Title : On My Birthday
Author : Covi Kim a.k.a Evilia D
Length : Oneshot
Genre : Romance
Cast : Cho Gae Hee a.k.a Thilmaa, Lee Min Ho, L
a.k.a Kim Myung Soo
Selamat ulang tahun adikku Thilmaa. Dengan waktu dan imajinasi seadanya kakak tuliskan cerita pendek ini untukmu. Semoga suka dan bisa diterima sebagai kado di hari ulang tahunmu ini. ^^
**
Aku
hent akkan jari-jariku mengikuti alunan musik yang dimainkan oleh DJ,
sambil menikmati waktu dalam sebuah pesta yang seharusnya tak kuhadiri, aku
benar-benar merasa direndahkan malam ini.
Saat
aku sedang kesal seperti ini, aku baru menyadari bahwa ada seorang pria yang
terus saja menatap ke arahku ditengah-tengah pesta ini. Apa yang salah
denganku? Apa aku terlihat aneh di matanya? Apa aku tidak seperti gadis-gadis
lain di pesta ini?
Kedua
matanya terlihat semakin liar, apa yang ada dalam pikirannya? Dia terlihat
seperti akan menerkamku. Oh tidak, pria tinggi berjaket kulit warna biru itu
mendekatiku. Kedua matanya sedikitpun tidak beralih dari mataku, menatap dalam
dan membuatku sedikit tidak nyaman. Jujur saja, ini pertama kali aku
diperhatikan oleh seorang pria dengan cara seekstrim itu.
"Lee
Min Ho."
Dia
mengucapkan namanya tanpa basa-basi. Aku tahu maksudnya, dia ingin berkenalan
denganku. Aku membalas uluran tangannya. Kusentuh tangan kekar itu sambil
menyebutkan namaku.
"Cho
Gae Hee."
Dia
mengambilkan segelas minuman untukku dari seorang pelayan pesta. Aku menolaknya
karena aku tidak biasa meminum minuman beralkohol. Dia mengerti, lalu kembali
mengambilkanku segelas minuman, kali ini hanyalah segelas jus jeruk yang
sebenarnya kurang pas dengan lambungku. Tapi jika dibandingkan dengan minuman
yang tadi, aku jelas lebih memilih jus jeruk ini.
"Kenapa
kau hanya sendiri di tempat ini? Kau tidak bergabung dengan mereka?"
"Kau
sendiri tuan? Kenapa tidak bergabung dengan mereka? Kenapa justru
mendekatiku?"
"Kau
pintar nona. Tidak menjawab pertanyaanku, kau justru balik bertanya dengan pertanyaan
yang sangat bagus."
"Sangat
bagus?"
"Ya,
sangat bagus. Kau ingin tahu kenapa aku mendekatimu?"
Aku
mengangguk, tentu saja aku ingin tahu. Bahkan kau membuatku ingin tahu sejak
tadi, sejak aku menyadari kau melihatku dengan tatapan seperti itu Tuan Lee.
"Karena
aku ingin mengenalmu. Kau manusia terindah yang baru kutemui sepanjang hari
ini."
"Ck,
jawabanmu terlalu klasik tuan. Kau tak berbakat menggoda wanita."
Tanpa
menjawab apa-apa lagi dia meneguk minuman beralkohol itu. Membuatku sedikit
menjauh darinya karena aroma minuman itu tak kusuka.
"Kau
tidak menyukai ini?"
Aku
mengangguk sebagai tanda bahwa aku benar-benar tidak menyukai minuman bau itu.
Aku juga tidak menyukai tempat ini, tempat ini terlalu bau karena minuman itu
dan terlalu panas karena pemandangan di lantai dansa yang sebenarnya enggan
untukku lihat.
"Pulang
saja, kau tidak tahan 'kan melihat pria itu?" Kata pria aneh ini membuatku
sedikit kesal saat dia menunjuk seseorang di lantai dansa sana.
