Rabu, 11 Maret 2015

FF Lee Min Ho : I Want Kiss You Every Day

Fan Fiction by Request.

WARNING : Cast utama LEE MIN HO & PARK SHIN HYE, bagi yang tidak suka cukup abaikan FF ini, oke! Dan jangan sampe anda tertarik hanya karena judul FF ini, wkwkwk (Dijamin nyesel!!!).

FF ini dibuat atas permintaan Ghan Aldinosius atau biasa dikenal sebagai Aldi Nozboy ( emang ada yang kenal ya? :p ) dua jam yang lalu. Antara nantangin, ngerjain, minta dan maksa tuh anak, hehe.

Tapi akhirnya jadi juga FF yang biasa-biasa ini. Kata yang request harus yang nyeritain kisah cinta yang tercipta karena terbawa suasana atau keadaan pada suatu momen, tapi jujur author bingung sangat. Dan bodo' amat mau sesuai atau ngga, hehe...

FF ini dibuat dalam berbagai POV (Point of View) untuk Aldi, dan kami berdua tidak rela jika ada yang MENIRU SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA, tolong hargai oke. Heuhhh.

Selamat membaca bagi yang mau membaca...





I WANT KISS YOU EVERY DAY
Fan Fiction by Covi Kim a.k.a Evilia D



PARK SHIN HYE

Aku sedang berhadapan dengan Lee Min Ho, seseorang yang sudah lima tahun kukenal. Sejak aku pindah ke wilayah Gangnam dari Daegu , aku mulai berteman dengannya. Selain karena kami teman sekampus, aku dan Min Ho adalah tetangga, rumah kami bersebelahan, hanya dipisah oleh pagar batu yang tingginya hampir menyamai tinggi badanku. Terkadang aku dan Min Ho berkomunikasi dari balik pagar itu tanpa harus menatap wajah satu sama lain.

"Apa yang kau lakukan Min Ho-ya? Meneleponku untuk segera datang tapi kau malah tidak mengajakku bicara dari tadi." Aku menggerutu sedikit kesal pada pria yang mencat blonde rambutnya ini.

"Apa malam tahun baru nanti kita bisa merayakan bersama?" Tanya Min Ho tiba-tiba tanpa menjawab pertanyaanku sebelumnya.

"Yak, kau gila. Kau 'kan ada Rachel. Tidak, tidak, bisa-bisa rambut indahku ini dijambak oleh nenek sihir itu. Kau 'kan tahu Rachel sangat membenciku."

"Aku dan Rachel sudah putus."

"Mwo?"

Aku terkejut mendengar pengakuan pria berandalan ini. Bukankah kemarin mereka masih bergandengan tangan memamerkan kemesraan ke seluruh penjuru kampus, kenapa tiba-tiba putus? Ini sangat mengejutkan. Dan aku yakin seisi kampus juga akan terkejut jika mendengar berita putusnya Yoo Rachel dengan berandalan ini.

Plak....

"Appoooo..." Min Ho memajukan bibirnya saat dengan sengaja kupukul bahu kirinya.

"Napeun! Kenapa ka putus? Kemarin kau dan Rachel masih baik-baik saja." Pertanyaanku menyelidik.

"Kemarin itu kemarin, sekarang beda lagi."

"Kau rayakan saja malam tahun barumu dengan Choi Young Do..!"

"Yak, dia musuh bebuyutanku!"

Aku tidak memedulikannya yang terus berteriak. Aku malas bicara dengannya, padahal sebelumnya aku ingin menceritakan hal yang penting padanya. Aku sangat kesal, Sudah kunasehati agar dia tidak main-main lagi dengan perasaan wanita tapi tetap saja tidak didengarkan. Min Ho, Min Ho, Lee Min Ho, kau benar-benar napeun namja.

***


LEE MIN HO


Apa yang terjadi dengan gadis itu? Kadang baik kadang mudah sekali marah dan mendiamkanku. Park Shin Hye, tipe gadis yang sulit ditebak dan sering kali menyebalkan. Selalu menasehatiku seperti ibuku, sering sekali melakukan kekerasan dengan memukul bahuku. Ahh, menyebut namanya saja membuatku bergidik. Tapi, semenyebalkannya dia, segalak-galaknya dia, aku selalu menyukainya.

Lima tahun yang lalu. Hujan turun begitu deras pada waktu pulang sekolah. Aku tergeletak di tepi jalan dengan wajah lebam dan darah mengalir dari hidungku. Aku baru saja berkelahi dengan Choi Young Do, pria yang selalu ingin terlihat paling sempurna diantara teman-temannya. Aku kalah, dan berakhir penuh luka.

