Rabu, 08 April 2015

FF Lee Min Ho : The Man from Blood Moon



Masih inget 'kan fenomena Blood Moon beberapa hari yang lalu?? Nah, gara-gara tuh bulan yang warnanya merah kayak darah, nih FF muncul tiba-tiba aja. Udah mah bikinnya pas lagi galau, jadi harap maklum kalo nih FF jauh dari kata so suiiiiit ya (-_-) Oh iya, FF ini juga itung-itung buat penambal FROM 2034 yang ga dilanjutin update-nya. Kenapa? Karena tuh FF udah aku ajuin ke penerbit setelah direvisi. Jadi mianhae kalo buat yg selama ini ngikutin atau yang pernah baca. Nikmatin aja FF rada aneh ini kalo pengen mengenanag sosok Blackhunt, ga jauh beda lah, Lee Minho berasal dari makhluk luar bumi pokoknya.   


Author : Covi Kim a.k.a Evilia
Cover by: MrsKim88_

Title: The Man from Blood Moon
 Cast: Lee Minho, Seo Hyena, Song Jaerim, Kim Shi Kyung, etc.
Genre: Fantasy, Sad, Romance
Rated: 17+
Length: Oneshot 







Minho’s POV


Mataku pedih, kurasa planet ini terlalu gemerlap. Dari beberapa menit yang lalu kutahan air mata yang siap mengalir dari kedua mataku. Aku tidak menangis, air mata ini keluar karena dunia yang kupijak sekarang terlalu berkilau. Mereka bilang bahwa manusia bumi adalah makhluk cerdas yang tak begitu baik dalam mengembangkan kemampuan, tapi kenapa pembangunan di planet ini sungguh luar biasa? Meski di tempatku sudah menciptakan berbagai mesin yang mengagumkan, malam akan terasa sangat sunyi, tidak ada penampakan lampu-lampu berwarna seperti di bumi. Bangsaku hanya fokus pada pengerjaan mesin-mesin di bawah permukaan yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, bukan menciptakan gedung-gedung dengan lampu yang berpijar bergitu banyak.


Mungkin ada pertanyaan yang muncul. Kenapa aku ada di tempat yang jauh dari tempat asalku? Aku berasal dari sebuah benda langit yang sudah tak asing lagi bagi bumi, aku berasal dari bulan. Ya, bulan yang merupakan satelit bumi. Mungkinkah ada kehidupan di bulan? Tentu ada, buktinya adalah keberadaanku ini. Tapi kenapa para penjelajah ruang angkasa dari bumi tidak menemukan apapun di bulan? Hanya permukaan yang tak datar dan sangat gersang, tanpa oksigen dan tanpa air, hanya itu yang mereka katakan. Keberadaanku, tepatnya keberadaan kami di permukaan bulan hanya muncul saat gerhana bulan penuh terjadi. Dan keberadaanku di bumi kali ini muncul dari gerhana bulan penuh yang sangat langka terjadi. Tentu banyak orang yang tau tentang munculnya gerhana bulan merah darah atau kebanyakan orang menyebutnya sebagai Blood Moon yang hanya terjadi lebih dari satu abad sekali. Bulan akan tampak seperti bola merah menggantung indah di langit malam. Pada saat itu beberapa dari kami naik ke permukaan bulan, lalu terbang menggunakan pesawat luar angkasa ke berbagai planet untuk melakukan penelitian yang tak lebih dari satu jam. Meski kami bisa melakukan penjelajahan setiap gerhana bulan terjadi, kami tidak sesering itu melakukan penjelajahan ke planet lain, hanya pada saat yang benar-benar dibutuhkan kami akan menjelajah ke berbagai planet. Sebelumnya kami berada di dalam perut bulan, hidup bahagia di dalam sana. Dan pada saat Blood Moon yang langka itu terjadi, kami memutuskan untuk kembali melakukan penjelajahan.


Seoul, 4 April, 2015


Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan pertama kali. Beberapa waktu yang lalu aku masih bersama teman-temanku mengelilingi bumi dengan menggunakan pesawat luar angkasa kami. Dan karena kepolosanku yang percaya saja pada mereka, aku ditinggalkan di planet ini. Aku tidak tau kenapa, aku tidak tau kesalahan apa yang kulakukan hingga mereka tega membuangku ke tempat asing seperti ini. Bagaimana aku bisa kembali ke tempatku? Bagaimana aku bertahan di tempat ini sendirian? Di ranselku hanya ada setumpuk uang bumi bermata won dan sebutir pil yang akan menambah energiku jika hal buruk terjadi di planet asing ini. Uang dan pil yang ada di ranselku ini sudah jelas mereka yang menyediakannya karena aku tidak merasa membawa benda seperti itu, terutama uang bermata won. Rupanya mereka sudah merencanakan akan membuangku ke bumi, tepatnya ke negara ini, Korea Selatan.


Aku termenung, menatap gemerlap lampu-lampu kota yang masih saja membuat mataku pedih. Harus berapa lama lagi aku dapat beradaptasi dengan cahaya-cahaya itu?


“Apa aku melakukan kesalahan besar sehingga mereka tidak menginginkanku?”


Aku terus mengeluh dan membayangkan nasibku jika mereka benar-benar meninggalkanku. Bagaimanapun juga, aku bukan penghuni planet ini, tentu tubuhku tidak akan mudah beradaptasi dengan keadaan bumi. Dan sebutir pil bio itu? Tidak mungkin mampu membuatku bertahan di tempat ini untuk waktu yang lama.


“Kalian pikir kalian siapa? Berhenti mengikutiku!”


“Ayolah, kekasihmu saja sudah mengijinkan kami untuk menjamahmu...”


Suara yang berasal dari beberapa manusia bumi itu mengusikku. Sekarang beberapa meter di hadapanku ada pemandangan yang begitu mengerikan. Seorang gadis terlihat sudah putus asa, beberapa bagian pakaian yang membalut tubuhnya telah robek akibat ulah liar tiga pria yang terlihat sangat bernafsu untuk melakukan perbuatan keji pada gadis itu. Pemandangan kontras kulihat dari wajah mereka. Wajah gadis itu basah dipenuhi air mata penderitaan dan keringat. Sementara itu, wajah pria-pria itu terlihat senang mengingat nafsunya akan segera terpenuhi.


“Tinggalkan gadis itu untukku! Aku akan membayar kalian.” Kataku ikut campur, dan nekat mengingat aku memiliki uang yang melebihi jumlah uang yang ada di otak mereka.


Tiba-tiba saja darahku bergejolak dan sangat marah melihat ulah keji pria-pria itu pada seorang gadis lemah yang sudah tidak bisa apa-apa. Aku tidak suka melihat wanita menangis. Maksudku, semua pria bangsa kami benar-benar mengutuk perbuatan keji pada wanita.


“Apa?”


Pria-pria itu memelototiku.


“Jangan pura-pura idiot. Aku tau segalanya tentang kalian. Kalian menukar gadis ini dengan uang ‘kan? Berapa hutang si brengsek itu? Aku akan melunasinya sekarang juga.” Aku membentak pria-pria brengsek itu dengan tatapan berkilat.


“Sialan, bagaimana kau tau semuanya? Apa kau memata-matai kami?”


“Tidak penting aku mata-mata atau bukan, yang pasti aku adalah tipe orang yang pandai membaca pikiran jahat manusia-manusia bejad seperti kalian!”


“Kurang ajar, kami tidak butuh uangmu. Simpan saja uang itu untuk pemakamanmu besok.”


“O’ow. Mari kita lihat, siapa yang akan dimakamkan besok?” balasku percaya diri.


Mereka siap mengirimkan timah panas itu padaku, kurasa tiga peluru sudah sukses mengenai jantungku.


“Bodoh, mainan kecil itu tidak akan membunuhku.” Aku mendengus, karbondioksida yang terdesak keluar dari paru-paruku terasa sangat panas terbakar amarah pada pria-pria bejad itu.


“Apa, dia....”


“Sekarang yang akan mati adalah kalian brengsek!”


Dengan mudah kini aku berhasil memindahkan tiga pistol itu ke tanganku. Dua pistol kuremas hingga lebur tak berbentuk karena satu pistol ini sudah cukup bagiku untuk memusnahkan mereka dari planet ini.


Ekspresi gemetar penghuni bumi di saat-saat terakhir kematiannya. Tubuh gemetar dengan ucapan-ucapan mengiba, mereka berharap aku mengampuni mereka. Cih, aku hanya akan membunuh mereka sekarang.


“Berhenti, aku mohon jangan lakukan itu...!” Tiba-tiba saja suara lemah itu menghentikan aksiku. Aku menurunkan tanganku yang tadi sudah siap menarik pelatuk. Ada perasaan yang siap meledak saat kutatap kedua mata gadis lemah itu, ingin rasanya aku langsung menghancurkan seluruh tubuh pria-pria itu, jika perlu akan kupisahkan tubuh mereka menjadi beberapa bagian lalu kulempar potongan-potongan tubuh mereka ke perairan yang dinamakan Sungai Han itu, sungai yang tak jauh dari posisi kami saat ini.


“Lepaskan mereka...”


“Tapi...”


“Aku mohon...”


Para pria brengsek itu berlari tak tentu arah. Meninggalkan kami di tepi Sungai ini berdua. Pria-pria itu beruntung, sepertinya gadis ini adalah manusia bumi yang baik.


“Kau masih kuat?” tanyaku khawatir dengan kondisinya yang terlihat sangat memprihatinkan.


“Kam-sa-ham-ni-da....” Ucapnya pelan sebelum dia menutup mata. Aku memerhatikan wajahnya, berusaha membaca pikirannya sebelum dia pingsan. Aku menyunggingkan senyumku, ternyata gadis ini berbohong. Dia ingin aku membunuh pria-pria itu, tapi dia sekuat hati melarangku, dia tidak ingin membawa orang lain dalam masalah besar karena dirinya.


“Aku yang seharusnya berterimakasih padamu.”



***



Sebuah apartemen di pusat Kota Seoul, tempat tinggal gadis yang baru saja kutolong. Dinding ruangan yang didominasi oleh lukisan-lukisan abstrak dan sebuah piano klasik menjadi pemandangan segar bagiku. Rupanya gadis ini memiliki daya tarik terhadap seni.


Aku merawatnya sebentar sebelum dia sadarkan diri. Merebahkannya ke tempat tidur, mengganti pakaiannya, dan membersihkan beberapa bagian tubuh yang kotor dan terluka.


