Fan Fiction by Request.
Send to: Minho Lee
"Min Ho-ya, mianhae, aku tidak mungkin membatalkan janji yang sudah kubuat. Aku dan Hyo Shin Sunbae pergi sekarang dan sudah kukatakan padanya aku tidak bisa berlama-lama, setelah kembang api pertama yang kulihat dengannya berkobar, aku langsung pulang menemuimu. Kau tidak apa 'kan merayakannya denganku dengan jam yang agak terlambat? Jangan marah Tuan Lee, kau tidak tampan lagi kalau sedang marah."
03.00 KST.
10.00 KST.
WARNING : Cast utama LEE MIN HO & PARK SHIN HYE, bagi yang tidak suka cukup abaikan FF ini, oke! Dan jangan sampe anda tertarik hanya karena judul FF ini, wkwkwk (Dijamin nyesel!!!).
FF ini dibuat atas permintaan Ghan Aldinosius atau biasa dikenal sebagai Aldi Nozboy ( emang ada yang kenal ya? :p ) dua jam yang lalu. Antara nantangin, ngerjain, minta dan maksa tuh anak, hehe.
Tapi akhirnya jadi juga FF yang biasa-biasa ini. Kata yang request harus yang nyeritain kisah cinta yang tercipta karena terbawa suasana atau keadaan pada suatu momen, tapi jujur author bingung sangat. Dan bodo' amat mau sesuai atau ngga, hehe...
FF ini dibuat dalam berbagai POV (Point of View) untuk Aldi, dan kami berdua tidak rela jika ada yang MENIRU SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA, tolong hargai oke. Heuhhh.
Selamat membaca bagi yang mau membaca...
I WANT KISS YOU EVERY DAY
Fan Fiction by Covi Kim a.k.a Evilia D
PARK
SHIN HYE
Aku
sedang berhadapan dengan Lee Min Ho, seseorang yang sudah lima tahun kukenal.
Sejak aku pindah ke wilayah Gangnam dari Daegu , aku mulai berteman dengannya.
Selain karena kami teman sekampus, aku dan Min Ho adalah tetangga, rumah kami
bersebelahan, hanya dipisah oleh pagar batu yang tingginya hampir menyamai
tinggi badanku. Terkadang aku dan Min Ho berkomunikasi dari balik pagar itu
tanpa harus menatap wajah satu sama lain.
"Apa yang kau lakukan Min Ho-ya? Meneleponku untuk segera datang tapi kau malah tidak mengajakku bicara dari tadi." Aku menggerutu sedikit kesal pada pria yang mencat blonde rambutnya ini.
"Apa yang kau lakukan Min Ho-ya? Meneleponku untuk segera datang tapi kau malah tidak mengajakku bicara dari tadi." Aku menggerutu sedikit kesal pada pria yang mencat blonde rambutnya ini.
"Apa
malam tahun baru nanti kita bisa merayakan bersama?" Tanya Min Ho
tiba-tiba tanpa menjawab pertanyaanku sebelumnya.
"Yak,
kau gila. Kau 'kan ada Rachel. Tidak, tidak, bisa-bisa rambut indahku ini
dijambak oleh nenek sihir itu. Kau 'kan tahu Rachel sangat membenciku."
"Aku
dan Rachel sudah putus."
"Mwo?"
Aku
terkejut mendengar pengakuan pria berandalan ini. Bukankah kemarin mereka masih
bergandengan tangan memamerkan kemesraan ke seluruh penjuru kampus, kenapa
tiba-tiba putus? Ini sangat mengejutkan. Dan aku yakin seisi kampus juga akan
terkejut jika mendengar berita putusnya Yoo Rachel dengan berandalan ini.
Plak....
"Appoooo..." Min Ho memajukan bibirnya saat dengan sengaja kupukul bahu kirinya.
"Appoooo..." Min Ho memajukan bibirnya saat dengan sengaja kupukul bahu kirinya.
"Napeun!
Kenapa ka putus? Kemarin kau dan Rachel masih baik-baik saja."
Pertanyaanku menyelidik.
"Kemarin
itu kemarin, sekarang beda lagi."
"Kau
rayakan saja malam tahun barumu dengan Choi Young Do..!"
"Yak,
dia musuh bebuyutanku!"
Aku
tidak memedulikannya yang terus berteriak. Aku malas bicara dengannya,
padahal sebelumnya aku ingin menceritakan hal yang penting padanya. Aku sangat
kesal, Sudah kunasehati agar dia tidak main-main lagi dengan perasaan wanita
tapi tetap saja tidak didengarkan. Min Ho, Min Ho, Lee Min Ho, kau benar-benar napeun namja.
***
LEE
MIN HO
Apa
yang terjadi dengan gadis itu? Kadang baik kadang mudah sekali marah dan
mendiamkanku. Park Shin Hye, tipe gadis yang sulit ditebak dan sering kali
menyebalkan. Selalu menasehatiku seperti ibuku, sering sekali melakukan
kekerasan dengan memukul bahuku. Ahh, menyebut namanya saja membuatku bergidik.
Tapi, semenyebalkanny a dia, segalak-galakny a dia, aku selalu
menyukainya.