Seorang gadis yang memakai seragam sekolah berbeda dengan yang kupakai datang menghampiriku. Gadis itu tepat berdiri di hadapanku, memayungiku dari guyuran air langit yang tak menunjukan tanda-tanda akan berhenti.

"Gwaenchanayo?"

Gadis itu tersenyum padaku, mengulurkan payungnya lalu meninggalkanku tanpa memakai payung lagi karena payungnya kini ada di tanganku. Gila, dia rela kehujanan demi melindungiku yang sudah basah kuyup ini dari guyuran hujan.

Aku bangkit dengan menahan segala rasa perih di wajah dan rasa sakit di sekujur tubuhku. Aku mendadak mendapatkan kekuatan yang entah datang dari mana untuk bangkit dan mengikuti gadis itu.

Dengan langkah tetseret-seret aku terus mengikutinya. Jalan ini sama dengan jalan yang menuju ke rumahku, hingga akhirnya ia masuk ke dalam rumah yang letaknya tepat di samping rumahku. Jackpot! Ternyata gadis itu tetangga baruku.

Gadis itu adalah Park Shin Hye. Sejak saat itu aku menyukainya. Aku mulai mendekatinya dengan menjadi tetangga yang baik, menjadi temannya, dan kata Shin Hye sekarang aku adalah sahabat terbaiknya. Hanya sebatas itu yang kulakukan, aku tidak berani melangkah lebih jauh lagi. Aku terlalu pengecut untuk menciptakan awal yang indah dengannya. Karena itu aku selalu menggoda wanita-wanita yang menyerahkan hatinya padaku, kulakukan hanya demi menutupi perasaanku pada Shin Hye. Bagiku, selalu ada disaat Shin Hye membutuhkan itu sudah lebih dari cukup.

Park Shin Hye bodoh itu tidak mengerti rupanya, malam tahun baru bukan berarti harus merayakannya dengan kekasih bukan? Bisa saja dengan keluarga atau saudara dekat. Karena ayah dan ibuku sedang di luar negeri, hyeong-ku sudah pasti sibuk meski di malam tahun baru, saudara-saudaraku bertempat tinggal jauh semua, lalu aku harus dengan siapa merayakannya kalau bukan dengan dia?

Tiga hari lagi adalah tahun baru, aku benar-benar ingin merayakannya bersama Shin Hye. Aku sudah memintanya untuk merayakan malam itu bersamaku, aku tidak tahu dia menerimanya atau tidak.

Setiap hari aku selalu melihat punggungnya, mengikutinya ke manapun ia melangkah. Aku sudah menjadi ekornya sejak lama, dalam diam dan tanpa diketahuinya. Ck, memalukan! Tapi aku selalu protektif pada gadis itu. Shin Hye terlalu ceroboh untuk tidak kulindungi. Bahkan aku terlalu takut dia akan jatuh meski hanya karena tersandung. Aku tidak ingin melihatnya terluka.


***


AUTHOR


Seperti biasa dan akan selalu dilakukannya, Min Ho berdiri di depan pintu pagar rumah Shin Hye. Wajahnya begitu ceria, sesekali pria berambut blonde itu bersiul melantunkan nada 'You've Fallen for Me' milik CN Blue sambil menggesek-gesekan ujung kaki kanan bersepatu hitam itu ke tanah seakan menuliskan beberapa huruf membentuk 'Park Shin Hye'.

"Min Ho-ya, ini untukmu." Gadis berkaki pendek itu menyuapkan sepotong roti ke mulut sahabatnya. Seperti biasa, Min Ho melahap potongan roti yang Shin Hye bagi untuknya. Jika tidak begitu, Min Ho tidak akan sarapan setiap pagi karena tidak ada yang mengurusnya di rumah dan Min Ho juga malas harus bangun pagi hanya untuk menyempatkan diri membuat sarapan yang baginya tidak terlalu penting. Min Ho hanya tinggal dengan kakaknya. Kakaknya terlalu sibuk hingga tidak sempat mengurus hal seperti itu. Shin Hye lah yang setiap pagi rela menyisihkan jatah sarapannya untuk Min Ho.

"Kau mau menerima ajakanku?"

"Ajakan apa?" Shin Hye menaikan alisnya, benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Min Ho tanyakan.

"Malam tahun baru, aku mau...."

"Min Ho-ya, mian, tapi sebelum kau mengajakku kemarin. Aku sudah ada janji dan aku tidak mau Rachel marah hanya karena kau bersamaku saat malam tahun baru."

"Aku sudah putus dengan Rachel!"

"Benarkah? Kemarin Rachel bilang kau dan Rachel belum putus. Apa kau tidak kasihan dengan Rachel? Dia masih sangat menyukaimu."

"Shhh..." Min Ho sedikit kesal dengan apa yang telah Rachel katakan pada Shin Hye. Min Ho juga yakin, gadis itu pasti mengucapkan hal yang kasar pada Shin Hye.