“Bagaimana kau membawaku ke sini?”


Tiba-tiba saja dia terbangun. Aku membantunya duduk bersandar pada punggung ranjang berwarna indigo dengan hiasan corak bunga teratai di bagian atasnya.


“Kau menggantikan pakaianku? Kau...”


“Eiiihhh, tenang saja, aku melakukannya tanpa melihat bagian tubuhmu. Lagipula kalaupun aku melihat, tidak ada yang harus kunikmati dengan tubuh dalam keadaan penuh lebam begitu. Terlalu mengerikan...”


“Syukurlah...” Ucapnya lega.


“Sudah kubilang ‘kan, jangan salah paham.” Lirihku dengan tatapan iba padanya.


“Tapi, apa kau benar-benar tidak melihat.......”


“Tidak bisakah kau berterimakasih dulu padaku, Nona?”


“Aku sudah mengucapkannya sebelum aku pingsan.”


“Itu terimakasih karena aku telah memberi pelajaran pada pria-pria itu, kau belum mengucapkan terimakasih karena aku harus membawamu yang berat ke atas tempat tidurmu.”


“Kamsaham..”


“Ah lupakan, aku yang seharusnya berterimakasih padamu.”


“Eoh?”


“Aku berterimakasih karena kau mencegahku membunuh mereka.


Saat insiden di Sungai Han tadi aku merasa tidak bisa menguasai emosiku. Jika gadis ini tidak menyuruhku untuk berhenti, mungkin aku menarik pelatuk itu tepat di kepala atau jantung mereka, mungkin aku telah membunuh orang-orang itu. Dan membunuh manusia bumi adalah hal yang sangat dilarang bagi dopley, manusia bulan sepertiku.


“Makan ini, kau pasti lapar.”


Aku memberinya makanan instan yang sempat kubeli tadi di luar saat menggendong gadis ini pulang. Aku tidak tau makanan yang disukai manusia bumi, tapi aku tidak bodoh dengan diam tanpa mencari tau. Aku melihat banyak orang memasukan makanan ini ke mulutnya, dan aku yakin makanan ini banyak disukai manusia.


“Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau menolongku? Kenapa kau tau masalahku? Kenapa kau tau tempat ini? Dan kenapa kau bisa tau password apartemenku?”


“Makan dulu, pertanyaanmu akan kujawab semua.”


“Baiklah.”


Dia melahap makanan itu dengan baik. Aku senang melihat seorang gadis yang tidak ragu makan dengan cara seperti itu di hadapan seorang pria. Aku suka cara makannya, aku juga suka bagaimana cara dia membuka dan menutup mulutnya, aku suka hidungnya, aku suka matanya, aku suka wajahnya, aku suka melihatnya ada di hadapanku. Manusia ini benar-benar indah.


“Apa yang kau lihat? Kau mau makan ramen ini? Aku akan membaginya denganmu kalau kau mau.”


Aku terkejut. Sial, aku tertangkap basah saat sedang memerhatikan wajahnya.


“Tidak, aku hanya melihat cara makanmu. Aku senang jika ada orang yang memakan makanan yang kuberikan, aku merasa sangat dihargai.”


“Ck..”


Dia tersenyum padaku. Aku tidak tau kenapa. Apa karena ucapanku barusan atau karena dia sadar dengan kebohonganku barusan.


“Ceritakan padaku, bagaimana kau bisa tau semuanya? Kalau tidak salah, aku tadi melihatmu tertembak tapi kau...”


“Kau bisa mendekat?” pintaku pada gadis ini.


“Mendekat? Waeyo? Aku bisa mendengarmu dari jarak ini.”


“Aku akan menceritakannya sambil melakukan ini.” Aku mendekatinya, mengompres wajahnya untuk ke sekian kali sejak dia pingsan.


“Bagaimana mungkin seorang gadis tidak peduli dengan wajahnya yang lebam seperti ini? Kau justru lebih mementingkan hal lain, apa kau tidak khawatir ini akan menimbulkan bekas luka?” aku terus mengompresnya, menatapnya dekat dengan sesekali tersenyum. Gadis ini tidak menolak sedikitpun.


“Yang tidak akan hilang adalah luka hatiku.” Dia balas menatapku, seakan ingin membuatku memahami isi hatinya. Ya, tanpa dia berusaha pun, aku bisa membacanya, aku bisa membaca isi hati manusia.


“Seo Hyena-shi... Aku mengetaui banyak tentangmu, bahkan aku tau kisahmu yang menjadi pengganti uang untuk melunasi hutang-hutang pria brengsek itu. Aku mengerti penderitaanmu. Saat aku melihat ke dalam hatimu, di sana ada perasaan sakit yang teramat hingga rasa sakit itu dapat kurasakan. Mungkin kau tidak akan percaya dengan apa yang akan kukatakan. Aku bisa membaca isi hati manusia bumi, karena itu aku bisa tau segalanya tentangmu hanya dengan berhadapan dengan pria yang menjahatimu tadi. Dan yang akan membuatmu semakin tidak percaya adalah dari mana asalku. Aku berasal dari Blood Moon.” Jelasku yang tak begitu banyak berharap bahwa gadis ini akan memercayaiku.


Gadis bernama Seo Hyena ini tercengang sejenak hingga akhirnya dia merespon apa yang baru saja kukatakan padanya.


“Tunggu dulu, Kau peramal?”


“Tidak, aku bukan peramal.” Jawabku meyakinkannya.


“Dan tempat asalmu? Apa kau serius? Kau alien dari luar angkasa, Tuan?”


“Ck, percuma aku serius mengungkap jati diriku padamu. Dan aku ini bukan alien, Nona Seo!” ucapku menyesal. Kalau tau akan ditanggapi seperti ini, tidak akan kuceritakan padanya tentang jati diriku.


“Kau aneh. Dimana-mana alien akan merahasiakan jati dirinya, mereka tidak akan terang-terangan mengakuinya seperti yang kau lakukan tadi.”


“Sudah kubilang aku bukan alien. Aku berasal dari bulan, dan penghuni bulan disebut dopley, bukan alien seperti katamu!”


“Itu sama saja, apa bedanya? Di bumi makhluk luar angkasa itu disebut alien. Tidak peduli alien-alien itu menamakan dirinya apa.”


“Terserah, aku sudah mengatakannya, tidak ada jawaban lagi atas pertanyaan-pertanyaanmu selain jawaban yang tadi.”


“Baiklah, baiklah... Aku tidak akan bertanya lagi. Untuk tadi, aku benar-benar berterimakasih. Aku tidak peduli siapa kau, yang aku tau kau adalah penyelamatku.”


“Aku akan jadi penyelamatmu selama aku di sini.”


“Mwoya?”


“Ssshhh, aku ini dopley, aku bisa melakukan apa saja untuk menyelamatkanmu dari bahaya.” Ucapku berusaha menghiburnya lagi dan lagi. Aku ingin terus melihat senyumnya, aku menyukai senyumnya.


“Arraseoyoooo, Mr. Alien...”


“Aku Dopleeeeey nonaaaa, bukan alien..!”


“Boleh aku tau namamu?”


“Namaku?”


“Iya, kau tau namaku, aku juga harus tau namamu agar kita bisa berteman.”


“Teman? Namaku...? Kode maksudmu? Atau...” Aku terdiam sejenak, berusaha mencari nama yang pas untuk kugunakan di tempat ini. Bangsaku di bulan tidak memiliki nama lahir, kami hanya memiliki kode dopley. Aku adalah dopley dengan kode 087, itu artinya namaku Dopley 087. Haruskah aku memberitahu kode ini pada manusia bumi?


“Baiklah, kalau begitu aku akan memberimu nama. Boleh?”


Aku berpikir sejenak. Tidak ada salahnya aku mendapat nama untuk kugunakan di tempat ini. Akhirnya aku mengiyakan dengan anggukan tiga kali padanya.


“Mulai sekarang namamu adalaaaah..... Lee Minho. Aku akan memanggilmu Minho! Jika ada yang bertanya namamu, jawab saja Lee Minho.”


“Minho?”


“Namamu Minho, bukankah itu nama yang bagus Tuan Alien?”


“Oh, itu nama yang bagus. Nona, sekali lagi aku tegaskan, aku bukan alien...”



***



Author’s POV


Rumah pengap dengan berbagai barang yang tidak tertata baik, kulit-kulit kacang dan berbagai makanan yang berserakan, juga beberapa botol minuman keras berbagai merk tergeletak di lantai menemani keresahan seorang pria yang baru saja mendapat kabar buruk. Kabar buruk itu adalah telah dibatalkan pelunasan hutang-hutangnya karena gadis yang tak lain adalah Seo Hyena itu telah gagal menjadi pengganti uang puluhan juta won itu.


“Dia bersama seorang pria yang sangat aneh, pria itu sangat hebat dan terlihat berdarah dingin. Kau ambil kekasihmu dari pria itu lalu bawa pada kami atau kau harus membayar hutangmu dengan uang. Jika kau tidak bisa memberi kami salah satunya, nyawamu akan menjadi gantinya!”


Ucapan yang sempat dia dengar dari ujung telepon sana benar-benar mengganggunya. Pria berparas cukup tampan itu memutar kembali otaknya untuk mencari cara bagaimana melunasi hutang-hutangnya.


“Seo Hyena, apa kau tidak mencintaiku? Kenapa kau menyulitkanku? Kau adalah harapanku Seo Hyena... Aku harus mendapatkanmu kembali!”


Pria itu bergegas meninggalkan rumah berlantai dua miliknya, mengemudi mobilnya dengan tujuan mencari Hyena demi melunasi hutang-hutangnya. Sudah tidak ada lagi rasa sayang dalam hati pria bernama Song Jaerim itu. Paras menawan itu ternyata tidak sesuai dengan kepribadiannya yang buruk dan hatinya yang gelap. Dia sudah tidak ingat bahwa Hyena pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Gaya hidup berjudi, mabuk, dan bermain wanita di bar-bar malam membuatnya harus mengeluarkan banyak uang hingga tanpa berpikir panjang berhutang pada preman-preman itu.


Tak lama kemudian mobil itu berhenti di depan sebuah gedung apartemen. Ya, itu adalah apartemen tempat Hyena tinggal. Jaerim berpikir Hyena pasti ada di apartemennya karena dia tau benar Hyena yang yatim piatu itu tidak memiliki tempat pulang lain kecuali apartemen yang belum lama gadis itu lunasi angsurannya.