"Tinggalkan
aku sendiri!"
Aku
beranjak, menjauhi orang bernama Lee Min Ho itu. Baru kenal tetapi sudah berani
menginterogasik u. Ya, kuanggap satu pertanyaannya tadi cukup
menginterogasik u.
L,
hari ini adalah pesta perayaan L yang baru saja mendapat gelar dokter. Hanya
saja, aku merasa tak
dianggap di pesta ini. Dia memintaku datang atas dasar
pertemanan, tetapi dia hanya menyapaku sekali saat aku baru tiba di tempat ini.
Tidak ada temanku di sini, mereka semua adalah teman-teman kuliah L dan
beberapa kenalan orang tuanya. Sebenarnya aku cukup nyaman di tempat ini, asal
aku bisa melihat senyum L dari sudut ruangan pesta ini. Tetapi selama aku ada
di tempat ini, hal menyakitkan terus saja terjadi.
L
bergurau mesra dengan seorang gadis cantik, berdansa dengan gadis itu, sesekali
mereka berpelukan di tengah dansa yang membuaikan itu. Rasanya? Sakit. Aku
merasakan sakit di dada kiriku. Bagaimanapun aku pernah menjadi orang yang
paling penting dalam hidup L. Tapi sekarang? Aku tak dianggap, bahkan L seperti
sengaja mengundangku ke tempat ini untuk mempermainkanku . Aku bodoh. Ya,
aku memang bodoh.
Tanpa
sengaja aku menjatuhkan air mataku. Sangat menyesakkan ketika menyaksikan pria
yang masih kita cintai bermesraan dengan wanita lain. L, apa kau sudah
benar-benar melupakanku? L, kupikir aku akan menjadi tamu spesial di tempat
ini. Tetapi aku salah.
Pria
itu mendekatiku lagi, Lee Min Ho. Melihatku dengan sangat dekat, seakan dia
sedang meneliti komponen dari tetesan air mataku ini. Tapi aku tak peduli,
mataku masih saja tertuju pada L dan gadis itu.
Oh
tidak, apa yang akan dilakukan L sekarang? Wajahnya semakin mendekat pada wajah
gadis cantik itu. Aku bisa menebak yang akan terjadi beberapa detik kemudian.
Aku ingin memalingkan pandanganku. Aku tidak ingin menyaksikan sesuatu yang
sangat menyakitkan seperti itu. Seseorang, tolong bantu aku.
Aku
terdiam beberapa detik dalam pandangan gelap. Detik-detik yang akhirnya kulalui
tanpa harus melihat pemandangan di lantai dansa.
Terimakasih.
Terimakasih untuk orang yang memberikan tangannya padaku. Tangan kekar itu
menutup kedua mataku, menghalangiku dari pemandangan yang akan sangat menjadi
pemandangan paling menyakitkan itu.
"Bodoh.
Kenapa kau tidak pergi saja dari tempat ini?"
"Kalau
begitu, tolong bawa aku pergi, Lee Min Ho Ssi."
Ini
adalah untuk pertama kalinya aku memohon pada orang asing, orang asing yang
kurasa sangat mengerti dengan perasaanku saat ini.
Dia
menggenggam tanganku. Menuntunku keluar dari tempat itu. Aku hanya menatap
kedua matanya yang kurasa cukup kesal, entah kenapa, aku tidak mengerti.
"Kau
baik-baik saja?" Tanya Min Ho setelah beberapa menit hanya terdiam di kursi
panjang halte ini bersamaku. Aku
mengangguk, mencoba memamerkan senyumku agar dia percaya dengan jawabanku.
"Kau
tidak berbakat menjadi seorang aktris."
"Ketahuan
ya?"
Dia
bangkit. Mengambil dua kaleng jus apel dari mesin otomatis yang ada di samping
kanan halte ini. Dia membuka minuman itu, dan memberikan satu untukku. Aku
meminumnya, segar dan terasa nyaman di lambungku, tidak seperti jus jeruk di
pesta tadi.