"Gwaenchana, aku sudah biasa dibentak oleh Rachel."

"Masalah utamanya bukan Rachel 'kan?" Min Ho menghentikan langkahnya tiba-tiba.

"Kau akan pergi dengan siapa? Katakan padaku, apa dia lebih baik dariku? Apa kalian sudah berteman lama?"

"Mianhae Min Ho-ya, aku belum sempat mengatakannya padamu kemarin karena aku terlalu kesal mendengar kau memutuskan wanita lagi."

"Mengatakan apa?" Mendadak perasaan Min Ho tidak enak dan kalau bisa ia ingin tuli sementara saat bibir Shin Hye mulai bergerak menjawab pertanyaannya.

"Aku akan pergi dengan Hyo Shin Sunbae. Kemarin Hyo Shin Sunbae mengungkapkan perasaannya padaku, dan..."

"Arasso... gwaenchana, kau pergi saja dengan Hyo Shin-mu itu. Jangan pedulikan aku."

Min Ho mengambil langkah cepat, jaraknya semakin jauh dengan Shin Hye yang masih terpaku kebingungan dengan sikap Min Ho.


PARK SHIN HYE


Sejak perkenalanku dengan Min Ho, baru kali ini aku melihatnya meninggalkanku. Min Ho berjalan di depanku, membelakangiku dan tidak memandangku. Ada perasaan yang menggangguku selama kulihat punggung kekarnya terus saja menjauh dariku, aku merasa dia benar-benar akan jauh dariku. Min Ho-ya, kau kenapa?

Aku bergegas menyamakan kecepatan langkahku dengan langkah Min Ho. Meski kedua kaki ini tak bisa melampaui kecepatannya, setidaknya jarakku dengannya tidak terlalu jauh.

Selama perjalanan menuju kampus dengan suasana yang ganjil ini, pikiranku jauh menerawang saat pria itu mengungkapkan perasaannya. Ada seorang pria yang sudah lama kukagumi. Lee Hyo Shin, dia Sunbae-ku. Aku sangat menyukainya, karena terlalu menyukainya aku sering meminta pendapat pada Min Ho tentang niatku yang ingin mengatakan perasaanku lebih dulu pada Hyo Shin Sunbae. Dan berkali-kali juga dia melarangku melakukannya.

"Shin Hye-ya, gadis macam apa yang mengatakannya duluan? Ck, memalukan!"

Setiap Min Ho mengucapkan hal itu, setiap itulah aku selalu menurut dan mengurungkan niatku. Memang benar, itu sangat memalukan. Tapi kemarin, Hyo Shin Sunbae tanpa diduga mengungkapkan hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Dia mengatakan mencintaiku, dia ingin aku menjadi kekasihnya. Aku terlalu terkejut sekaligus bahagia, tanpa berpikir lagi langsung kuterima dia menjadi kekasihku.

Pagi tadi saat aku keluar dari rumahku, aku masih memikirkan Hyo Shin Sunbae. Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan, aku sangat bahagia dan tak henti-hentinya wajah kalem Sunbae-ku terbayang, bahkan saat aku menyuapkan setengah jatah sarapanku pada Min Ho. Aku masih terus membayangkan senyum indah kekasihku, dan bayangan itu langsung hilang saat kusadari Min Ho marah padaku. Aku yakin dia pasti marah karena aku menolak ajakannya, tapi apa boleh buat, aku sudah berjanji duluan akan merayakan malam tahun baru dengan Sunbae-ku.


***


Malam ini adalah kencan pertamaku dengan seorang pria. Aku belum pernah berkencan sebelumnya. Hyo Shing Sunbae adalah kekasih pertamaku. Aku terlalu gugup untuk malam ini, sampai-sampai aku harus membeli dress dan sepatu baru untuk bertemu dengannya. Park Shin Hye, ini benar-benar bukan dirimu.

Saat kutahu mobil Hyo Shin Sunbae sudah ada di depan rumahku, kukirim sebuah pesan pada Min Ho.

Send to: Minho Lee

"Min Ho-ya, mianhae, aku tidak mungkin membatalkan janji yang sudah kubuat. Aku dan Hyo Shin Sunbae pergi sekarang dan sudah kukatakan padanya aku tidak bisa berlama-lama, setelah kembang api pertama yang kulihat dengannya berkobar, aku langsung pulang menemuimu. Kau tidak apa 'kan merayakannya denganku dengan jam yang agak terlambat? Jangan marah Tuan Lee, kau tidak tampan lagi kalau sedang marah."

Aku berharap setelah aku pulang, pria berambut pirang itu sudah bisa tersenyum padaku.