“Seo Hyena, tunggu aku sayang. Apa kau tidak merindukanku?”



***



Lee Minho’s POV


“Dimana aku harus tidur?”


“Yang pasti kau boleh tidur di mana pun kecuali di tempat tidurku!”


“Weeee..?”


“Weeee..? Kau pikir aku mau tidur denganmu?”


“Kau tidak mau?”


“Yak! Kau tidak tau sopan santun?!”


“Sopan santun?”


“Apa kau benar-benar alien eoh sehingga tidak tau sopan santun di bumi?”


“Aku dopley, bukan alien.”


“Ok, apa dopley sepertimu tidak tau sopan santun? Kau tadi menyelamatkanku dari perbuatan keji pria-pria itu tapi sekarang kau hampir sama mesumnya dengan mereka.”


“Tidur dalam satu tempat tidur yang sama bukan berarti mesum.”


“Yaaaaaaaaaak....!”


“Arraaaa.... Aku akan tidur di lantai, tepat di samping tempat tidur ini.”


Aku sangat senang menggoda Hyena. Dia gadis yang mudah akrab dengan dopley sepertiku, aku tidak tau apa dia juga akan bersikap sama dengan orang lain jika bukan aku yang menyelamatkannya tadi. Aku bersyukur bahwa aku yang telah menolongnya tadi, aku senang mengenalnya.


“Kenapa kau tidak tidur di sofa saja?”


“Tidak mau. Aku sudah katakan tadi, selama aku di bumi, aku akan jadi penyelamatmu dan melindungimu.”


Benar, kalimat itu meluncur begitu saja tanpa kurencanakan. Aku tidak tau apa akibatnya setelah aku mengucapkan lagi dan lagi kalimat itu pada Hyena.


“Kenapa?”


Tidak apa, aku tidak keberatan Hyena bertanya seperti itu. Tidak heran dia bertanya-tanya tentang dopley yang baru mengenalnya tapi langsung bertekad melindunginya. Mungkin dia berpikir aku adalah dopley gila.


Sudah tengah malam, baru lima jam yang lalu aku bertemu Hyena pertama kali. Tapi, lima jam ini terasa sudah sangat lama bagiku, bahkan kami sudah tidak menggunakan bahasa formal.


Oh, gadis ini ternyata sedang menatapku. Meski aku sedang menutup mataku di bawah sini, pengelihatanku bisa menembus kelopak mataku sendiri. Aku melihatnya, matanya yang menampung banyak pertanyaan. Aku membaca isi hatinya melalui mata itu, dia sangat berterimakasih padaku, dan ada perasaan aneh yang aku sendiri tidak bisa menerjemahkannya. Perasaan apa yang kurasa sekarang? Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini, jadi aku tidak mengerti. Tapi, perasaan yang sedang dirasakannya sekarang jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan perasaan sedih yang pernah kubaca darinya beberapa jam yang lalu.


Tiba-tiba aku membelalakan mataku, aku tidak bermaksud membuatnya malu karena tertangkap basah sedang memerhatikan wajahku. Aku menikmati tatapan itu dan ingin lebih lama menikmati keindahan matanya. Aku terkejut sehingga aku membuka mataku tiba-tiba.


“Apa itu suara pintumu?”


Matanya kini melebar sepenuhnya. Aku menebak Hyena telah melupakan sesuatu yang sangat penting, dan hal yang dia lupakan adalah mengganti password pintu apartemennya.


“Bodoh, aku lupa menggantinya. Itu pasti Jaerim. Dia pasti akan membawaku ke tangan pria-pria brengsek itu.”


“Sudah kukatakan tadi. Aku ada di dekatmu untuk melindungimu.”


Aku menggenggam tangannya erat, aku ingin meyakinkan dia untuk percaya padaku dan tenang selama aku ada di dekatnya. Jangankan pria brengsek itu, ribuan tentara bumi pun aku bisa mengatasinya.


Akhirnya aku melihat sosok menyedihkan pria itu. Kesan pertama yang sangat buruk dalam pertemuan kami. Dia datang dalam keadaan mabuk, jalannya pun tidak teratur, sungguh beruntung dia tidak kecelakaan saat menuju ke tempat ini. Aku tidak tahan melihatnya, aku ingin, aku ingin sekali membunuhnya.


“Hyena-ya, apa yang ingin kau lakukan padanya? Aku akan melakukannya untukmu.” Ucapku pada gadis yang tangannya bergetar ini.


“Apa pun itu, selagi kau tetap membiarkannya hidup.”


“Baiklah. Kau tunggu di sini.”


“Kau mau kemana, Minho?”


“Aku akan memberinya pelajaran. Percaya padaku, kau aman di sini.”


“Bagaimana jika bukan hanya dia yang datang, bagaimana jika masih ada teman-temannya? Mereka akan membawaku saat kau sedang memberinya pelajaran.”


“Aku mengerti. Aku akan melakukannya di depanmu. Aku harap kau mendapat kepuasan, bukan ketakutan dan penyesalan karena telah memintaku melakukannya.”


Aku mengerjapkan kedua mataku ketika pria bernama Jaerim itu mendekat dan akan menyerangku dengan kursi yang dia raih. Seketika kursi itu terlepas dari tangannya. Aku menirunya, aku menghantamkan kursi itu pada kepalanya dengan menggunakan kekuatanku. Kudengar Hyena menjerit saat itu, tapi jeritannya bukan jeritan untuk menghentikanku. Aku melanjutkannya.


“Sekarang aku hanya akan mematahkan kedua tangan dan kakimu.”


“Jadi kau pria sadis yang dikatakan mereka. Siapa kau sebenarnya?” tanya Jaerim padaku dengan wajah putus asa, sangat menyedihkan.


“Aku? Aku adalah orang yang paling jijik denganmu, Song Jaerim-ssi...!!”


Kreeekkkkk


“Hentikan Minhooo, dia bisa mati.”


Hanya suara lemah itu yang mampu menghentikan kesadisanku. Sebenarnya aku ingin sekali membuatnya cacat seumur hidup, tapi di sisi lain, aku takut membuat kesalahan.



***



Jika saja gadis ini tidak menghentikanku saat itu, aku pasti melakukan hal yang keji pada pria itu. Hyena hanya memintaku untuk melaporkan tindakan itu pada polisi, dan memastikan Jaerim terkurung di dalam sel tahanan.


Sejak hari itu, aku selalu dekat dengan Hyena. Aku dan Hyena selalu bersama-sama. Makan, berbelanja, menonton televisi, olahraga, bahkan aku dan gadis itu sudah tidur bersama. Jangan berpikir aku melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya saat kami berdua di atas ranjang, aku hanya menemaninya tidur, tidak menyentuhnya sedikitpun. Hubungan kami? Menurutku hubungan ini sulit untuk kudeskripsikan.



1 Week Later...


Gadis berambut panjang di hadapanku ini terlihat sangat cantik, hujan gerimis semakin mempercantik helai-helai rambutnya yang semakin basah, hanya ada kesan membahagiakan saat aku memerhatikannya dari belakang meski tanpa melihat wajahnya. Sampai sekarang, aku belum bisa mengerti apa yang kurasakan, hanya saja aku merasa senang menikmati pemandangan di hadapanku saat ini.


“Kim Shi Kyung...”


Hyena melambaikan tangannya pada seorang pria jangkung yang pernah diceritakannya padaku. Kim Shi Kyung, teman dekatnya di kampus. Pria ini adalah pemilik salah satu kafe di Seoul, baik, ramah, perhatian, tidak perhitungan, dan sangat menyenangkan. Semua itu beberapa hal yang kudengar tentang pria ini. Tapi, jujur saja, aku tidak menyukai pria ini!


“Hyena-ya, kau kemana saja? Kau tau, para dosen hampir setiap hari menanyakan kabarmu.”


“Ah, mian. Aku mengalami beberapa kesulitan belakangan ini.”


“Kesulitan? Kau seharusnya menceritakan itu padaku..”


Ck, apa dia biasa perhatian pada Hyena seperti saat ini? Apa mereka benar-benar teman atau ada sesuatu. Kenapa juga aku memikirkan hal itu? Itu ‘kan bukan urusanku. Bukankah aku hanya ingin melindungi gadis ini, bukan mengorek kehidupan pribadinya.


Kedua mata pria itu terus menatapku penuh tanda tanya, dia ingin mengetahui siapa aku, dan kenapa aku bisa berada di tempat ini bersama dengan Hyena.


“Hyena-ya, siapa dia? Kekasihmu? Kau sudah putus dengan Song...”


“Eoh... ah.. dia, dia kakakku..”


“Kakak?” aku sempat terkejut. Hyena berbohong seenaknya saja.


Ya, aku tau pria itu tidak percaya pada pengakuan Hyena. Aku juga tidak percaya bahwa pria ini adalah teman yang baik dan tulus. Aku bisa membacanya, pria itu... Tidak mungkin, kenapa perasaan pria itu sama sepertiku pada Hyena? Perasaan apa ini...?


“Benar ‘kan oppa?”


Tidak ada pilihan lain bagiku selain mengangguk. Ya, aku berbohong. Padahal, apa salahnya jika dia katakan bahwa aku ini hanyalah temannya? Apa salahnya? Bukankah kami ini berteman?


“Shi Kyung-ah, aku minta bantuanmu.”


“Bantuan???”


Aku melihat mereka menjauhiku. Hyena menceritakan semuanya, gadis itu bermaksud melarikan diri dari masalah. Dia tidak ingin bertemu dengan pria yang telah mengkhianatinya lagi. Dia ingin meninggalkan kota ini, dia terlalu takut menghadapi kenyataan pada masa depan. Apa kejadian itu memberikan trauma yang mendalam baginya? Apa dia tidak percaya padaku yang akan melindunginya?



***



Aku meneguk beberapa minuman kaleng yang dibelikan Hyena di minimarket tadi. Aku belum pernah meminum minuman semenakjubkan ini. Ada rasa mencekik lidahku saat minuman ini menyentuh seluruh ruang dalam rongga mulutku dan kepalaku merasa sedikit berputar setelah meneguk beberapa kaleng. Apa ini? Apa aku keracunan?


“Kau mau membunuhku Hyena-ya?


“Apa? Membunuhmu?”


“Untuk apa aku susah payah mengajarimu banyak hal tentang kehidupan manusia bumi selama hampir seminggu ini kalau aku akan membunuhmu...”