“Sebenarnya,
kenapa kau bisa ada di pesta itu? Apa kau ini adalah teman L di kampus?”
“Bukan,
aku hanya mewakili ayahku yang tidak bisa hadir. Ayahku dan ayah L adalah rekan
kerja,” jawabnya atas pertanyaanku. “Kau benar baik-baik saja?”
“Ya,
aku baik-baik saja Min Ho Ssi.” Jawabku lagi-lagi berbohong.
"Jika
kau terluka, katakan saja terluka. Jika kau marah, keluarkan amarahmu."
"Keluarkan
amarahku? Pada siapa? Pada orang itu?" Kataku dengan nada kesal, masih
mengingat berbagai hal di pesta tadi.
"Padaku
juga boleh."
Aku
meliriknya. Memerhatikan dia yang meneguk sisa jus apel dalam kaleng minuman
itu. Wajahnya cukup tampan, hidungnya mancung, bibirnya indah. Ya Tuhan, kenapa
aku sedikit memujinya?
"Aku
ralat ucapanku di pesta tadi."
"Ucapan
apa?" Tanyanya, membuang kaleng lalu fokus menunggu jawabanku.
"Ucapan
bahwa kau tak berbakat menggoda wanita."
Dia
tersenyum, menutupi mulutnya dengan tangan kanan, dan tak lagi malu untuk
tertawa lepas.
"Kenapa?"
"Kau
lucu, jadi kau merasa sudah tergoda Gae Hee Shi?" Tanyanya dengan sedikit
menertawakanku.
"Enak
saja. Kau terlalu percaya diri Tuan Lee!" Kataku mengelak.
"Kuantarkan
kau pulang ya, ini sudah larut."
Aku
mengangguk. Kami terus terdiam beberapa menit sebelum bus tiba. Kurasa dia pria
yang baik. Dia mengantarku pulang sampai ke rumah, bahkan berani meminta maaf
pada ayahku karena terlambat membawaku pulang, sesuatu yang sebenarnya bukan
tanggung jawabnya.
"Sampai
jumpa lagi Lee Min Ho."
**
Ini
sudah sebulan sejak perkenalanku dengan Lee Min Ho. Kami belum lagi bertemu,
dan tidak ada yang mengusulkan di antara kami untuk saling bertemu lagi.
"Gae
Hee, bisa kita bertemu? Aku ingin melihatmu. Di tempat biasa."
Itu
pesan dari L. Membuatku kembali bingung dengan perasaanku. Apa yang
diinginkannya? Kenapa dia terus seperti itu? Aku tidak membalasnya, aku tidak
harus datang ketika dia memintaku datang.
"Kenapa
kau pulang tanpa pamit waktu itu? Kau salah paham? Gadis itu bukan siapa-siapa,
aku masih menyukaimu. Aku ingin bertemu denganmu sekarang."
Bukan
siapa-siapa? Tapi kenapa begitu mesra? Kenapa kalian berpelukan dan berciuman?
Kebohonganmu terlalu mengada-ngada L!
Ini
harus segera kuakhiri. Baiklah, ini untuk yang terakhir kalinya L. Setelah ini
aku tidak mau berurusan denganmu, aku benar-benar ingin melupakanmu karena luka
yang selama ini kau beri tidak mungkin bisa kau sembuhkan.
Bersusah-payah
aku untuk sampai di sebuah kafe tempat kami biasa bertemu dulu saat hujan deras
begini, saat aku dan L masih berkencan. Kafe yang sama, menu yang sama dan
tempat duduk yang sama. Tetapi, tempat duduk yang sama itu sedang ditempati
oleh L dan seorang gadis. Bodohnya aku, aku mematung di ambang pintu kafe ini.