LEE MIN HO


Ck, kau jahat nona. Apa kau pamer karena sudah memiliki kekasih dan sedang berkencan sekarang?

Aku tersenyum setelah membaca pesan dari Shin Hye. Ya, akhirnya aku bisa tersenyum setelah seharian menekuk wajahku. Dan yang sangat menggelikan, aku tersenyum karena Shin Hye menjanjikan akan menemuiku setelah berkencan dengan kekasihnya. Hah, dengan kata lain aku dijadikan yang kedua olehnya. Aku memegangi dada kiriku, menahan satu rasa yang beberapa jam terakhir berubah menjadi menyakitkan.

"Love is more pain..."

Benar, cinta terasa lebih menyakitkan. Sepertinya persahabatan sejati lebih baik tanpa harus ada cinta karena cinta terasa lebih menyakitkan.

Kusesap teh hangat yang telah kubuat, berharap kehangatannya mampu menenangkan pikiranku. Gwaenchana Lee Min Ho, kau masih bisa bertemu dan berbicara dengan gadis itu meski dia sudah memiliki kekasih. Tapi ini sangat berbeda, kedekatan kami tentu akan terbatas. Shin Hye bukan seperti aku yang bisa seenaknya mengabaikan perasaan kekasihnya, sepertinya Shin Hye tipe wanita yang setia terhadap pasangan, terlebih sudah sangat lama dia menyukai Hyo Shin Sunbae. Aku harus mulai terbiasa, bagaimanapun juga aku sudah tidak memiliki kesempatan, dan sudah sangat terlambat.


03.00 KST.

Tatapan mataku sudah kabur-kabur. Aku tidak tahan lagi menahan rasa kantuk. Shin Hye-ya, kenapa kau belum pulang? Kenapa tidak menjawab teleponku?


10.00 KST.

Sinar matahari sudah mengisi seluruh ruangan di rumah ini. Meski gorden belum kubuka, tak mengahalanginya dalam menyilaukanku dan menyuruhku untuk segera membuka mata. Aku beringsut dengan wajah kusut menuju kamar mandi, sempat kulirik jam dinding yang sudah menunjukan waktu hampir siang. Terlambat, aku kembali ke tempat tidurku, mataku masih berat karena semalan menunggu Shin Hye. Astaga! Park Shin Hye, apa dia sudah pulang?

Aku bergegas keluar rumah untuk menanyakan keberadaan Shin Hye. Tapi kuurungkan niatku saat sudah ada di depan pagar rumahnya, kulihat sepasang sepatu baru yang dipakai semalam ada di depan pintu. Itu menandakan kalau Shin Hye sudah pulang semalam, dan mungkin sekarang gadis itu sedang di kampus.

"Min Ho-ya, kau tidak ke kampus?"

"Ah Shin Hye Eomma , tidak, aku bangun kesiangan. Tidak ada yang membangunkanku."

"Jadi Shin Hye tidak mengajakmu berangkat bersama? Apa kau pergi bersama Shin Hye semalam? Apa kalian bertengkar?"

Aku menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan beliau. Oh, jadi gadis itu benar-benar pergi ke kampus tanpa memedulikanku, bahkan meminta maaf lewat telepon pun tidak.

"Aku kira kalian bertengkar, aneh dia datang menangis dan..."

"Apa? Menangis?"

"Dia terus menangis dan tidak mau cerita apa-apa. Aigoo, anak itu benar-benar..."




***



AUTHOR


Min Ho bergegas pergi ke kampus. Meski ia sudah ketinggalan jam kuliah pagi ini, ia tetap terburu-buru. Tujuan utamanya adalah Shin Hye, gadis yang selama ini ia jaga dan berusaha membuatnya tidak terluka justru menangis setelah mendapatkan kebahagiaannya. Ada apa? Itu yang Min Ho pikirkan selama perjalanan menuju kampus dengan mobil van milik kakaknya. Jarang sekali Min Ho ke kampus membawa mobil karena Shin Hye lebih suka berjalan kaki mengingat jarak perumahan mereka ke kampus tidaklah jauh. Berjalan bersama sahabat sambil menikmati sejuknya udara di pagi hari adalah salah satu momen hidup yang menjadi kesukaan seorang Park Shin Hye.

Ciiiiiitttt....

Min Ho memarkir mobilnya sembarang, berlarian tak karuan sambil memerhatikan setiap sudut yang dilaluinya. Ia mencari-cari sosok Park Shin Hye yang mungkin sedang terluka hingga mengeluarkan air mata.

Jangan melihat buku dari sampulnya atau jangan menilai orang hanya dengan apa yang tampak di matamu. Kalimat bijak itulah yang sering kali Shin Hye dengar, tapi itu tidak menjadi perhatian bagi Shin Hye. Gadis itu justru menilai Hyo Shin hanya dari luarnya yang tampak seperti malaikat berwajah tampan, ramah, dan sopan. Shin Hye bahkan tidak pernah memahami isi hati pria itu.