“Minuman ini pasti beracun, aku... aku... aku pusing, Nona Seo...”


Yak, bagaimana mungkin pria dewasa sepertimu belum pernah minum minuman seperti ini?”


“Minuman seperti ini?”


“Aishhh, kau benar-benar... Apa di bulan tidak ada yang menjual minuman seperti ini eoh?”


Hyena mendekatiku, menyentuh kedua pipiku dengan kedua telapak tangannya, dia sedikit menekan permukaan pipiku. Aku hanya diam terkejut, meski aku merasa sangat pusing, aku masih sadar dengan segala hal yang terjadi sekarang.


“Minho-ya... Kau... Kenapa kau selalu bersamaku? Kenapa kau muncul di waktu yang sangat tepat? Kenapa kau muncul disaat aku membutuhkan seseorang berada di sampingku? Kenapa kau mau melindungiku? Kenapa kau terlihat sangat menyenangkan? Kenapa kau selalu menuruti kemauanku? Kenapa Minho-ya? Kau  harus menjawabnya...!”


“Apa kau merasa pusing juga Hyena-ya?” tanyaku mendengar runtutan pertanyaannya yang tidak teratur dan kabur. Kukira dia juga keracunan minuman ini.


Yaaaak, kenapa kau ada di sini? Jawab aku, Tuan Alien..!”


“Aku bukan alien...”


“Aku tidak peduli, kau jawab pertanyaanku dulu..”


“Sebenarnya aku di sini karena.....”


“Apa kau akan selalu bersamaku? Apa kau menjamin aku tidak akan apa-apa tanpamu?”


Matanya berbinar saat menanyakan hal itu, seakan dia sangat mengharapkan jawaban menyenangkan yang akan keluar dari mulutku. Awalnya aku ingin mengatakan sebab aku berada di bumi, tapi melihat wajah itu, aku tak jadi mengatakannya. Aku hanya bisa mengangguk.


“Kau tau, kenapa aku ingin pindah dari tempat ini? Aku takut sekali. Pria itu sangat baik padaku, aku terlalu membanggakannya, aku sangat menyukainya selama ini, kupikir dia tulus melakukannya. Tapi... Aku tidak tau hatinya perlahan berubah dan tega menyakitiku.”


“Kau sangat menyukainya?”


Dia mengangguk pelan setelah kutanyakan hal itu. Dan, aku tidak menyukai jawabannya. Ada perasaan seperti marah di dadaku, aku tidak tau kenapa. Baru pertama kali aku merasakan hal seperti ini.


“Itu dulu, sekarang setelah hatinya berubah padaku. Aku akhirnya belajar membencinya dan sekarang aku benar-benar membencinya. Apalagi sekarang ada kau, Minho...”


“Hati??”


Kosakata itu tidak kupahami. Aku dan dopley lainnya tidak menggunakan kata itu dalam percakapan kami.


“Letaknya ada di sini.”


Hyena yang memandangku dengan pandangan redup itu menyentuh dadaku. Dia menekannya, seakan dia berusaha merasakan organ yang bergerak di dalam sana.


“Apa para alien tidak belajar anatomi tubuh? Kau tidak mengetahui apa itu hati?”


Aku menggeleng. Aku tidak terima dikatakan alien lagi olehnya, tapi kali ini aku tidak bisa lagi memprotesnya. Aku justru fokus pada organ yang bergerak-gerak di dalam dadaku ini.


“Kau tidak tau hati? Tapi kau memiliki jantung yang bagus, Tuan Alien...”


“Jantung...?”


Aku tidak mengerti kata-katanya beberapa menit ini, apa karena minuman beracun ini hingga aku perlahan menjadi dopley yang bodoh?


“Banyak orang mengatakan bahwa saat hatimu ada yang salah, saat itu juga jantungmu melakukan aktivitas yang tidak normal.”


“Saat hati ada yang salah...?” saat ini aku semakin merasa menjadi orang yang bodoh, benar-benar tidak paham dengan maksud kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Hyena.


“Saat hatimu merasakan sesuatu yang tidak biasanya, seperti merasakan angin yang berhembus menerpa wajahmu padahal udara benar-benar diam dan gersang atau saat kau merasa waktu seakan terhenti padahal hari semakin larut, saat hatimu merasakan hal-hal seperti yang kusebutkan tadi, jantungmu akan merespon dengan cepat.”


“Merespon bagaimana?”


Entah apa yang kuperbuat sekarang, aku hanya mengikuti alur pembicaraan bodoh ini dengannya. Aku merasa tidak ingin mengecewakannya malam ini. Mata yang penuh kesedihan itu, aku ingin sekali menggantinya dengan kebahagiaan.


“Jantungmu akan berdebar cepat, dan dalam tahap akut kau hanya akan mencari orang yang membuatmu seperti itu. Kau akan berusaha mengobati debaran jantung yang tak terkendali itu dengan bertemu orang yang sangat ingin kau temui...”


“Jujur saja.. Aku tidak mengerti maksudmu...”


“Kau sedang mabuk, kau tidak akan mengerti.”


“Mabuk? Maksudmu, aku sedang keracunan?”


“Bodoh, ini bukan karena kau keracunan. Kau mabuk, Tuan Alien...”


Lega. Aku kira aku keracunan dan akan mati beberapa menit kemudian lalu menghilang. Pernah ada kasus di bulan, seorang dopley yang banyak menghisap kadar asam sulfat dan nitrogen mati mengenaskan lalu menghilang beberapa menit kemudian. Ya, dopley bisa mati, sama seperti manusia dan gas berbahaya adalah salah satu kelemahan kami. Tadinya kupikir minuman ini mengandung gas berbahaya.


“Mendekat...”


“Untuk apa...?”


Untuk apa Hyena menyuruhku mendekat padahal jarak kami sudah dekat, aku tepat berada di sebelahnya. Dan karena aku tidak bergerak, dia merubah posisi duduknya menghadapku, dia mendekatkan wajahnya tepat di hadapan wajahku. Mungkin jarak antara hidungku dan hidungnya tidak lebih dari 1 cm, sangat dekat!


“Bukankah kau ingin tau bagaimana kerja jantung? Kau bisa membuktikannya sekarang.” Ucapnya tidak terlalu jelas pada pendengaranku. Tapi, pada jarak sedekat ini, aku bisa merasakan hembusan napasnya yang memburu menabrak hembusan napasku yang tidak jauh berbeda dengannya.


“Bagaimana caranya?” tanyaku sambil memandang wajah indah yang kini bisa sangat jelas kulihat tanpa harus mencuri-curi seperti biasanya. Apa karena perasaan pusing ini hingga aku tidak merasa malu atau segan?


“Kau bisa lebih mendekatkan wajahmu pada wajahku Minho-ya, kau akan tau apa yang kukatakan itu benar atau hanya sebuah kebohongan.”


Dopley tak tau diri, apa yang akan kau lakukan sekarang? Kau akan melakukan hal apa? Kau ini makhluk luar bumi. Kenapa kau harus melakukan hal yang sama seperti yang manusia bumi lakukan?


Aku mencobanya, menuruti apa yang disarankan oleh Hyena. Aku ingin tau, apakah benar jantung akan bekerja seperti apa yang dikatakannya?


Aku menyentuhnya. Bibirku menyentuh bibir yang indah itu, mendiamkannya di sana beberapa saat. Hyena kembali menyentuh dada kiriku, lagi-lagi dia memberi sedikit tekanan di sana. Dan... aku merasakannya, jantungku berdebar sangat cepat, lebih cepat dari sebelumnya. Perasaan ini aneh dan sangat menyenangkan hingga aku memejamkan mataku saat bibir Hyena sedikit membuka, dan entah apa yang merasukiku, aku lancang memainkan bibirku pada bibirnya. Aku tidak bisa menahan perasaan yang menakjubkan ini. Sekarang aku kesetanan, aku menyukai perbuatan ini. Aku menyukai debaran jantung yang tak terkendali ini, aku menyukai rasa panas ini. Ya, rasa panas. Aku merasakan dadaku terbakar, aku hanya ingin terus melakukan ini dengannya.


“Tunggu, apa pria-pria itu juga menginginkan hal seperti ini?”


Sejenak aku berhenti untuk mempertanyakan hal yang menggangguku. Dia mengangguk pelan, menatapku sayu dengan senyuman yang sangat kusukai itu.


“Lalu apa aku sama dengan mereka?”


Hyena menggeleng, membuat perasaanku membaik. Kupikir dia akan menyamakanku dengan pria-pria brengsek itu.


“Kau berbeda, mereka tidak akan melakukannya dengan hati, tapi kau melakukannya dengan hatimu Minho...”


“Bagaimana kau yakin tentang hal itu?”


“Aku... Aku bisa merasakannya..”


Tidak tahan lagi setelah aku mendengar ucapannya yang membuatku begitu nyaman dan senang. Aku melakukannya kembali, aku belum tau apa yang kulakukan ini benar atau salah. Aku hanya benar-benar menikmati saat lidahku menerobos memasuki rongga mulutnya. Mataku semakin terpejam penuh saat lidahnya menari-nari akrab dengan lidahku, saling menghisap dan memagut dalam-dalam. Tidak hanya sampai disana, kami pun saling memeluk erat. Kami melakukannya cukup lama. Gadis ini, membuatku cukup lemas dan hampir kehabisan napas. Tapi aku sangat menyukai perbuatan kami ini. Dia bilang, ini adalah ciuman. Berarti, ini adalah ciuman pertamaku. Dan sepertinya, aku adalah dopley pertama yang melakukan hal ini dengan makhluk bumi.


Jantung memiliki respon yang kuat dan cepat terhadap hati. Saat pikiranmu tidak mampu mendeskripsikannya, jantungmu justru reflek menerjemahkannya.


Mungkin itu maksud dari ucapannya tentang kerja jantung. Pikiranku tidak sampai untuk dapat mengartikan perasaan ini, tapi jantungku menerjemahkannya secepat itu dengan beberapa banyak debaran. Tidak langsung aku menanyakannya pada Hyena, aku tidak ingin terlihat seperti dopley bodoh di hadapan manusia bumi.


Esok harinya aku mendatangi perpustakaan dan bertanya pada librarian di sana tentang buku yang menjelaskan tentang jantung yang berdebar saat berada sangat dekat dengan seseorang. Dia memberiku sebuah buku berjudul’Heartbeat’.