Lima
tahun yang lalu. Hujan turun begitu deras pada waktu pulang sekolah. Aku
tergeletak di tepi jalan dengan wajah lebam dan darah mengalir dari hidungku.
Aku baru saja berkelahi dengan Choi Young Do, pria yang selalu ingin terlihat
paling sempurna diantara teman-temannya. Aku kalah, dan berakhir penuh
luka.
Seorang
gadis yang memakai seragam sekolah berbeda dengan yang kupakai datang
menghampiriku. Gadis itu tepat berdiri di hadapanku, memayungiku dari guyuran
air langit yang tak menunjukan tanda-tanda akan berhenti.
"Gwaenchanayo?"
Gadis
itu tersenyum padaku, mengulurkan payungnya lalu meninggalkanku tanpa memakai
payung lagi karena payungnya kini ada di tanganku. Gila, dia rela kehujanan
demi melindungiku yang sudah basah kuyup ini dari guyuran hujan.
Aku
bangkit dengan menahan segala rasa perih di wajah dan rasa sakit di sekujur
tubuhku. Aku mendadak mendapatkan kekuatan yang entah datang dari mana untuk bangkit
dan mengikuti gadis itu.
Dengan
langkah tetseret-seret aku terus mengikutinya. Jalan ini sama dengan jalan yang
menuju ke rumahku, hingga akhirnya ia masuk ke dalam rumah yang letaknya tepat
di samping rumahku. Jackpot! Ternyata
gadis itu tetangga baruku.
Gadis
itu adalah Park Shin Hye. Sejak saat itu aku menyukainya. Aku mulai
mendekatinya dengan menjadi tetangga yang baik, menjadi temannya, dan kata Shin
Hye sekarang aku adalah sahabat terbaiknya. Hanya sebatas itu yang kulakukan,
aku tidak berani melangkah lebih jauh lagi. Aku terlalu pengecut untuk
menciptakan awal yang indah dengannya. Karena itu aku selalu menggoda
wanita-wanita yang menyerahkan hatinya padaku, kulakukan hanya demi menutupi
perasaanku pada Shin Hye. Bagiku, selalu ada disaat Shin Hye membutuhkan itu
sudah lebih dari cukup.
Park
Shin Hye bodoh itu tidak mengerti rupanya, malam tahun baru bukan berarti harus
merayakannya dengan kekasih bukan? Bisa saja dengan keluarga atau saudara
dekat. Karena ayah dan ibuku sedang di luar negeri, hyeong-ku sudah pasti sibuk meski di malam tahun baru,
saudara-saudara ku bertempat tinggal jauh semua, lalu aku harus dengan
siapa merayakannya kalau bukan dengan dia?
Tiga
hari lagi adalah tahun baru, aku benar-benar ingin merayakannya bersama Shin
Hye. Aku sudah memintanya untuk merayakan malam itu bersamaku, aku tidak tahu dia
menerimanya atau tidak.
Setiap
hari aku selalu melihat punggungnya, mengikutinya ke manapun ia melangkah. Aku
sudah menjadi ekornya sejak lama, dalam diam dan tanpa diketahuinya. Ck, memalukan! Tapi aku selalu protektif
pada gadis itu. Shin Hye terlalu ceroboh untuk tidak kulindungi. Bahkan aku
terlalu takut dia akan jatuh meski hanya karena tersandung. Aku tidak ingin
melihatnya terluka.
***
AUTHOR
Seperti
biasa dan akan selalu dilakukannya, Min Ho berdiri di depan pintu pagar rumah
Shin Hye. Wajahnya begitu ceria, sesekali pria berambut blonde itu bersiul
melantunkan nada 'You've Fallen for Me'
milik CN Blue sambil menggesek-gesek an ujung kaki kanan bersepatu hitam
itu ke tanah seakan menuliskan beberapa huruf membentuk 'Park Shin Hye'.
"Min
Ho-ya, ini untukmu." Gadis
berkaki pendek itu menyuapkan sepotong roti ke mulut sahabatnya. Seperti biasa,
Min Ho melahap potongan roti yang Shin Hye bagi untuknya. Jika tidak begitu,
Min Ho tidak akan sarapan setiap pagi karena tidak ada yang mengurusnya di
rumah dan Min Ho juga malas harus bangun pagi hanya untuk menyempatkan diri
membuat sarapan yang baginya tidak terlalu penting. Min Ho hanya tinggal dengan
kakaknya. Kakaknya terlalu sibuk hingga tidak sempat mengurus hal seperti itu.
Shin Hye lah yang setiap pagi rela menyisihkan jatah sarapannya untuk Min Ho.
"Kau
mau menerima ajakanku?"
"Ajakan
apa?" Shin Hye menaikan alisnya, benar-benar tidak mengerti dengan apa
yang Min Ho tanyakan.
"Malam
tahun baru, aku mau...."
"Min
Ho-ya, mian, tapi sebelum kau mengajakku kemarin. Aku sudah ada janji dan
aku tidak mau Rachel marah hanya karena kau bersamaku saat malam tahun
baru."
"Aku
sudah putus dengan Rachel!"
"Benarkah?