Flashback Malam Tahun Baru.
"Ini untukmu Hyo Shin Sunbae." Ucap Rachel memberikan uang pada Hyo Shin.

Shin Hye tercengang bingung melihat Rachel dan teman-temannya ada di tempat yang menjadi tempat tujuannya dengan Hyo Shin. Terlebih Rachel memberikan beberapa lembar uang pada Hyo Shin.

"Yoo Rachel, kenapa kau ada di meja yang sudah kami pesan?"

Bukannya menjawab, Rachel tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya. Shin Hye lalu melirik Hyo Shin yang masih tenang dengan senyum tersungging dari bibirnya.

"Mianhae Shin Hye-ya, bukan maksudku membawamu dengan cara seperti ini. Aku hanya ingin membantu Rachel." Tutur Hyo Shin membingungkan.

"Kau tahu aku tidak bisa merayakan malam ini dengan Min Ho. Dan aku juga tidak ingin kau merayakannya dengan Min Ho. Karena itu aku meminta bantuan Hyo Shin Sunbae untuk mengajakmu kencan malam ini." Jelas Rachel.

"Dan uang itu, itu hanya tanda terimakasihku pada Sunbae." Jawab Rachel puas melihat kedua mata Shin Hye yang sudah mulai berair.

"Sunbae, jadi aku hanya kau manfaatkan untuk mendapatkan uang itu? Dan hubungan kita?"

"Mian Shin Hye-ya, aku melakukan itu hanya untuk membantu Rachel. Jika tidak begitu kau pasti menolak kuajak pergi ke tempat ini." Jawab Hyo Shin.

"Kau tidak perlu begitu sopan Sunbaenim." Ucap Rachel menatap sinis Shin Hye.

Betapa jahatnya Yoo Rachel, padahal sebelumnya Shin Hye sempat kasihan dan prihatin atas putusnya hubungan dengan Min Ho. Tapi kali ini Shin Hye lega, Min Ho melakukan hal yang tepat dengan memutuskan gadis berhati busuk itu.

"Sunbaenim, aku membencimu, sangat membencimu!"

Shin Hye bergegas pergi setelah mengucapkan kalimat itu pada Hyo Shin. Dengan tangan yang sesekali mengusap daraian air kesedihannya, Shin Hye berlari tanpa memedulikan orang-orang yang memerhatikannya sepanjang jalan.

Benar kata orang-orang, tidak ada cinta pertama yang berakhir dengan bahagia. Baginya Hyo Shin adalah cinta pertama yang dianggap indah karena sosok malaikat yang selalu ditunjukkan pria itu pada setiap orang. Tapi malam ini Tuhan menunjukan sisi lain dari cinta pertama Shin Hye, Tuhan menunjukan bahwa Shin Hye harus segera membuang perasaan itu jauh-jauh. Cinta pertama yang menyakitkan itu harus Shin Hye anggap sebagai sampah yang sangat layak untuk dibuang.


Dengan perasaan sedih Shin Hye masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan salam kepada kedua orang tuanya, tak biasanya Shin Hye seperti itu. Bahkan saat Eomma dan appa-nya bertanya, tak sepatah kata pun keluar dari bibir manisnya.

Shin Hye menangis sesegukan di dalam kamarnya, merenungi khayalan indahnya tentang cinta pertamamya pada Hyo Shin. Shin Hye mengusap tetesan air matanya namun lagi-lagi kedua sudut matanya terus mengeluarkan ekspresi kesedihan itu. Shin Hye masih ingat ada seseorang yang harus ditemuinya, Lee Min Ho. Tapi tidak mungkin Shin Hye menemui pria berambut blonde itu dengan keadaannya sekarang. Shin Hye tidak ingin Min Ho khawatir dan emosi, jika bisa ia ingin mengatakan pada Min Ho bahwa ia tidak jadi menerima cinta Hyo Shin. Shin Hye tidak ingin Min Ho-nya bersedih, ia tahu benar bahwa seorang Lee Min Ho akan sangat mengkhawatirkannya lebih-lebih dari dirinya sendiri. Di tengah kesedihannya Shin Hye sempat tersenyum saat mengingat bahwa akan ada Min Ho yang menghiburnya esok hari. Yah, itupun jika Min Ho tidak marah padanya karena telah mengingkari janji.


***


Sia-sia sudah Min Ho pergi ke kampus, karena ia tidak menemukan Shin Hye-nya.

"Kau dimana Shin Hye-ya...? Apa yang terjadi padamu?"