“Cinta, sesuatu yang tidak dapat terlihat. Dia hanya ada dan terasa olehmu saat kau menemukan seseorang yang membuatmu ingin selalu di dekatnya. Saat kau jatuh cinta, kau akan merasakan rasa senang hanya dengan melihatnya atau bahkan hanya dengan mendengar suaranya yang menyapamu. Saat kau merasakan debaran pada jantungmu tidak seperti biasanya, kau harus segera sadar bahwa telah terjadi sesuatu pada hatimu. Sudah pasti hatimu mencintainya, dengan kata lain dia memberitahu jantungmu agar pikiranmu mengerti bahwa kau sedang jatuh cinta pada seseorang. Itu jika kau berpikir sebagai manusia bumi yang cerdas...”


Apa? Manusia bumi yang cerdas? Aku dopley, bukan manusia bumi. Bagaimana mungkin aku bisa berpikir seperti manusia bumi yang cerdas?


Perpustakaan ini telah memberiku petunjuk tentang hal yang membuatku penasaran, paling tidak aku sudah tau tentang perasaan yang belakangan ini menimpaku.


Dopley 087...”


Kedua bola mataku terbelalak saat aku baru saja keluar dari perpustakaan. Seorang pria menyapaku dengan kode identitasku di bulan. Tidak ada seorangpun di bumi yang mengetahui kode itu, bahkan Hyena pun tidak mengetahuinya. Aku berjalan mendekati pria berambut putih yang sedang bersandar pada tembok depan bagian samping perpustakaan ini.


“Kau mengenalku, Paman?”


Dopley mana yang tidak akan mengetahui dopley bodoh sepertimu?”


Dopley? Kau dopley sepertiku?”


“Kurasa kau bisa menyebutku dopley meski aku bukan dopley sepertimu.”


Seketika kedua mataku berbinar atas jawabannya. Dengan begitu, aku bukan satu-satunya dopley yang terjebak di bumi saat ini.


“Apa kau tidak ingin kembali ke bulan?”


“Apa bisa? Bukankah aku harus menunggu satu abad lebih?”


“Padahal kau bisa saja kembali tanpa harus menunggu Blood Moon menjemputmu. Kau tidak tau apa-apa saat menjelajah ke tempat ini?”


“Tolong jelaskan semuanya padaku, Paman!”


“Apa kau pernah menentang penelitian yang dilakukan oleh petinggi di bulan?” tanya dopley yang kini sudah berhadapan denganku ini. Aku mengangguk, aku memang pernah menentang dengan keras salah satu penelitian di bulan. Bagaimana tidak, mereka berusaha melakukan menelitian tentang penggabungan DNA manusia bumi dan DNA manusia bulan lalu mencampur lagi kedua DNA itu dengan DNA makhluk asing di luar galaksi bimasakti yang karakternya benar-benar ganas, mereka ingin menciptakan kekuatan militer bulan yang super kuat seperti makhluk ganas itu, gesit seperti manusia bulan dan cerdas seperti manusia bumi. Apa itu tidak menyalahi hukum alam?


“Kau sama sepertiku dan puluhan dopley lain yang dibuang, kita yang dibuang adalah penentang keras proyek penelitian itu. Tetapi kau sedikit beruntung dari kami, salah satu teman yang membuangmu merasa sedikit iba padamu. Dia membekalimu banyak uang bermata won dan membekalimu pil itu.”


Aku mengeluarkan sebutir pil yang masih terjaga di dalam sebuah botol kecil transparan ini, pil bio berwarna putih yang akan menyelamatkan nyawaku saat tubuhku sudah tidak mampu bertahan dengan keadaan bumi. Setidaknya pil bio ini akan sedikit memperpanjang usiaku di bumi.


“Pil yang ada itu sebenarnya bukan pil bio untuk mempertahankan hidupmu di bumi karena dopley sepertimu bagaimana juga pasti akan mati dalam waktu cepat di tempat ini.” Kata pria itu sambil terus memperhatikan pil yang sedang kugenggam ini.


“Lalu, apa gunanya dia memberikan pil ini padaku?”


“Ternyata pengetahuanmu sangat kurang, anak muda. Pil itu bukan bil kehidupan, pil itu adalah pil teleportasi yang bisa membawamu kembali ke bulan dengan bantuan kekuatan bulan purnama!”


“Membawaku ke bulan? Maksudmu...”


“Kau benar. Teman yang membuangmu ke bumi sebenarnya tidak tega, dia hanya takut pada petinggi dan benar-benar membuangmu ke tempat asing ini. Tapi di sisi lain diam-diam dia berharap kau bisa kembali setelah menelan pil itu dengan harapan kau mengerti maksudnya.”


“Kau serius? Apa kau tidak berbohong?”


“Apa aku terlihat seperti sedang mempermainkanmu, anak muda?”


“Tidak, hanya saja, aku merasa aneh padamu. Kau tidak memiliki pil ini ‘kan? Tapi kau justru memberikan informasi yang sangat penting ini, bukankah lebih masuk akal jika kau merebut pil ini dariku? Kau bisa pulang ke bulan juga dengan menelan pil ini.”


“Kembali ke bulan? Aku sangat bersyukur mereka membuangku, aku sudah muak dengan para dopley serakah itu.”


“Kau bisa mati, Paman.”


“Aku tidak mungkin mati. Dengan aku menelan satu pil teleportasi itu, tidak, maksudku setengah pil itu, aku hanya akan berpindah ke tempat lain di belahan bumi ini karena pil itu khusus dibuat untuk dopley sepertimu.” Ucap paman yang kini berjalan semakin menjauhiku itu. Aku masih penasaran aku berjalan mengikuti langkah kaki paman yang mengaku dopley itu.


“Bukankah kau juga dopley, Paman?”


“Sebenarnya aku adalah manusia bumi, aku melakukan penelitian rahasia luar angkasa dan terjebak menuju perut bulan 20 tahun lalu. Aku dan rekan-rekanku berhasil menemukan cara agar bisa berkunjung ke dunia kalian tanpa harus memanfaatkan gerhana bulan, tetapi itu hanya membawa bencana bagi kami.”


“Bencana?”


“Rekan-rekanku mati dalam waktu satu bulan, hanya aku yang bertahan. Aku juga hampir mati jika tidak ada dopley yang berbaik hati padaku. Dopley itu rutin memberiku pil bio yang ia curi dari markas para petinggi, dopley itu salah satu orang yang bekerja di sana. Selama bertahun-tahun aku tergantung pada dopley itu. Aku tidak peduli dengan proyek mengerikan bangsamu itu. Aku menentang agar aku diusir dari bulan, aku lelah hidup dengan pil kehidupan tanpa rasa selama bertahun-tahun.  Rasanya jika mereka tidak membuangku pada Blood Moon kemarin lebih baik aku mati sebagai dopley jadi-jadian di bulan sana.”


Seakan masih belum percaya atas pengakuan paman yang beberapa menit lalu mengaku sebagai dopley, dan sekarang paman ini mengaku sebagai manusia bumi yang hidup bertahun-tahun di dalam perut bulan sebagai dopley jadi-jadian katanya? Bahkan aku tidak tau bahwa alam semesta ini menyimpan begitu banyak rahasia.


Paman yang berjalan di sebelahku ini tiba-tiba menghentikan langkahnya. Kedua mata yang sudah tak bening itu menatap langit sore yang menampakkan keberadaan bulan di atas sana.


“Sekarang terserah bagaimana pilihanmu, Nak. Kau ingin kembali dengan menelan pil itu saat bulan purnama pertama yang kau temui di tempat ini atau kau akan mati perlahan setelah bulan purnama berakhir? Tidak ada jaminan bahwa kau akan menemui bulan purnama berikutnya. Dan jangan lupa, jika kau memutuskan kembali, kau harus menelan utuh satu pil itu!”


Paman tua itu terus melangkah semakin menjauhiku, aku tak lagi mengikutinya. Aku hanya melihat paman itu dari belakang untuk memastikan paman itu benar-benar menghilang dari pandanganku.


“Terimakasih informasinya, Paman...” Ucapku mengeraskan suaraku sehingga terdengar oleh paman yang sudah sampai di belokan persimpangan jalan itu. Paman itu menoleh menatapku, lalu melambaikan tangannya dan kubalas dengan senyum juga lambaian tanganku.


“Kau pasti sangat bahagia ‘kan karena telah kembali ke rumahmu, Paman?”



***



Hyena’s POV


Aku masih belum mempercayainya. Aku mengenal seorang pria unik dan menarik. Saat dia menolongku dari pria-pria brengsek itu, aku pikir hanya halusinasiku yang setengah sadar karena beberapa perlakuan kasar mereka padaku. Tapi di malam pertama kebersamaan kami, dia mengatakan hal yang sungguh tidak masuk akal. Dan yang lebih tidak masuk akal adalah pemikiranku sendiri, aku langsung percaya pada hal tidak masuk akal itu hanya karena melihat tatapan matanya saat mengatakan hal itu. Dia mempunyai kekuatan mata yang luar biasa.


Bagaimana bisa aku yang baru patah hati karena pengkhianatan itu bisa langsung menyukai pria lain dalam sekejap? Aku langsung menyukainya saat itu, disaat dia mengucapkan kalimat pertamanya padaku di tepi Sungai Han, disaat kesadaranku tidak sepenuhnya ada. Dia bagai pangeran dalam dongeng yang ada dalam mimpi gadis kecil dan sekejap hadir dalam dunia nyata, membuat gadis kecil itu sangat bahagia. Bisa dikatakan akulah gadis kecil itu. Saat ini, aku begitu membutuhkannya karena aku mencintainya.


Aku juga belum bisa mengerti tentang penilaianku padanya. Dia seorang pria yang hanya mengenakan jeans yang dipadu dengan kemeja putih setiap harinya, tapi setiap hari juga aku mengagumi penampilannya tanpa bosan. Bahkan, aku juga mengagumi hembusan napasnya saat dia tepat berada di sampingku, seperti saat ini.


“Apa kau tidak ingin pergi?”


“Eohh?”


“Kau ingin lari dari tempat ini ‘kan? Kita pergi dari sini, aku akan menjauhkanmu dari dia.”


“Aku tidak mau.”


Tiba-tiba saja dia mengatakan hal aneh padaku. Bukankah kemarin-kemarin dia yang menahanku tetap di tempat ini? Dia yang membuatku yakin aman karena kehadirannya bersamaku. Tapi sekarang dia berkata hal seperti itu. Benar-benar membingungkanku.