Kemarin Rachel bilang kau dan Rachel belum putus. Apa kau tidak kasihan dengan
Rachel? Dia masih sangat menyukaimu."
"Shhh..."
Min Ho sedikit kesal dengan apa yang telah Rachel katakan pada Shin Hye. Min Ho
juga yakin, gadis itu pasti mengucapkan hal yang kasar pada Shin Hye.
"Gwaenchana,
aku sudah biasa dibentak oleh Rachel."
"Masalah
utamanya bukan Rachel 'kan?" Min Ho menghentikan langkahnya tiba-tiba.
"Kau
akan pergi dengan siapa? Katakan padaku, apa dia lebih baik dariku? Apa kalian
sudah berteman lama?"
"Mianhae
Min Ho-ya, aku belum sempat
mengatakannya padamu kemarin karena aku terlalu kesal mendengar kau memutuskan
wanita lagi."
"Mengatakan
apa?" Mendadak perasaan Min Ho tidak enak dan kalau bisa ia ingin tuli
sementara saat bibir Shin Hye mulai bergerak menjawab pertanyaannya.
"Aku
akan pergi dengan Hyo Shin Sunbae.
Kemarin Hyo Shin Sunbae mengungkapkan
perasaannya padaku, dan..."
"Arasso... gwaenchana, kau pergi saja dengan Hyo Shin-mu itu. Jangan pedulikan aku."
"Arasso... gwaenchana, kau pergi saja dengan Hyo Shin-mu itu. Jangan pedulikan aku."
Min
Ho mengambil langkah cepat, jaraknya semakin jauh dengan Shin Hye yang masih
terpaku kebingungan dengan sikap Min Ho.
PARK
SHIN HYE
Sejak
perkenalanku dengan Min Ho, baru kali ini aku melihatnya meninggalkanku.
Min Ho berjalan di depanku, membelakangiku dan tidak memandangku. Ada perasaan
yang menggangguku selama kulihat punggung kekarnya terus saja menjauh dariku,
aku merasa dia benar-benar akan jauh dariku. Min Ho-ya, kau kenapa?
Aku
bergegas menyamakan kecepatan langkahku dengan langkah Min Ho. Meski kedua kaki
ini tak bisa melampaui kecepatannya, setidaknya jarakku dengannya tidak terlalu
jauh.
Selama perjalanan menuju kampus dengan suasana yang ganjil ini, pikiranku jauh menerawang saat pria itu mengungkapkan perasaannya. Ada seorang pria yang sudah lama kukagumi. Lee Hyo Shin, dia Sunbae-ku. Aku sangat menyukainya, karena terlalu menyukainya aku sering meminta pendapat pada Min Ho tentang niatku yang ingin mengatakan perasaanku lebih dulu pada Hyo Shin Sunbae. Dan berkali-kali juga dia melarangku melakukannya.
Selama perjalanan menuju kampus dengan suasana yang ganjil ini, pikiranku jauh menerawang saat pria itu mengungkapkan perasaannya. Ada seorang pria yang sudah lama kukagumi. Lee Hyo Shin, dia Sunbae-ku. Aku sangat menyukainya, karena terlalu menyukainya aku sering meminta pendapat pada Min Ho tentang niatku yang ingin mengatakan perasaanku lebih dulu pada Hyo Shin Sunbae. Dan berkali-kali juga dia melarangku melakukannya.
"Shin
Hye-ya, gadis macam apa yang mengatakannya
duluan? Ck, memalukan!"
Setiap
Min Ho mengucapkan hal itu, setiap itulah aku selalu menurut dan mengurungkan
niatku. Memang benar, itu sangat memalukan. Tapi kemarin, Hyo Shin Sunbae tanpa diduga mengungkapkan hal
yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Dia mengatakan mencintaiku, dia ingin
aku menjadi kekasihnya. Aku terlalu terkejut sekaligus bahagia, tanpa berpikir
lagi langsung kuterima dia menjadi kekasihku.
Pagi
tadi saat aku keluar dari rumahku, aku masih memikirkan Hyo Shin Sunbae. Rasanya seperti mimpi yang
menjadi kenyataan, aku sangat bahagia dan tak henti-hentinya wajah kalem Sunbae-ku terbayang, bahkan saat aku
menyuapkan setengah jatah sarapanku pada Min Ho. Aku masih terus membayangkan
senyum indah kekasihku, dan bayangan itu langsung hilang saat kusadari Min Ho
marah padaku. Aku yakin dia pasti marah karena aku menolak ajakannya, tapi apa
boleh buat, aku sudah berjanji duluan akan merayakan malam tahun baru dengan Sunbae-ku.
***
Malam
ini adalah kencan pertamaku dengan seorang pria. Aku belum pernah berkencan
sebelumnya. Hyo Shing Sunbae adalah
kekasih pertamaku. Aku terlalu gugup untuk malam ini, sampai-sampai aku harus
membeli dress dan sepatu baru untuk bertemu dengannya. Park Shin Hye, ini
benar-benar bukan dirimu.
Saat
kutahu mobil Hyo Shin Sunbae sudah
ada di depan rumahku, kukirim sebuah pesan pada Min Ho.