Min Ho kembali menancap gasnya, mencari ke kafe tempat Shin Hye dan teman sekelasnya nongkrong, ke kedai es krim langganan Shin Hye, bahkan ke salon yang biasa Shin Hye datangi untuk sekedar creambath. Min Ho terlihat seperti orang gila yang kehilangan arah. Sifat protektifnya benar-benar menyiksanya.

Min Ho kembali ke kampus mencari Hyo Shin, tapi menurut teman sekelas Hyo Shin, Hyo Shin tidak masuk hari ini. Argh, ini benar-benar membuat Min Ho frustasi.

"Mungkin dia sudah ada di rumah!"

Min Ho kembali pulang dengan harapan tetangga terbaik sekaligus sahabat karibnya sudah ada di rumah.

"Eommanim, Shin Hye sudah pulang?"

"Belum, ada apa Min Ho-ya? Mungkin sebentar lagi Shin Hye pulang."

"Tidak apa-apa Eommanim, kalau dia datang tolong beri tahu aku mencarinya."

Min Ho tidak mungkin mengatakan pada Eomma Shin Hye kalau Shin Hye tidak ada di kampus. Bisa-bisa Eomma Shin Hye akan khawatir, terlebih semalam Eomma Shin Hye memergoki Shin Hye menangis. Min Ho takut hal itu akan mempengaruhi kesehatan Eomma Shin Hye yang akhir-akhir ini memang sering terganggu.

Min Ho pulang lalu merebahkan tubuhnya yang sangat kelelahan setelah mencari Shin Hye. Min Ho ingat dia belum mandi, akhirnya pria jangkung itu memutuskan untuk mandi dan akan kembali mencari Shin Hye jika gadis itu belum kembali juga satu jam lagi.

Sementara itu di rumah Shin Hye.

"Eomma mianhae, kalau semalam aku tidak sopan."

"Shin Hye-ya, Eomma tidak akan bertanya sebab kenapa kau menangis. Eomma tahu kau memiliki alasan kuat untuk menangis. Eomma hanya ingin kau tidak mengabaikan kesehatanmu, kau belum makan sejak semalam 'kan?"

Shin Hye mengangguk setelah mendengar ucapan Eomma-nya. Paling tidak ia bersyukur memiliki Eomma yang sangat pengertian padanya.

"Ah, tadi Min Ho mencarimu. Eomma tidak tahu ada apa, tapi sejak pagi dia terus menanyakanmu."

Shin Hye yang sedang merapikan sepatunya di rak itu langsung bergegas mendatangi rumah Min Ho di sebelah rumahnya.

"Min Ho-ya... ini aku."

Tidak ada jawaban dari dalam sana. Akhirnya Shin Hye membuka pintu rumah itu.

"Ceroboh, pintu ini tidak dikunci."

Shin Hye masuk sambil terus memanggil-manggil Min Ho tanpa ada sahutan dari si penunggu rumah.

"Apa dia sedang mandi?" Ucapnya saat mendengar suara air shower dari kamar mandi yang ada di dalam kamar Min Ho. Shin Hye masuk ke kamar Min Ho menunggu Min Ho menyelesaikan mandinya.

"Min Ho-ya, aku ada di dalam kamarmu." Shin Hye menggedor pintu kamar mandi.

Min Ho sedikit mendelik saat mendengar suara Shin hye. Ia mempercepat aktivitas mandinya.

"Tunggu jangan pergi kemana-mana sebelum aku selesai mandi."

"Oke..." Jawab Shin Hye.

Shin Hye mendekati rak buku di dalam kamar itu. Dengan tatapan yang tidak semuram semalam. Shin Hye memerhatikan foto-foto Min Ho dan dirinya di rak bagian atas. Tanpa sengaja ia menemukan novel yang pernah ia beri untuk Min Ho. Bukan novel karya penulis terkenal memang, itu adalah novel karya Shin Hye sendiri yang diterbitkan melalui salah satu website berbayar dalam bidang penerbitan novel. Novel pertama penulis amatir Park Shin Hye itu berjudul "I Want Kiss You Everyday".

Rasanya Shin Hye ingin membakar novel itu jika saja belum diberikan pada Min Ho. Sebenarnya tokoh utama dalam novel itu adalah dirinya dan Hyo Shin, karena itu ia ingin menghancurkan novel pertamanya kalau bisa. Shin Hye meremas kasar novel dengan cover berwarna biru muda itu hingga terlihat sedikit kusut dari sebelumnya. Shin Hye masih bisa menahan dirinya, ia tempatkan kembali novel itu pada bagian rak yang menyimpan khusus novel-novel fiksi. Dan.... secarik kertas terjatuh dari novel karyanya. Shin Hye menatap skeptis secarik kertas yang kini tepat di sebelah kakinya. Shin Hye meraihnya lalu membacanya perlahan.