Kulihat dia tidak lagi membalas ucapanku. Wajahnya hanya menunduk, kedua matanya menatap lantai berkeramik  pucat ini dengan kekhawatiran. Andai aku bisa sepertinya, aku ingin membaca isi hati makhluk asing ini.


“Kau kenapa?”


“Tidak apa-apa.” Jawabnya datar tanpa menatapku.


“Apa aku membebanimu?”


Dia mengangkat kepalanya, perlahan menatapku dengan tatapan yang belum pernah kulihat darinya sebelum ini. Apa yang dipikirkannya?


“Seo Hyena... Apa kau mencintaiku?”


Pertanyaan itu kudengar tiba-tiba darinya. Apa yang sedang dipikirkannya tentangku? Ya, dia tidak harus bertanya tentang itu. Mencintainya atau tidak, dia pasti sudah tau hanya dengan membaca isi hatiku. Tapi kenapa?


“Aku merasakan sesuatu yang seharusnya tidak kurasakan, aku melakukan sebuah kesalahan besar dalam hidupku...”


“Apa maksudmu?”


“Hyena-ya, aku sempat bingung dengan perasaanku. Setiap harinya seperti akan meledak saat melihat kau tersenyum padaku. Aku merasa senang bisa mengenalmu dan berada di dekatmu selama ini, dan aku sempat senang juga karena memiliki perasaan ini padamu. Tapi....”


“Perasaan apa? Apa yang kau rasakan terhadapku?” Aku penasaran dibuatnya. Aku tidak bisa hanya menebak-nebak bagaimana perasaannya padaku selama kebersamaan ini. Aku benar-benar ingin mengetahuinya saat ini.


“Aku tidak akan mengatakannya.”


“Kenapa?”


“Karena aku akan pergi.”


“Pergi?”


“Aku sudah bilang, aku membuat kesalahan besar. Aku membuatmu tergantung padaku, sementara aku akan pergi meninggalkanmu, Hyena-ya...”


Aku merasa sesak tiba-tiba menyerang dadaku, perasaan takut kehilangan yang baru saja menderaku seakan semakin menghimpitku untuk menyatakan kesedihan ini pada pria yang belakangan ini mewarnai keseharianku. Aku tidak bisa membayangkan hidupku yang sudah tergantung padanya tiba-tiba merasa hampa tanpa kehadirannya. Bagaimana aku bisa bernapas lega sementara aku dan dirinya tak lagi berada di tempat yang sama? Membayangkannya saja aku tak sampai hati, apalagi jika hal itu benar-benar terjadi, bagaimana jika Minho-ku benar-benar lenyap dari kehidupanku? Aku tidak akan lagi bisa melihatnya tersenyum, aku tidak bisa lagi melihatnya membenarkan tatanan rambutnya saat dia sudah pergi. Bahkan aku tidak yakin jiwaku tetap berada di dalam ragaku jika pria yang hangat itu menjauh dari pandanganku, aku tidak sanggup, aku hampa.


“Minho-ya... Lee Minho...” Aku menyebut nama yang sengaja kuberikan padanya, sambil tetap menahan himpitan luka yang ada di dalam dadaku ini, aku mencoba bertahan agar tidak berderai air mata di hadapannya.


“Apa yang kau katakan tadi bukan gurauan?” pertanyaan bodoh yang tak seharusnya kutanyakan karena aku sudah yakin bahwa ucapannya itu bukan gurauan, hanya saja aku masih berharap bahwa keyakinanku itu salah, aku berharap Minho menjawab dengan jawaban yang akan melegakan hatiku.


“Aku tidak bergurau, aku akan pergi.”


“Pergi ke tempat asalmu?”


Minho mengangguk tanpa kembali menatapku. Aku tau pria yang selalu berusaha melindungiku ini sedang menahan sesuatu yang mungkin sama sepertiku, sesak.


“Kapan?” tanyaku yang berusaha tetap tegar, berusaha tetap tenang di hadapannya. Aku tidak mau pria di hadapanku ini gentar dan mengurungkan niatnya untuk kembali hanya karena aku, karena aku bukan gadis bodoh yang akan melarangnya untuk tetap tinggal di sisiku, aku tau hal buruk akan terjadi padanya jika ia tetap tinggal bersamaku.


“Tiga hari dari sekarang, sebelum bulan purnama tiba.”


“Bagaimana jika lewat dari bulan purnama, Minho-ya?”


“Terlambat, aku tidak akan bisa kembali ke tempat asalku.”


“Jika itu terjadi, hal buruk akan...”


“Tebakanmu benar Hyena-ya, sesuatu yang buruk akan terjadi padaku.”


Benar, apa yang kupikirkan ternyata benar. Aku sangat takut kehilangannya dari duniaku tapi di sisi lain aku juga takut dia menghilang dari dunia ini. Aku justru ingin memintanya cepat menghilang dari duniaku, lebih baik dia menghilang dari duniaku daripada dia harus menghilang dari dunia ini. Paling tidak, aku bisa merasakan keberadaannya dari tempatku, meski aku tidak akan bisa menggapainya. Aku akan merelakannya, demi keberadaannya di dunia ini.


“Kalau begitu, pergilah...” Ucapku yang langsung membuat Minho mengangkat kepalanya, Minho menatap kedua mataku. Aku tau pria ini bisa membaca pikiranku, tapi seakan tatapan itu memintaku untuk meyakinkannya lagi bahwa aku benar-benar rela melepasnya.


“Aku akan baik-baik saja tanpamu Minho-ya, kau bisa percaya padaku.” Tegasku tersenyum padanya, senyum yang sebenarnya menyiratkan betapa hatiku sedang dipermainkan oleh ribuan mata pisau yang sangat menyakitkan.



Minho’s POV


“Aku akan baik-baik saja tanpamu Minho-ya, kau bisa percaya padaku.”


Salah satu organ yang ada di dalam rongga dadaku bagai sedang dipermainkan oleh ribuan mata pisau, menyayat dan membuat perih hingga membuat kedua mataku memanas saat gadis yang kini kugenggam tangannya itu mengucapkan sebaris kalimat yang berusaha meyakinkanku untuk segera pergi jauh dari dirinya, dari bumi ini.


Ada hal menakutkan selain kematian yang baru-baru ini kusadari, hal menakutkan yang akan membawaku ke dalam kegelapan jika aku benar-benar mengalaminya, kehilangan cinta, lebih tepatnya kehilangan dirinya dari sisiku. Aku tidak pernah membayangkan akan terjatuh pada seorang gadis yang bukan berasal dari duniaku, aku juga tidak pernah membayangkan akan mencintai orang lain jauh lebih besar dibandingkan aku mencintai diriku sendiri. Aku lebih takut kehilangannya daripada kehilangan diriku sendiri dari dunia ini.


Aku akan kembali ke tempat asalku, aku akan menghirup udara yang jauh berbeda dari udara yang dihirupnya, aku akan berpijak pada daratan yang jauh berbeda dari daratan yang dipijaknya, dan aku juga akan memandang langit yang jauh berbeda dari langit yang dipandangnya. Aku dan dia akan berada di tempat yang sangat jauh, tanpa bisa saling menggapai satu sama lain atau bahkan melihat satu sama lain. Semua itu adalah hal-hal yang paling mematikan daripada kematian itu sendiri. Aku akan mati jika dia tidak ada di sisiku, aku juga akan mati jika hari-hariku tanpa ocehan yang terkadang menyakitkan telingaku, aku akan mati tanpa gelak-tawa khas darinya, aku akan merasa mati tanpa merasakan keberadaannya di tempatku akan hidup.


Betapa bodohnya sorot mata itu yang berusaha sekuat hati meyakinkanku untuk meninggalkannya. Dia bilang baik-baik saja tanpa memikirkanku. Kau yakin akan baik-baik saja Hyena-ya? Dan apa kau juga yakin aku akan baik-baik saja jika hidup tanpamu Hyena-ya? Apa aku terlihat seperti pria yang kuat dan tahan banting? Kau tidak tau Hyena-ya, perasaanku sudah tak berbentuk lagi jika memikirkan hari perpisahan kita. Jika ada hal lain yang bisa kulakukan selain hidup di duniaku atau mati di tempatmu ini, aku akan melakukannya Hyena-ya, aku akan melakukan apapun dengan ikhlas untuk memastikan kebahagiaanmu di planet yang sangat mengerikan ini. Jika aku boleh memilih, aku ingin mati sebagai pelindungmu di planet ini daripada harus hidup panjang umur di tempat asalku. Kau satu-satunya gadis yang berhasil meluluhlantakan perasaanku, membuatku merasa bahagia dalam waktu singkat dan membuatku terhempas hanya karena aku tak bisa memilikimu, hidup bersamamu.


“Aku seperti gadis yang memerankah tokoh utama dalam drama, manusia dan makhluk luar angkasa saling mencintai dan harus berpisah, dan akan bahagia pada akhirnya. Tapi, mungkinkah kisah kita juga akan berakhir bahagia?”


“Aku tidak tau. Aku tidak tau apakah kisah kita akan berakhir bahagia atau...”


“Kumohon Minho-ya, akhiri kisah kita dengan bahagia sebelum hari perpisahan itu. Kau tau ‘kan, aku tidak memiliki siapapun di tempat ini, kedua orang tuaku sudah lama meninggal, aku tidak memiliki banyak teman dan saudara, aku tinggal sendirian. Setidaknya, bahagiakan aku sebelum kau pergi Minho-ya. Aku yakin kebahagiaan yang kau beri sebelum kau meninggalkanku akan membuatku merasa bahagia sampai aku meninggalkan dunia ini, kau mau?”


Saat ini aku berharap tak mengenali diriku. Aku berharap aku bukan seorang yang harus meninggalkannya pergi dengan jejak air mata. Saat aku tiba di tempat ini, aku sudah kehilangan arah dan saat aku bertemu dengan gadis ini aku semakin kehilangan arah. Aku tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi padaku, aku hanya peduli tentang hal-hal yang terjadi padanya. Aku bisa mengabaikan semua hal yang menimpaku, tapi aku sama sekali tidak bisa mengabaikannya meski itu adalah hal yang sepele. Aku sudah memastikan hati ini untuknya, menentukan bahwa jalan hidupku terarah padanya, dan memastikan akan berakhir padanya. Saat keyakinan ini sudah begitu besar, haruskah aku mundur? Haruskah aku melarikan diri meninggalkannya? Apa rasa cintaku selemah itu sedang rasa sakit yang kurasa saat ini sangat berlebihan? Hyena-ya, apa kau mengerti aku? Jika kau memintaku untuk bertahan di tempat ini sampai melalui bulan purnama, aku akan melakukannya. Kita saksikan sama-sama sampai di mana kematian itu akan mengejarku? Seminggu, dua minggu, sebulan? Aku akan lakukan itu untuk membahagiakanmu di saat-saat terakhirku.