Send to: Minho Lee
"Min Ho-ya, mianhae, aku tidak mungkin membatalkan janji yang sudah kubuat. Aku dan Hyo Shin Sunbae pergi sekarang dan sudah kukatakan padanya aku tidak bisa berlama-lama, setelah kembang api pertama yang kulihat dengannya berkobar, aku langsung pulang menemuimu. Kau tidak apa 'kan merayakannya denganku dengan jam yang agak terlambat? Jangan marah Tuan Lee, kau tidak tampan lagi kalau sedang marah."
Aku
berharap setelah aku pulang, pria berambut pirang itu sudah bisa tersenyum
padaku.
LEE
MIN HO
Ck,
kau jahat nona. Apa kau pamer karena sudah memiliki kekasih dan sedang
berkencan sekarang?
Aku
tersenyum setelah membaca pesan dari Shin Hye. Ya, akhirnya aku bisa tersenyum
setelah seharian menekuk wajahku. Dan yang sangat menggelikan, aku tersenyum
karena Shin Hye menjanjikan akan menemuiku setelah berkencan dengan kekasihnya.
Hah, dengan kata lain aku dijadikan yang kedua olehnya. Aku memegangi dada
kiriku, menahan satu rasa yang beberapa jam terakhir berubah menjadi
menyakitkan.
"Love is more pain..."
Benar,
cinta terasa lebih menyakitkan. Sepertinya persahabatan sejati lebih baik tanpa
harus ada cinta karena cinta terasa lebih menyakitkan.
Kusesap
teh hangat yang telah kubuat, berharap kehangatannya mampu menenangkan
pikiranku. Gwaenchana Lee Min Ho, kau masih bisa bertemu dan berbicara dengan
gadis itu meski dia sudah memiliki kekasih. Tapi ini sangat berbeda, kedekatan
kami tentu akan terbatas. Shin Hye bukan seperti aku yang bisa seenaknya
mengabaikan perasaan kekasihnya, sepertinya Shin Hye tipe wanita yang setia
terhadap pasangan, terlebih sudah sangat lama dia menyukai Hyo Shin Sunbae. Aku harus mulai terbiasa, bagaimanapun
juga aku sudah tidak memiliki kesempatan, dan sudah sangat terlambat.
03.00 KST.
Tatapan
mataku sudah kabur-kabur. Aku tidak tahan lagi menahan rasa kantuk. Shin Hye-ya, kenapa kau belum pulang? Kenapa
tidak menjawab teleponku?
10.00 KST.
Sinar
matahari sudah mengisi seluruh ruangan di rumah ini. Meski gorden belum kubuka,
tak mengahalanginya dalam menyilaukanku dan menyuruhku untuk segera
membuka mata. Aku beringsut dengan wajah kusut menuju kamar mandi, sempat
kulirik jam dinding yang sudah menunjukan waktu hampir siang. Terlambat, aku
kembali ke tempat tidurku, mataku masih berat karena semalan menunggu Shin Hye.
Astaga! Park Shin Hye, apa dia sudah pulang?
Aku
bergegas keluar rumah untuk menanyakan keberadaan Shin Hye. Tapi kuurungkan niatku
saat sudah ada di depan pagar rumahnya, kulihat sepasang sepatu baru yang
dipakai semalam ada di depan pintu. Itu menandakan kalau Shin Hye sudah pulang
semalam, dan mungkin sekarang gadis itu sedang di kampus.
"Min
Ho-ya, kau tidak ke kampus?"
"Ah
Shin Hye Eomma , tidak, aku bangun
kesiangan. Tidak ada yang membangunkanku. "
"Jadi
Shin Hye tidak mengajakmu berangkat bersama? Apa kau pergi bersama Shin Hye semalam?
Apa kalian bertengkar?"
Aku
menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan beliau. Oh, jadi gadis itu
benar-benar pergi ke kampus tanpa memedulikanku, bahkan meminta maaf lewat telepon
pun tidak.
"Aku
kira kalian bertengkar, aneh dia datang menangis dan..."
"Apa?
Menangis?"
"Dia
terus menangis dan tidak mau cerita apa-apa. Aigoo, anak itu benar-benar..."
***
AUTHOR
Min
Ho bergegas pergi ke kampus. Meski ia sudah ketinggalan jam kuliah pagi ini, ia
tetap terburu-buru. Tujuan utamanya adalah Shin Hye, gadis yang selama ini ia
jaga dan berusaha membuatnya tidak terluka justru menangis setelah mendapatkan
kebahagiaannya. Ada apa? Itu yang Min Ho pikirkan selama perjalanan menuju
kampus dengan mobil van milik kakaknya. Jarang sekali Min Ho ke kampus membawa
mobil karena Shin Hye lebih suka berjalan kaki mengingat jarak perumahan mereka
ke kampus tidaklah jauh. Berjalan bersama sahabat sambil menikmati sejuknya
udara di pagi hari adalah salah satu momen hidup yang menjadi kesukaan seorang
Park Shin Hye.
Ciiiiiitttt....
Min
Ho memarkir mobilnya sembarang, berlarian tak karuan sambil memerhatikan setiap
sudut yang dilaluinya. Ia mencari-cari sosok Park Shin Hye yang mungkin sedang
terluka hingga mengeluarkan air mata.