My flower...
Rupanya aku tidak begitu populer di matamu.
Aku menginginkanmu tapi kau menginginkannya, aku selalu menatapmu tapi kau selalu menatapnya...
Seharusnya kau tidak melindungiku dari guyuran hujan saat itu, kau membuatku ingin membalas kebaikanmu itu berjuta-juta kali lipat...
Terimakasih kau memberiku novel pertamamu, meski aku sakit.
Kau tahu my flower, aku menangis bahkan sejak membaca identitas novel ini. Bisa kau bayangkan, aku menangis sepanjang membaca novel romantis karyamu ini. Novel ini bagus, aku sangat menyukai tulisanmu. Hanya saja, aku kecewa karena bukan aku yang menjadi seseorang yang kau inginkan dalam novel ini...
Selama ini aku yang selalu ingin menciummu setiap hari, tapi kenyataannya terbalik. Dalam novel ini setiap hari kau hanya ingin dicium oleh orang itu, bukan aku.
My flower, kau tidak akan tahu bahwa sahabatmu ini juga sepertimu. Sang pemimpi. Kita sama-sama memimpikan seseorang. Kau memimpikan pria itu dan aku memimpikanmu...

Air mata Shin Hye membuncah lagi setelah membaca secarik kertas berisi curahan hati Min Ho yang tak terungkapkan padanya.

Krekkkk....

Shin Hye bergegas menyimpan kembali novel beserta kertas itu ke tempat semula. Min Ho selesai mandi dan mendapati Shin Hye yang berderai air mata.

"Ceritakan padaku, apa yang terjadi padamu?"

Padahal sudah sejak tadi Shin Hye berlatih dengan jawaban karangannya jika Min Ho menanyakan hal ini. Tapi sekarang Shin Hye justru membisu bahkan kembali menangis sejadinya, sesegukan menundukkan kepalanya di hadapan pria yang begitu protektif padanya, membuat hati pria itu sakit hanya dengan melihat tangisan di hadapannya.

"Kau menganggapku apa? Kau bilang aku sahabatmu, tapi kau menyembunyikan sesuatu dariku seperti ini. Ceritakan Shin Hye-ya, kau tidak tahu aku hampir gila mencemaskanmu eoh???"

"Mianhae, aku..."

Krebbb...

Min Ho membenamkan wajah basah itu ke dalam pelukannya, membiarkan air mata bunga indahnya membasahi dadanya yang berbalut kaos panjang berwarna hitam itu. Sesekali mengusap puncak kepala Shin Hye. Entah sejak kapan air mata pria jangkung itu menetes dari kedua sudut matanya, rasa sakit yang Shin hye rasakan bisa menular ke dalam hatinya. Min Ho menengadah agar air mata itu tidak jatuh lebih banyak lagi. Tidak mungkin ia menunjukan wajah sedihnya di hadapan Shin Hye yang sedang bersedih itu. Sesegera ia menyeka air matanya, berusaha menunjukkan bahwa ia tidak ikut menangis.

"Ceritakan padaku..."

Shin Hye tidak bisa menolak permintaan Min Ho. Ia menceritakan semuanya pada Min Ho. Emosi itu tidak bisa terbendung, Min Ho akan menghajar Hyo Shin dan kalau perlu Rachel sekalian.

"Kau sangat betah dalam pelukanku eoh?" Min Ho menggoda Shin Hye yang tanpa sadar masih dalam pelukan Min Ho meski sedang menceritakan kejadian menyedihkan yang dialaminya itu.

Shin Hye salah tingkah dan spontan menjauhi tubuh jangkung Min Ho. Wajahnya memerah, ini kali pertama Shin Hye merasa malu dan sedikit canggung saat digoda Min Ho. Bisanya jika Min Ho mulai narsis dan menggodanya, ia akan balas mnggoda Min Ho dan sering kali memukul bahu Min Ho. Ini pasti karena kertas yang tadi dibaca Shin Hye.

"Aishhh, memalukan." Lenguh Shin Hye dalam hatinya.

"Shin Hye-ya."

"Eoh."

“Park Shin Hye.."

“Why Lee Min Ho? Why?"

Entah sejak kapan novel dengan sampul berwarna biru muda itu menarik perhatian tatapan mata Min Ho.

"Novel ini, bukankah novel yang tidak laku di pasaran?"

"Yaaaak...."

"Tapi, aku sangat menyukai novel ini."

Shin Hye tidak percaya dengan ucapan pria jangkung itu, "kau bohong Tuan Lee."

"Serius." Kata Min Ho mencoba meyakinkan.

"Kau bohong, aku tahu kau bohong."

"Kau benar, aku berbohong. Aku hanya menyukai tulisanmu, aku membenci tokoh utama pria di novel ini."