“Minho-ya, kau mendengarkanku?”


Hyena mengguncang tanganku, kedua mata yang tengah berkaca-kaca itu menatapku sendu, Hyena menunggu jawabanku, jawaban untuk bersedia membahagiakannya di saat-saat terakhirku.


“Hyena-ya, bukan hanya tiga hari, aku akan melakukannya sampai waktuku habis. Aku akan terus bersamamu sampai aku tidak bisa lagi bersamamu di tempat ini.”


Kurasakan tangannya bergetar, kedua matanya semakin jelas dalam menampung cairan bening yang akan segera mendesak menodai pipi mulusnya. Kau ingin menangis Hyena-ya? Menangis saja sayang, tidak usah ragu, bukankah aku sudah menangis sejak tadi?


“Kau jahat!”


Kedua tangan Hyena memukul-mukul dada bidangku, ada rasa sakit luar biasa saat tangan gadis ini berkali-kali memukul-mukul dadaku. Kali ini bukan lagi mata pisau yang mempermainkan organ vital di dalam dadaku, mungkin ribuan belati yang telah terasah sedang menari-nari di dalam dadaku, memberikan luka yang teramat saat kedua tangan lemah gadis ini terus menghantam dadaku. Kugenggam kedua pergelangan tangannya, mendekatkan pandanganku pada wajahnya yang sudah sangat basah oleh cairan panas yang terus saja mengalir dari kedua matanya. Kurengkuh tubuhnya hingga tubuh mungil itu berhimpitan dengan tubuhku, akan kubiarkan gadis ini menangis di pelukanku, akan kubiarkan semua kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan dia tumpahkan ke dalam dadaku, dada yang sejak tadi merasakan perih yang sulit untuk kudeskripsikan lebih banyak lagi.



***



Aku ingin mencoba mengikuti keinginanmu untuk menempuh jalan ini, jalan yang menurutmu akan membawaku pada kebahagiaan dan akan membawaku jauh dari rasa penyesalan. Tapi, apa aku benar-benar tidak akan menyesal jika aku lebih memilih meninggalkan cintaku demi membuat kita berdua tetap hidup bersama di dua tempat yang sangat jauh berbeda? Dan jika jalan yang kau pilih ini akan membawa kita berdua pada suatu takdir yang sudah ditentukan, aku akan mengikutinya, dan berharap takdir itu akan membawamu pada kebahagiaan. Ya, kebahagiaanmu Hyena-ya, kebahagiaanmu saja sudah cukup bagiku.


Siang ini adalah siang terakhirku dengan Hyena. Gadis ini benar-benar ingin memanfaatkan waktu yang sangat berharga denganku, menghabiskan hari ini dengan banyak tawa di hadapanku, meski aku tau pasti tawa itu bukan tawa bahagia seperti tawa-tawa saat dia belum tau bahwa aku akan segera pergi dari tempat ini. Kau boleh memintaku Hyena, kita belum tau bumi akan membunuhku berapa hari setelah bulan purnama malam ini.


“Jika kau tidak ingin menahanku untuk lebih lama di tempat ini, aku akan melakukan ini sekarang.”


Hyena menggerakan tubuhnya pelan, membulatkan kedua bola matanya sempurna untuk memastikan bahwa benda yang kini menempati posisi di jari manisnya itu benar-benar nyata. Gadis yang tadi sedang bersandar di bahuku ini langsung menatapku sambil memamerkan senyum khas miliknya, mengucapkan rasa terimakasih dalam hatinya padaku. Aku tau gadis ini sangat bahagia dengan cincin yang kulingkarkan pada jari manisnya secara tiba-taba saat kami sedang menikmati udara siang di taman yang ada di pusat Seoul ini.


“Aku Lee Minho bersedia mencintaimu dan melindungimu hingga maut menghentikanku. Seo Hyena, apa kau juga bersedia kucintai dan kulindungi?”



Author’s POV

“Aku Lee Minho bersedia mencintaimu dan melindungimu hingga maut menghentikanku. Seo Hyena, apa kau juga bersedia kucintai dan kulindungi?”


Ucapan itu terdengar sangat tegas dan meyakinkan bagi Hyena, membuat Hyena langsung mendongak menatap wajah Minho yang terpampang jelas di hadapannya. Sejenak gadis itu menghela napas panjangnya, serasa diberi kejutan yang membuat dirinya lemas bahagia, merasa dirinya baru saja dilamar oleh seorang pria yang akan segera menikahinya. Beberapa detik perasaannya melambung, dan pria yang berasal dari Blood Moon itulah yang mampu membuat perasaannya melayang seketika dan tercabik seketika.


“Aku Seo Hyena, bersedia kau cintai dan kau lindungi serta bersedia mencintaimu dan melindungimu dengan segenap hati sampai maut menghentikanku.”


Jawaban dari Hyena membuat Minho melengkungkan senyumnya, betapa bahagianya jika janji itu diucapkan pada hari pernikahan. Tapi pria itu sadar, pernikahan hanya mimpi yang tak mungkin dapat mereka wujudkan. Minho tidak mungkin meninggalkan Hyena setelah dia menikahinya, Minho bukan pria yang egois meski dia ingin sekali menjadikan Hyena sebagai isterinya sebelum mereka berpisah. Karena itulah Minho mempersiapkan kejutan kecil itu pada Hyena, sebuah cincin yang kini menghiasi jari manis Hyena sudah cukup menjadi simbol bahwa cintanya pada Hyena benar-benar nyata bahkan sudah sangat melebihi rasa sayang seorang suami pada isterinya.


“Gomawo, kau membuatku bahagia hari ini.”


“Tempat mana lagi yang ingin kau datangi? Pilih tempat yang indah untuk melepasku.”


Berat. Sebenarnya sangat berat bagi Minho mengucapkan kata-kata itu pada Hyena, menyuruh gadis itu memilih tempat yang indah untuk sebuah perpisahan. Seindah apapun tempat yang akan dipilih, tidak akan memperbaiki hati yang hancur karena perpisahan, tapi bukankah gadis itu menginginkan perpisahan yang berkesan?


“Sungai Han...”


Sungai Han, tempat yang sangat tepat bagi mereka untuk berpisah mengingat tempat itu juga yang mempertemukan mereka.


“Baiklah...”



***



Minho’s POV


“Kaajiimaa...”


Aku tersenyum tanpa beban saat Hyena mengucapkan kata itu padaku. Akhirnya, kata yang selama ini kutunggu-tunggu keluar dari pita suaranya. Aku meraih wajahnya yang menunduk tanpa berani menatapku di tepi Sungai Han ini, aku mendongakan wajah yang mampu membuatku menggila selama keberadaanku di bumi ini, wajah yang sangat berat untuk kutinggalkan itu.


Kaajiimaa Mino-ya, kajiimaa... Jangan pergi dari dunia ini, tetaplah hidup di dunia ini, aku akan rela melepasmu dari duniaku. Kau harus tetap hidup di tempatmu, pergilah dari planet ini, kembalilah ke bulan...”


Aku masih bisa tersenyum pahit setelah mendengar kata yang hampir saja membahagiakanku itu, dia memintaku jangan pergi dari dunia ini dan memintaku untuk tetap hidup dan dia rela sakit demi aku. Suara itu sangat menyakitkan terdengar oleh telingaku, suara serak dan agak bergetar diiringi oleh deru tangisnya yang segera membuncah tumpah tak tertahan lagi. Wajah yang kukagumi yang sedang kurengkuh ini tak menunggu waktu lama lagi untuk menjadi basah sempurna. Aku merasakan kisah cinta yang sangat tragis dan menyayat hingga ngilu terasa ke tulang-tulangku, kisah cinta yang baru pertama kali kualami harus berakhir karena takdir yang tak menyatukanku dan gadis ini. Aku teramat mencintai gadis ini sampai aku berani jika harus membayar dengan nyawaku asal gadis ini berhenti menangis.


Aku tidak bisa lagi menahan kedua mataku yang mulai memanas oleh desakan cairan bening ini, aku tidak tahan melihat wajah basah yang nyata terpampang dalam rengkuhanku ini. Tubuhku turut bergetar saat gadis ini menundukan wajahnya dan menyandarkan kepalanya pada dadaku, jantungku serasa tidak akan berdetak lagi saat tau betapa menyedihkannya hari-hari yang akan gadis ini jalani, betapa beratnya kehidupan di bumi ini tanpa aku yang sudah menjadi tempat yang paling nyaman baginya untuk berkeluh-kesah, meski hubungan menyakitkan ini belum berlangsung lama, tapi rasa yang kami rasakan sudah sangat dalam dan menggila satu sama lain bahkan gejolak yang terasa saat ini seakan ingin meledak tak kuasa menahan sakit di dalam rongga dada masing-masing.


Hyena mendongak, berusaha menatap langit malam, tidak, lebih tepatnya menatap bulan yang sebentar lagi akan berubah menjadi bulan purnama sempurna. Air matanya terus mengalir bahkan tanpa isakan, terlihat jelas bahwa air mata itu mengalir begitu saja. Ragaku seakan kosong tanpa isi saat wajah indahnya kembali menelusup bersandar pada dadaku. Hyena-ya, jika ini benar-benar yang terakhir untuk kita berdua, ijinkan aku puas menatap wajahmu malam ini, ijinkan aku menikmati tatapan teduhmu agar aku tidak akan pernah bisa melupakan wajahmu saat aku menjalani kehidupan di tempat asalku.


“Jangan menangis lagi, kau bilang kau rela, kumohon jangan menangis.” Aku mengusap-usap pucuk kepalanya, wajahku kutengadahkan menatap bulan yang tinggal beberapa menit lagi purnama.


“Kau tidak akan mengucapkan apa-apa padaku, Hyena-ya?”


Hyena menggeleng dalam pelukanku, aku tau untuk bicarapun sangat berat bagi gadis ini. Ucapan yang ingin ia ucapkan seakan tercekat tak mampu keluar, hanya sesak yang terus ia rasakan di tenggorokannya.