Jangan
melihat buku dari sampulnya atau jangan menilai orang hanya dengan apa yang
tampak di matamu. Kalimat bijak itulah yang sering kali Shin Hye dengar, tapi
itu tidak menjadi perhatian bagi Shin Hye. Gadis itu justru menilai Hyo Shin
hanya dari luarnya yang tampak seperti malaikat berwajah tampan, ramah, dan
sopan. Shin Hye bahkan tidak pernah memahami isi hati pria itu.
Flashback Malam Tahun Baru.
"Ini
untukmu Hyo Shin Sunbae." Ucap
Rachel memberikan uang pada Hyo Shin.
Shin
Hye tercengang bingung melihat Rachel dan teman-temannya ada di tempat yang
menjadi tempat tujuannya dengan Hyo Shin. Terlebih Rachel memberikan beberapa
lembar uang pada Hyo Shin.
"Yoo
Rachel, kenapa kau ada di meja yang sudah kami pesan?"
Bukannya
menjawab, Rachel tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya. Shin Hye
lalu melirik Hyo Shin yang masih tenang dengan senyum tersungging dari
bibirnya.
"Mianhae Shin Hye-ya, bukan maksudku membawamu dengan cara seperti ini. Aku hanya
ingin membantu Rachel." Tutur Hyo Shin membingungkan.
"Kau
tahu aku tidak bisa merayakan malam ini dengan Min Ho. Dan aku juga tidak ingin
kau merayakannya dengan Min Ho. Karena itu aku meminta bantuan Hyo Shin Sunbae untuk mengajakmu kencan malam
ini." Jelas Rachel.
"Dan
uang itu, itu hanya tanda terimakasihku pada Sunbae." Jawab Rachel puas melihat kedua mata Shin Hye yang
sudah mulai berair.
"Sunbae, jadi aku hanya kau manfaatkan
untuk mendapatkan uang itu? Dan hubungan kita?"
"Mian
Shin Hye-ya, aku melakukan itu hanya
untuk membantu Rachel. Jika tidak begitu kau pasti menolak kuajak pergi ke
tempat ini." Jawab Hyo Shin.
"Kau
tidak perlu begitu sopan Sunbaenim."
Ucap Rachel menatap sinis Shin Hye.
Betapa
jahatnya Yoo Rachel, padahal sebelumnya Shin Hye sempat kasihan dan prihatin
atas putusnya hubungan dengan Min Ho. Tapi kali ini Shin Hye lega, Min Ho
melakukan hal yang tepat dengan memutuskan gadis berhati busuk itu.
"Sunbaenim, aku membencimu, sangat
membencimu!"
Shin
Hye bergegas pergi setelah mengucapkan kalimat itu pada Hyo Shin. Dengan tangan
yang sesekali mengusap daraian air kesedihannya, Shin Hye berlari tanpa
memedulikan orang-orang yang memerhatikannya sepanjang jalan.
Benar
kata orang-orang, tidak ada cinta pertama yang berakhir dengan bahagia.
Baginya Hyo Shin adalah cinta pertama yang dianggap indah karena sosok malaikat
yang selalu ditunjukkan pria itu pada setiap orang. Tapi malam ini Tuhan
menunjukan sisi lain dari cinta pertama Shin Hye, Tuhan menunjukan bahwa Shin
Hye harus segera membuang perasaan itu jauh-jauh. Cinta pertama yang
menyakitkan itu harus Shin Hye anggap sebagai sampah yang sangat layak untuk
dibuang.
Dengan
perasaan sedih Shin Hye masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan salam kepada kedua
orang tuanya, tak biasanya Shin Hye seperti itu. Bahkan saat Eomma dan appa-nya bertanya, tak sepatah
kata pun keluar dari bibir manisnya.
Shin
Hye menangis sesegukan di dalam kamarnya, merenungi khayalan indahnya tentang
cinta pertamamya pada Hyo Shin. Shin Hye mengusap tetesan air matanya namun
lagi-lagi kedua sudut matanya terus mengeluarkan ekspresi kesedihan itu. Shin
Hye masih ingat ada seseorang yang harus ditemuinya, Lee Min Ho. Tapi tidak
mungkin Shin Hye menemui pria berambut blonde itu dengan keadaannya sekarang.
Shin Hye tidak ingin Min Ho khawatir dan emosi, jika bisa ia ingin mengatakan
pada Min Ho bahwa ia tidak jadi menerima cinta Hyo Shin. Shin Hye tidak ingin
Min Ho-nya bersedih, ia tahu benar bahwa seorang Lee Min Ho akan sangat
mengkhawatirkan nya lebih-lebih dari dirinya sendiri. Di tengah
kesedihannya Shin Hye sempat tersenyum saat mengingat bahwa akan ada Min Ho
yang menghiburnya esok hari. Yah, itupun jika Min Ho tidak marah padanya karena
telah mengingkari janji.
***
Sia-sia
sudah Min Ho pergi ke kampus, karena ia tidak menemukan Shin Hye-nya.
"Kau
dimana Shin Hye-ya...? Apa yang
terjadi padamu?"
Min
Ho kembali menancap gasnya, mencari ke kafe tempat Shin Hye dan teman
sekelasnya nongkrong, ke kedai es krim langganan Shin Hye, bahkan ke salon yang
biasa Shin Hye datangi untuk sekedar creambath. Min Ho terlihat seperti orang
gila yang kehilangan arah. Sifat protektifnya benar-benar menyiksanya.
Min
Ho kembali ke kampus mencari Hyo Shin, tapi menurut teman sekelas Hyo Shin, Hyo
Shin tidak masuk hari ini. Argh, ini benar-benar membuat Min Ho frustasi.
"Mungkin
dia sudah ada di rumah!"
Min
Ho kembali pulang dengan harapan tetangga terbaik sekaligus sahabat karibnya
sudah ada di rumah.
"Eommanim,
Shin Hye sudah pulang?"
"Belum,
ada apa Min Ho-ya? Mungkin sebentar
lagi Shin Hye pulang."
"Tidak
apa-apa Eommanim, kalau dia datang
tolong beri tahu aku mencarinya."
Min Ho tidak mungkin mengatakan pada Eomma Shin Hye kalau Shin Hye tidak ada di kampus. Bisa-bisa Eomma Shin Hye akan khawatir, terlebih semalam Eomma Shin Hye memergoki Shin Hye menangis. Min Ho takut hal itu akan mempengaruhi kesehatan Eomma Shin Hye yang akhir-akhir ini memang sering terganggu.
Min Ho tidak mungkin mengatakan pada Eomma Shin Hye kalau Shin Hye tidak ada di kampus. Bisa-bisa Eomma Shin Hye akan khawatir, terlebih semalam Eomma Shin Hye memergoki Shin Hye menangis. Min Ho takut hal itu akan mempengaruhi kesehatan Eomma Shin Hye yang akhir-akhir ini memang sering terganggu.
Min
Ho pulang lalu merebahkan tubuhnya yang sangat kelelahan setelah mencari Shin
Hye. Min Ho ingat dia belum mandi, akhirnya pria jangkung itu memutuskan untuk
mandi dan akan kembali mencari Shin Hye jika gadis itu belum kembali juga satu
jam lagi.
Sementara
itu di rumah Shin Hye.
"Eomma mianhae, kalau semalam aku tidak sopan."
"Shin
Hye-ya, Eomma tidak akan bertanya sebab kenapa kau menangis. Eomma tahu kau memiliki alasan kuat
untuk menangis. Eomma hanya ingin kau
tidak mengabaikan kesehatanmu, kau belum makan sejak semalam 'kan?"
Shin
Hye mengangguk setelah mendengar ucapan Eomma-nya.
Paling tidak ia bersyukur memiliki Eomma
yang sangat pengertian padanya.
"Ah,
tadi Min Ho mencarimu. Eomma tidak
tahu ada apa, tapi sejak pagi dia terus menanyakanmu."
Shin
Hye yang sedang merapikan sepatunya di rak itu langsung bergegas mendatangi rumah
Min Ho di sebelah rumahnya.
"Min
Ho-ya... ini aku."
Tidak
ada jawaban dari dalam sana. Akhirnya Shin Hye membuka pintu rumah itu.
"Ceroboh,
pintu ini tidak dikunci."
Shin
Hye masuk sambil terus memanggil-mangg il Min Ho tanpa ada sahutan dari si
penunggu rumah.
"Apa
dia sedang mandi?" Ucapnya saat mendengar suara air shower dari kamar
mandi yang ada di dalam kamar Min Ho. Shin Hye masuk ke kamar Min Ho menunggu
Min Ho menyelesaikan mandinya.
"Min
Ho-ya, aku ada di dalam
kamarmu." Shin Hye menggedor pintu kamar mandi.
Min
Ho sedikit mendelik saat mendengar suara Shin hye. Ia mempercepat aktivitas
mandinya.
"Tunggu
jangan pergi kemana-mana sebelum aku selesai mandi."
"Oke..."
Jawab Shin Hye.
Shin
Hye mendekati rak buku di dalam kamar itu. Dengan tatapan yang tidak semuram
semalam. Shin Hye memerhatikan foto-foto Min Ho dan dirinya di rak bagian atas.
Tanpa sengaja ia menemukan novel yang pernah ia beri untuk Min Ho. Bukan novel
karya penulis terkenal memang, itu adalah novel karya Shin Hye sendiri yang
diterbitkan melalui salah satu website berbayar dalam bidang penerbitan novel.
Novel pertama penulis amatir Park Shin Hye itu berjudul "I Want Kiss You Everyday".
Rasanya Shin Hye ingin membakar novel itu
jika saja belum diberikan pada Min Ho. Sebenarnya tokoh utama dalam novel itu
adalah dirinya dan Hyo Shin, karena itu ia ingin menghancurkan novel pertamanya
kalau bisa. Shin Hye meremas kasar novel dengan cover berwarna biru muda itu
hingga terlihat sedikit kusut dari sebelumnya. Shin Hye masih bisa menahan
dirinya, ia tempatkan kembali novel itu pada bagian rak yang menyimpan khusus
novel-novel fiksi. Dan.... secarik kertas terjatuh dari novel karyanya. Shin
Hye menatap skeptis secarik kertas yang kini tepat di sebelah kakinya. Shin Hye
meraihnya lalu membacanya perlahan.
My flower...
Rupanya aku tidak begitu populer di
matamu.
Aku menginginkanmu tapi kau
menginginkannya , aku selalu menatapmu tapi kau selalu menatapnya...
Seharusnya kau tidak melindungiku
dari guyuran hujan saat itu, kau membuatku ingin membalas kebaikanmu itu
berjuta-juta kali lipat...
Terimakasih kau memberiku novel
pertamamu, meski aku sakit.
Kau tahu my flower, aku menangis bahkan sejak membaca identitas novel ini. Bisa kau bayangkan, aku menangis sepanjang membaca novel romantis karyamu ini. Novel ini bagus, aku sangat menyukai tulisanmu. Hanya saja, aku kecewa karena bukan aku yang menjadi seseorang yang kau inginkan dalam novel ini...
Kau tahu my flower, aku menangis bahkan sejak membaca identitas novel ini. Bisa kau bayangkan, aku menangis sepanjang membaca novel romantis karyamu ini. Novel ini bagus, aku sangat menyukai tulisanmu. Hanya saja, aku kecewa karena bukan aku yang menjadi seseorang yang kau inginkan dalam novel ini...
Selama ini aku yang selalu ingin
menciummu setiap hari, tapi kenyataannya terbalik. Dalam novel ini setiap hari
kau hanya ingin dicium oleh orang itu, bukan aku.
My flower, kau tidak akan tahu bahwa sahabatmu ini juga sepertimu. Sang pemimpi. Kita sama-sama memimpikan seseorang. Kau memimpikan pria itu dan aku memimpikanmu...
My flower, kau tidak akan tahu bahwa sahabatmu ini juga sepertimu. Sang pemimpi. Kita sama-sama memimpikan seseorang. Kau memimpikan pria itu dan aku memimpikanmu...
Air
mata Shin Hye membuncah lagi setelah membaca secarik kertas berisi curahan hati
Min Ho yang tak terungkapkan padanya.
Krekkkk....
Shin
Hye bergegas menyimpan kembali novel beserta kertas itu ke tempat semula. Min
Ho selesai mandi dan mendapati Shin Hye yang berderai air mata.
"Ceritakan
padaku, apa yang terjadi padamu?"
Padahal
sudah sejak tadi Shin Hye berlatih dengan jawaban karangannya jika Min Ho
menanyakan hal ini. Tapi sekarang Shin Hye justru membisu bahkan kembali
menangis sejadinya, sesegukan menundukkan kepalanya di hadapan pria yang begitu
protektif padanya, membuat hati pria itu sakit hanya dengan melihat tangisan di
hadapannya.
"Kau
menganggapku apa? Kau bilang aku sahabatmu, tapi kau menyembunyikan sesuatu
dariku seperti ini. Ceritakan Shin Hye-ya,
kau tidak tahu aku hampir gila mencemaskanmu eoh???"
"Mianhae, aku..."
Krebbb...
Min
Ho membenamkan wajah basah itu ke dalam pelukannya, membiarkan air mata bunga
indahnya membasahi dadanya yang berbalut kaos panjang berwarna hitam itu.
Sesekali mengusap puncak kepala Shin Hye. Entah sejak kapan air mata pria
jangkung itu menetes dari kedua sudut matanya, rasa sakit yang Shin hye rasakan
bisa menular ke dalam hatinya. Min Ho menengadah agar air mata itu tidak jatuh
lebih banyak lagi. Tidak mungkin ia menunjukan wajah sedihnya di hadapan Shin
Hye yang sedang bersedih itu. Sesegera ia menyeka air matanya, berusaha
menunjukkan bahwa ia tidak ikut menangis.
"Ceritakan
padaku..."
Shin
Hye tidak bisa menolak permintaan Min Ho. Ia menceritakan semuanya pada Min Ho.
Emosi itu tidak bisa terbendung, Min Ho akan menghajar Hyo Shin dan kalau perlu
Rachel sekalian.
"Kau
sangat betah dalam pelukanku eoh?" Min Ho menggoda Shin Hye yang tanpa
sadar masih dalam pelukan Min Ho meski sedang menceritakan kejadian menyedihkan
yang dialaminya itu.
Shin
Hye salah tingkah dan spontan menjauhi tubuh jangkung Min Ho. Wajahnya memerah,
ini kali pertama Shin Hye merasa malu dan sedikit canggung saat digoda Min Ho.
Bisanya jika Min Ho mulai narsis dan menggodanya, ia akan balas mnggoda Min Ho
dan sering kali memukul bahu Min Ho. Ini pasti karena kertas yang tadi dibaca
Shin Hye.
"Aishhh,
memalukan." Lenguh Shin Hye dalam hatinya.
"Shin
Hye-ya."
"Eoh."
“Park
Shin Hye.."
“Why
Lee Min Ho? Why?"
Entah
sejak kapan novel dengan sampul berwarna biru muda itu menarik perhatian
tatapan mata Min Ho.
"Novel
ini, bukankah novel yang tidak laku di pasaran?"
"Yaaaak...."
"Tapi,
aku sangat menyukai novel ini."
Shin
Hye tidak percaya dengan ucapan pria jangkung itu, "kau bohong Tuan
Lee."
"Serius."
Kata Min Ho mencoba meyakinkan.
"Kau
bohong, aku tahu kau bohong."
"Kau
benar, aku berbohong. Aku hanya menyukai tulisanmu, aku membenci tokoh utama
pria di novel ini."
"Kenapa?"
"Aku
iri padanya." Min Ho menaruh kembali novel itu pada tempat semula.
"Kenapa
harus iri? Kau jauh lebih baik dari pria jahat itu."
"Baik
hanya sebagai teman 'kan?"
Shin
Hye terdiam, sesaat menunduk menatap barisan ubin pada lantai ruangan itu,
sedikit ragu untuk mengatakan sesuatu diantara ya dan tidak.
"Pulanglah,
kau harus istirahat Park Shin Hye." Kata Min Ho yang akan meninggalkan ruangan
itu meski beberapa detik kemudian langkahnya terhenti karena Shin Hye.
Gadis
itu meraih lengan Min Ho untuk menahannya agar tetap berada di tempat itu.
"Tunggu
Min Ho-ya. Untuk novel kedua,
kupastikan kau yang menjadi tokoh utama pria!"
Ya,
ucapan Shin Hye yang mengejutkan itu sudah cukup membua Min Ho mengerti
maksudnya.
"Benarkah?"
Shin
Hye mengangguk malu, gadis itu tidak berani menunjukkan wajah yang bagi Min Ho
sangat menggemaskan itu.
"Lihat
aku kalau kau sedang bicara."
Min
Ho setengah membungkuk agar wajahnya berada dalam satu garis lurus dengan wajah
gadis itu.
"Kau
sudah berjanji Park shin Hye, aku akan memegang janjimu."
~Chu...
Tiba-tiba
kelembaban dirasakan oleh bibir ranum Shin Hye, hanya dalam satu hentakkan
gadis itu tak berkutik. Seakan tersengat listrik ribuan volt sensasi yang
sedang ia rasakan. Ya, Min Ho mencium bibirnya tanpa ijin, pria itu sungguh
berani untuk membuat seorang gadis terdiam mematung. Ciuman itu bukan ciuman
kilat yang berhenti sesaat, mereka terus merasakan sentuhan kasih hingga
beberapa menit.
I Want Kiss You Everyday, novel karya Shin Hye yang sepertinya akan direvisi atau mungkin akan ia rombak habis-habisan demi mengganti segala sesuatu tentang tokoh utama pria pada novel itu. Dan kini, sepasang manusia itu masih saja tenggelam dalam sensasi luar biasa yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka akan teralami bersama orang dalam rengkuhannya. Terus terbuai tanpa peduli peristiwa yang akan terjadi beberapa detik kemudian.
Klek,
suara pintu terbuka. Empat pasang mata pada saat yang bersamaan terbelalak
karena keterkejutan.
"Lee
Min Ho! Apa yag kau lakukan???"
"Ommo!
Puteriku, puteriku... Aigoooo...!"
"Hyeong...!"
"Eomma...!"
END
Sekian, harap review ya Aldi.
Maaf jika tidak sesuai tema yang diinginkan. :D

Hahaha,,, gini" aldi terkenal di game world loh kkuuu :D
BalasHapus"DAN KAMI BERDUA TDK RELA KALO ADA YG MENIRU SEAGIAN ATAU SELURUHNYA"
knp hrs kami berdua nun? serasa punya hak cipta jg disni, heheh,,,,,,
Maaf baru baca nuna,,, sumpah gx nyangka dipenuhin td malem,, keren.kirain gx seriusssss
bingung mau review apa cz gx pantes aldi yg gx sk buat cerpen mau ngritik gmn,,
yg pasti enak dibaca dan suak bgt,,,
gomawo nuna ;)
Maf juga baru bls aldi. Ah,sama2 de. Loh loh. Gapapa deh :D
BalasHapuskak vie... mian baru selesai baca.. :D
BalasHapusini seriusan dalam satu malam kak?
wuihh.. :D
dr segi penulisan udah enak kak. aku ga bisa komen apa2.. hahaha
dr segi cerita jg udah oke. apalagi ini di tulis salam waktu yang singkat.. mantap... hehehe
Iya de -_- dulu prnh janji bkin ff minshin sm si al, dan blm dibuat jg ampe ahrnya yg dijanjiin nagih dan maksa -_-)))
Hapusjujur aja klo oppa dipasangin sm aktris tuh kurang ngefeel mnrt kk mh, udh biasa pke couple OC sh de, ga biasa aja. kcuali cast bias k yg lain slain minho oppa. hehe
syukurlah klo enak dbaca, hehe. gomapta
Chingu minshin shipper?? i like.klu bisa sekuel iiaa sayy
BalasHapusBukan chingu. Aku lebih ke YONGSHIN, ini request dr temenku sesama minoz yg juga suka PSH.
BalasHapusMakasih udah baca dan suka, gak janji ya chingu. :)