"Kenapa?"

"Aku iri padanya." Min Ho menaruh kembali novel itu pada tempat semula.

"Kenapa harus iri? Kau jauh lebih baik dari pria jahat itu."

"Baik hanya sebagai teman 'kan?"

Shin Hye terdiam, sesaat menunduk menatap barisan ubin pada lantai ruangan itu, sedikit ragu untuk mengatakan sesuatu diantara ya dan tidak.

"Pulanglah, kau harus istirahat Park Shin Hye." Kata Min Ho yang akan meninggalkan ruangan itu meski beberapa detik kemudian langkahnya terhenti karena Shin Hye.

Gadis itu meraih lengan Min Ho untuk menahannya agar tetap berada di tempat itu.

"Tunggu Min Ho-ya. Untuk novel kedua, kupastikan kau yang menjadi tokoh utama pria!"

Ya, ucapan Shin Hye yang mengejutkan itu sudah cukup membua Min Ho mengerti maksudnya.

"Benarkah?"

Shin Hye mengangguk malu, gadis itu tidak berani menunjukkan wajah yang bagi Min Ho sangat menggemaskan itu.

"Lihat aku kalau kau sedang bicara."

Min Ho setengah membungkuk agar wajahnya berada dalam satu garis lurus dengan wajah gadis itu.

"Kau sudah berjanji Park shin Hye, aku akan memegang janjimu."

~Chu...

Tiba-tiba kelembaban dirasakan oleh bibir ranum Shin Hye, hanya dalam satu hentakkan gadis itu tak berkutik. Seakan tersengat listrik ribuan volt sensasi yang sedang ia rasakan. Ya, Min Ho mencium bibirnya tanpa ijin, pria itu sungguh berani untuk membuat seorang gadis terdiam mematung. Ciuman itu bukan ciuman kilat yang berhenti sesaat, mereka terus merasakan sentuhan kasih hingga beberapa menit.

I Want Kiss You Everyday, novel karya Shin Hye yang sepertinya akan direvisi atau mungkin akan ia rombak habis-habisan demi mengganti segala sesuatu tentang tokoh utama pria pada novel itu. Dan kini, sepasang manusia itu masih saja tenggelam dalam sensasi luar biasa yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka akan teralami bersama orang dalam rengkuhannya. Terus terbuai tanpa peduli peristiwa yang akan terjadi beberapa detik kemudian.

Klek, suara pintu terbuka. Empat pasang mata pada saat yang bersamaan terbelalak karena keterkejutan.

"Lee Min Ho! Apa yag kau lakukan???"

"Ommo! Puteriku, puteriku... Aigoooo...!"

"Hyeong...!"

"Eomma...!"






END



Sekian, harap review ya Aldi.
Maaf jika tidak sesuai tema yang diinginkan. :D

6 komentar:

  1. Hahaha,,, gini" aldi terkenal di game world loh kkuuu :D
    "DAN KAMI BERDUA TDK RELA KALO ADA YG MENIRU SEAGIAN ATAU SELURUHNYA"
    knp hrs kami berdua nun? serasa punya hak cipta jg disni, heheh,,,,,,

    Maaf baru baca nuna,,, sumpah gx nyangka dipenuhin td malem,, keren.kirain gx seriusssss
    bingung mau review apa cz gx pantes aldi yg gx sk buat cerpen mau ngritik gmn,,
    yg pasti enak dibaca dan suak bgt,,,
    gomawo nuna ;)

    BalasHapus
  2. Maf juga baru bls aldi. Ah,sama2 de. Loh loh. Gapapa deh :D

    BalasHapus
  3. kak vie... mian baru selesai baca.. :D
    ini seriusan dalam satu malam kak?
    wuihh.. :D
    dr segi penulisan udah enak kak. aku ga bisa komen apa2.. hahaha
    dr segi cerita jg udah oke. apalagi ini di tulis salam waktu yang singkat.. mantap... hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya de -_- dulu prnh janji bkin ff minshin sm si al, dan blm dibuat jg ampe ahrnya yg dijanjiin nagih dan maksa -_-)))
      jujur aja klo oppa dipasangin sm aktris tuh kurang ngefeel mnrt kk mh, udh biasa pke couple OC sh de, ga biasa aja. kcuali cast bias k yg lain slain minho oppa. hehe

      syukurlah klo enak dbaca, hehe. gomapta

      Hapus
  4. Chingu minshin shipper?? i like.klu bisa sekuel iiaa sayy

    BalasHapus
  5. Bukan chingu. Aku lebih ke YONGSHIN, ini request dr temenku sesama minoz yg juga suka PSH.
    Makasih udah baca dan suka, gak janji ya chingu. :)

    BalasHapus