“Ucapkan saja dalam hatimu, aku bisa mengerti. Kau tau ‘kan, aku lebih hebat dari peramal.”


“Minho-ya, jangan lupakan aku. Jadikan aku kenangan terindahmu, meski kau akan menemukan gadis lain yang akan kau cintai di tempat asalmu.”


“Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu, aku telah mengikuti jalanmu hingga mencintaimu hingga sejauh ini. Bagaimana mungkin gadis lain mampu mengganti arti sakit akan kehilangan cinta berharga sepertimu? Bagaimana mungkin gadis lain akan mampu mengganti senyum dan tangismu? Bagaimana mungkin cinta gadis lain bisa mengalahkan rasa cintamu padaku?”


“Ada satu hal yang ingin kupastikan sebelum menemukan dirimu, aku ingin memastikan arti cinta yang sebenarnya. Cinta yang bisa membuatku memiliki perasaan yang menggila, perasaan yang lebih dari rasa cinta dan suka, aku tidak bisa memiliki perasaan itu sebelum aku bertemu denganmu. Dan saat aku melihat ke dalam matamu di tepi Sungai Han waktu itu, seperti orang gila aku langsung menyerahkan semua rasa kepercayaanku padamu. Minho-ya, kau tau seberapa besar cintaku, aku sangat mencintaimu Minho-ya.”


Drrrrrrrrrrrrtttttttt


Handphone-mu, buka saja dulu, mungkin itu penting.”


Kedua tangan Hyena bergetar hebat saat memegang handphone-nya, bahkan dia tak berhasil membuka menu pesan untuk memeriksa pesan yang baru saja masuk. Apa gadis ini benar-benar akan bertahan setelah aku pergi?


“Biar aku saja.” Aku mengambil handphone itu dari tangannya, membuka pesan yang baru masuk itu. Kukerutkan keningku saat membaca pesan yang sangat mengejutkan bagiku. Perasaan tidak tenang langsung menguasaiku.


“Pesan dari siapa?”


“Tidak, hanya pesan dari operator.” Kataku berbohong lalu memasukan kembali handphone Hyena ke dalam tasnya.


“Kau ingin melarikan dari? Pergi jauh dari tempat ini?” aku bertanya pada Hyena yang semakin gelisah karena bulan purnama kian menyempurnakan bentuknya.


Hyena menggeleng, “tidak ada.” Ucapnya singkat. Aku tau gadis ini berbohong padaku.


“Andai kau ingin melarikan diri, tempat mana yang menurutmu paling aman untuk kau datangi?”


“Bali-Indonesia, mungkin di sana aku bisa bertemu dengan pamanku yang menikah dengan orang sana, aku tidak tau pamanku masih ada di sana atau tidak. Aku tidak pernah mendapatkan kabar apapun darinya.”


Bulan purnama semakin memamerkan keindahannya. Keindahan Sungai Han yang begitu tenang kian melengkapi siraman cahaya yang dipantulkan oleh bulan di atas sana, memperjelas pandanganku untuk menatap wajah gadis ini, Seo Hyena.


“Hyena-ya, bulan purnama akan segera membawaku.”


Hidup tidak akan berhenti sebelum kita dipertemukan dengan takdir kematian yang telah ditentukan oleh Tuhan. Meski aku akan berakhir dengan sangat mengenaskan, aku tidak akan pernah menyesali keputusanku ini, aku tidak pernah menyesal telah mencintai gadis yang luar biasa ini, aku sangat berterimakasih pada Tuhan karena telah mempertemukanku dengan seorang Seo Hyena. Dan kehidupan gadis yang kucinta ini tidak akan berhenti sampai di sini, hari-hari lain setelah hari ini sedang menantikannya, akan sangat egois bagiku jika aku tidak bisa memberikan sesuatu yang berarti padanya sebelum kepergianku.


Aku membuka botol kecil yang menampung sebutir pil teleportasi ini, kumasukkan pil ini ke dalam mulutku. Kurasa ini adalah akhir kisah cintaku dengan gadis ini, gadis yang sangat berarti bagiku.


“Minho-ya, itu pil apa?”


Kedua tanganku bergerak cepat merengkuh belakang kepalanya saat wajah yang kembali basah oleh air mata itu mendongak menatap wajahku. Menatap kembali wajah Hyena beberapa detik sebelum kupergi, aku ingin memastikan bahwa air matanya tak lagi mengalir, tapi tetap saja, air mata gadis ini terus saja membasahi seluruh wajahnya.


Jika dengan sebuah pengorbananku bisa memastikan kebahagiaan dan keselamatannya, maka kuanggap itu bukan hal sia-sia. Jika dengan sebuah pengorbananku bisa membuat dia kembali tersenyum, maka aku akan melakukannya. Aku rela hencur berkeping-keping asal hidup gadis yang kucintai tidak menderita setelah kepergianku.


“Saranghae Seo Hyena, saranghae...”


Hembusan napas beratnya terasa jelas menyapu wajahku saat kudekatkan wajahku pada wajahnya yang sedang kurengkuh oleh kedua tanganku ini. Gadis ini memiliki mata yang indah hingga aku ingin selalu menatap matanya, seakan kedua bola mata gadis ini memiliki medan magnet yang besar untuk terus menarikku mendekat. Saat kusadari jarak wajahku dan wajahnya sudah sangat dekat, kumiringkan wajahku agar bisa meraih bibirnya yang indah itu. Aku melumatnya berkali-kali, seakan tak ingin segera mengakhiri jika keadaan memungkinkan. Kubimbing Hyena agar mau membuka mulutnya, bahkan aku sedikit memaksa agar gadis ini menuruti keinginanku. Aku bukan pria brengsek yang mencium gadisnya dengan paksa dan kasar, aku hanya ingin melakukan sesuatu padanya, demi keselamatan gadis yang kucintai ini. Tak menunggu waktu lama Hyena membuka mulutnya, bermaksud menyambut ciuman liarku, dan ini kesempatanku untuk menyelamatkanmu dari pria brengsek itu.


“Pil yang kau telan akan bisa membawamu ke Bali beberapa saat lagi...” Jawabku tanpa beban sama sekali. Hanya ini yang bisa kulakukan untukmu Hyena-ya, hanya ini.


Perlahan tubuhku semakin mati rasa dan hampa, kulihat sebagian dari tubuhku sudah menghilang beberapa bagian menjadi kerlap-kerlip bintang kecil berwarna putih.


Aku tidak mengerti tentang semua yang ada di planet ini. Kenapa manusia dengan mudahnya lepas dari hukum? Hanya karena sebuah jaminan? Mereka bilang tidak ada bukti yang cukup untuk menyatakan pria itu bersalah.


“Aku akan mencarimu gadis brengsek! Kau pergi ke mana? Sampai mati aku tidak terima kau perlakukan seperti ini, aku sendiri yang akan membunuhmu! Aku sudah keluar dari penjara, seseorang telah menjaminku. Kau di mana? Mungkin aku tidak jadi membunuhmu jika kau datang padaku sekarang, tapi aku tidak bisa menjamin keselamatanmu oleh tanganku jika kau terus lari dengan pria sialan itu!”


Aku tidak bisa berpikir hal lain lagi selain harus berbagi pil teleportasi ini dengan Hyena setelah membaca pesan masuk dari pria brengsek itu, aku tidak yakin Hyena akan baik-baik saja setelah kepergianku. Aku tidak tau apakah tubuhku bisa berteleportasi sampai ke tempat asalku atau tidak, tapi aku percaya ucapan paman itu yang mengatakan bahwa setengah pil putih ini mampu membawa manusia bumi sampai ke tempat yang diinginkannya. Aku akan mengambil resiko, meski pada akhirnya aku hanya akan menghilang.


Bagaimanapun jalan yang kutempuh, aku dan Hyena tidak akan bisa bersama. Dengan aku kembali ke tempat asalku atau dengan aku bertahan di bumi, keduanya hanya akan memberikan kata perpisahan. Dan aku memilih jalan ini, jalan yang kurasa yang terbaik untuk kekasihku, jalan yang kurasa dapat menempatkannya dalam keselamatan setelah kepergianku. Lebih baik aku menghilang dari dunia ini bagai debu daripada harus membiarkan kekasihku meneteskan air mata dan menempatkannya dalam bahaya. Aku rasa keselamatan Hyena adalah imbalan yang pas bagiku yang telah mengorbankan nyawaku. Ya, nyawaku. Aku tau pasti sekarang, bahwa nyawaku akan segera lenyap. Aku tidak akan sampai ke tempat asalku hanya dengan setengah kandungan dari pil putih ini.


Aku hancur menjadi berkeping-keping, semua bagian tubuhku yang masih membentuk tak mampu merasakan apapun kecuali jantungku. Kulengkungkan senyuman pada gadis yang masih menatapku dengan tangisan yang membuncah itu, tangisan yang benar-benar menghujam organ vital di dalam dadaku ini. Ya, setidaknya hanya organ ini yang masih kurasakan selama proses pelenyapanku dari di dunia ini. Ribuan sembilu semakin mengoyak jantungku dalam detik-detik kepergianku saat gadis itu menyebut namaku, nama yang dia berikan padaku, Lee Minho. Meski aku akan menjadi debu yang tak berarti jika dibandingkan dengan alam semesta ini, paling tidak debu ini pernah berarti di mata gadis ini hingga dia memberikan nama yang indah itu padaku. Gomapta Hyena-ya, kau membuatku mengerti cinta sejati, kau memberiku kisah cinta yang luar biasa itu. Dan mianhae Hyena-ya, karena aku tidak memberitahumu tentang pengorbananku yang sangat mencintaimu ini karena aku tidak ingin kau terus memikirkanku. Lupakan aku Hyena-ya, lupakan seorang Lee Minho yang tak mungkin bisa melindungimu ini, aku mohon... Demi besarnya cinta kita, tolong lupakan aku Seo Hyena, gadis yang sangat kucintai.



END

*** 

Thanks udah baca sampe akhir yang galau. Gak biasa bikin FF yg sad ending, kalo ga dapet feel termehek-meheknya harap dimaklumi. Tapi kalo boleh curhat aku ngenes pas bikin FF ini, kayaknya aku beneran galau deh, atau akunya aja yg emang lagi galau.. Ah, entahlah... ^^
RCL ya...

2 komentar: