pergi jauh
dari tempat ini?” aku bertanya pada Hyena yang semakin gelisah karena bulan
purnama kian menyempurnakan bentuknya.
Hyena menggeleng, “tidak ada.” Ucapnya
singkat. Aku tau gadis ini berbohong padaku.
“Andai kau ingin melarikan diri, tempat
mana yang menurutmu paling aman untuk kau datangi?”
“Bali-Indonesia, mungkin di sana aku
bisa bertemu dengan pamanku yang menikah dengan orang sana, aku tidak tau
pamanku masih ada di sana atau tidak. Aku tidak pernah mendapatkan kabar apapun
darinya.”
Bulan purnama semakin memamerkan
keindahannya. Keindahan Sungai Han yang begitu tenang kian melengkapi siraman
cahaya yang dipantulkan oleh bulan di atas sana, memperjelas pandanganku untuk
menatap wajah gadis ini, Seo Hyena.
“Hyena-ya, bulan purnama akan segera membawaku.”
Hidup tidak akan berhenti sebelum kita
dipertemukan dengan takdir kematian yang telah ditentukan oleh Tuhan. Meski aku
akan berakhir dengan sangat mengenaskan, aku tidak akan pernah menyesali
keputusanku ini, aku tidak pernah menyesal telah mencintai gadis yang luar
biasa ini, aku sangat berterimakasih pada Tuhan karena telah mempertemukanku
dengan seorang Seo Hyena. Dan kehidupan gadis yang kucinta ini tidak akan
berhenti sampai di sini, hari-hari lain setelah hari ini sedang menantikannya,
akan sangat egois bagiku jika aku tidak bisa memberikan sesuatu yang berarti
padanya sebelum kepergianku.
Aku membuka botol kecil yang menampung
sebutir pil teleportasi ini, kumasukkan pil ini ke dalam mulutku. Kurasa ini
adalah akhir kisah cintaku dengan gadis ini, gadis yang sangat berarti bagiku.
“Minho-ya, itu pil apa?”
Kedua tanganku bergerak cepat merengkuh
belakang kepalanya saat wajah yang kembali basah oleh air mata itu mendongak
menatap wajahku. Menatap kembali wajah Hyena beberapa detik sebelum kupergi,
aku ingin memastikan bahwa air matanya tak lagi mengalir, tapi tetap saja, air
mata gadis ini terus saja membasahi seluruh wajahnya.
Jika dengan sebuah pengorbananku bisa
memastikan kebahagiaan dan keselamatannya, maka kuanggap itu bukan hal sia-sia.
Jika dengan sebuah pengorbananku bisa membuat dia kembali tersenyum, maka aku
akan melakukannya. Aku rela hencur berkeping-keping asal hidup gadis yang
kucintai tidak menderita setelah kepergianku.
“Saranghae
Seo Hyena, saranghae...”
Hembusan napas beratnya terasa jelas
menyapu wajahku saat kudekatkan wajahku pada wajahnya yang sedang kurengkuh oleh
kedua tanganku ini. Gadis ini memiliki mata yang indah hingga aku ingin selalu
menatap matanya, seakan kedua bola mata gadis ini memiliki medan magnet yang
besar untuk terus menarikku mendekat. Saat kusadari jarak wajahku dan wajahnya
sudah sangat dekat, kumiringkan wajahku agar bisa meraih bibirnya yang indah
itu. Aku melumatnya berkali-kali, seakan tak ingin segera mengakhiri jika
keadaan memungkinkan. Kubimbing Hyena agar mau membuka mulutnya, bahkan aku
sedikit memaksa agar gadis ini menuruti keinginanku. Aku bukan pria brengsek
yang mencium gadisnya dengan paksa dan kasar, aku hanya ingin melakukan sesuatu
padanya, demi keselamatan gadis yang kucintai ini. Tak menunggu waktu lama
Hyena membuka mulutnya, bermaksud menyambut ciuman liarku, dan ini kesempatanku
untuk menyelamatkanmu dari pria brengsek itu.
“Pil yang kau telan akan bisa membawamu
ke Bali beberapa saat lagi...” Jawabku tanpa beban sama sekali. Hanya ini yang
bisa kulakukan untukmu Hyena-ya,
hanya ini.
Perlahan tubuhku semakin mati rasa dan
hampa, kulihat sebagian dari tubuhku sudah menghilang beberapa bagian menjadi
kerlap-kerlip bintang kecil berwarna putih.
Aku tidak mengerti tentang semua yang
ada di planet ini. Kenapa manusia dengan mudahnya lepas dari hukum? Hanya
karena sebuah jaminan? Mereka bilang tidak ada bukti yang cukup untuk menyatakan
pria itu bersalah.
“Aku
akan mencarimu gadis brengsek! Kau pergi ke mana? Sampai mati aku tidak terima
kau perlakukan seperti ini, aku sendiri yang akan membunuhmu! Aku sudah keluar
dari penjara, seseorang telah menjaminku. Kau di mana? Mungkin aku tidak jadi
membunuhmu jika kau datang padaku sekarang, tapi aku tidak bisa menjamin
keselamatanmu oleh tanganku jika kau terus lari dengan pria sialan itu!”
Aku tidak bisa berpikir hal lain lagi
selain harus berbagi pil teleportasi ini dengan Hyena setelah membaca pesan
masuk dari pria brengsek itu, aku tidak yakin Hyena akan baik-baik saja setelah
kepergianku. Aku tidak tau apakah tubuhku bisa berteleportasi sampai ke tempat
asalku atau tidak, tapi aku percaya ucapan paman itu yang mengatakan bahwa
setengah pil putih ini mampu membawa manusia bumi sampai ke tempat yang
diinginkannya. Aku akan mengambil resiko, meski pada akhirnya aku hanya akan
menghilang.
Bagaimanapun jalan yang kutempuh, aku
dan Hyena tidak akan bisa bersama. Dengan aku kembali ke tempat asalku atau
dengan aku bertahan di bumi, keduanya hanya akan memberikan kata perpisahan.
Dan aku memilih jalan ini, jalan yang kurasa yang terbaik untuk kekasihku,
jalan yang kurasa dapat menempatkannya dalam keselamatan setelah kepergianku.
Lebih baik aku menghilang dari dunia ini bagai debu daripada harus membiarkan
kekasihku meneteskan air mata dan menempatkannya dalam bahaya. Aku rasa
keselamatan Hyena adalah imbalan yang pas bagiku yang telah mengorbankan
nyawaku. Ya, nyawaku. Aku tau pasti sekarang, bahwa nyawaku akan segera lenyap.
Aku tidak akan sampai ke tempat asalku hanya dengan setengah kandungan dari pil
putih ini.
Aku hancur menjadi berkeping-keping,
semua bagian tubuhku yang masih membentuk tak mampu merasakan apapun kecuali
jantungku. Kulengkungkan senyuman pada gadis yang masih menatapku dengan
tangisan yang membuncah itu, tangisan yang benar-benar menghujam organ vital di
dalam dadaku ini. Ya, setidaknya hanya organ ini yang masih kurasakan selama
proses pelenyapanku dari di dunia ini. Ribuan sembilu semakin mengoyak
jantungku dalam detik-detik kepergianku saat gadis itu menyebut namaku, nama
yang dia berikan padaku, Lee Minho. Meski aku akan menjadi debu yang tak
berarti jika dibandingkan dengan alam semesta ini, paling tidak debu ini pernah
berarti di mata gadis ini hingga dia memberikan nama yang indah itu padaku. Gomapta Hyena-ya, kau membuatku mengerti cinta sejati, kau memberiku kisah cinta
yang luar biasa itu. Dan mianhae
Hyena-ya, karena aku tidak
memberitahumu tentang pengorbananku yang sangat mencintaimu ini karena aku
tidak ingin kau terus memikirkanku. Lupakan aku Hyena-ya, lupakan seorang Lee Minho yang tak mungkin bisa melindungimu
ini, aku mohon... Demi besarnya cinta kita, tolong lupakan aku Seo Hyena, gadis
yang sangat kucintai.
END
***
Thanks udah baca sampe akhir yang galau. Gak biasa bikin FF yg sad ending, kalo ga dapet feel termehek-meheknya harap dimaklumi. Tapi kalo boleh curhat aku ngenes pas bikin FF ini, kayaknya aku beneran galau deh, atau akunya aja yg emang lagi galau.. Ah, entahlah... ^^
RCL ya...

I like the men's way side move to her maiden teleportation tablets
BalasHapusAaaaa~~~ T.T
BalasHapus