"Kau
menghubungi gadis itu L? Kau langsung memutuskan akan kembali dengan gadis itu
setelah kubilang kita putus? Kau pikir aku serius? Aku hanya sedang emosi
L."
"Jadi
itu tidak benar?"
"Aku
sangat mencintaimu L."
Cukup
sudah. Aku tidak akan melanjutkan langkahku dari ambang pintu ini untuk
menampakan diri di hadapan L. Jika aku menampakan diri, aku hanya akan semakin
menjatuhkan harga diriku. Padahal niatku hanya untuk memberitahunya agar tidak
lagi menghubungiku, tetapi kenapa aku merasa sangat terhina?
"Gae
Hee, maafkan aku. Aku tahu kau pasti tidak akan datang untuk memenuhi
permintaanku. Aku tarik permintaanku tadi. Maaf sudah mengganggumu."
Pintar
sekali kau L. Langsung mengambil langkah cepat mengirimiku pesan singkat
kebohongan itu. Kau pikir aku tidak tahu L? Kau hanya menganggapku sebagai
pelarian bukan?
Aku
berjalan menuju halte, menangisi kebodohanku di tengah hujan. Hari ini aku
berjanji pada diriku sendiri. Aku tidak akan datang lagi ketika dia memintaku
dengan alasan apapun.
Menunggu
bus. Satu-satunya hal yang sedang kulakukan sekarang. Dan tiba-tiba aku
teringat pria itu, pria yang mampu membuatku tertawa disaat aku menangis
seperti ini. Apa aku harus menghubunginya? Lalu menceritakan kebodohanku
hari ini. Apa itu tidak terlalu memalukan?
"Cho
Gae Hee Shi."
Rinai
hujan seakan terhenti, angin pun seakan bergerak dengan pelan, suara
gemuruh di langit tak lebih terdengar jika dibandingkan gemuruh dalam dadaku.
Ya, itu yang sedang kurasakan sekarang saat suara itu terdengar.
"Lee
Min Ho Ssi."
Ini
seperti bukan aku, Cho Gae Hee yang langsung melemah di hadapan orang lain dan
ingin menjadikan orang lain sebagai tempat bersandar. Air mataku yang masih
tercampur dengan air hujan ini mengalir semakin banyak saat pria ini hadir di
hadapanku.
"Kau
kenapa?"
Min
Ho meletakkan payungnya, lalu berjongkok di hadapanku. Seakan dia sangat siap
menerima semua curahan hatiku.
"Sebenarnya
aku malu mengatakan ini. Tapi kau tahu Min Ho Ssi? Hari ini aku ingin menemui L
karena aku ingin memintanya untuk tidak menghubungiku lagi setelah dia terus
memintaku kembali. Tapi yang terjadi justru aku melihat hal yang tak seharusnya
kulihat, dia mombohongiku, ternyata aku..."
Aku
tak lagi melanjutkan, tenggorokanku seperti tersekat oleh sesuatu. Terlalu
menyakitkan disaat kebohongan itu sudah sangat jelas terkuak.
"Aku
tidak tahu apa lagi yang terjadi antara kalian. Tapi yang kutangkap dari
ceritamu adalah kau sangat kecewa pada orang itu 'kan? Kau sudah tidak percaya
padanya dan kau tidak mau berurusan lagi degannya?"
Aku
mengangguk pelan, lalu berusaha menghapus air mataku dengan kedua tangan ini.
Min Ho memegang kedua tanganku, melarangku untuk menghapus air mataku, dia
mengganti kedua tanganku ini untuk menghapus air mataku. Bahkan ia membereskan
rambutku yang sebagian menutupi wajahku. Min Ho lalu duduk di kursi halte, di
sebelahku.
"Jangan
menangis lagi."
Aku
tidak mengerti bagaimana awalnya aku bisa berada dalam pelukannya. Dia mengusap
rambut basahku, menenggelamkank u dalam dada bidangnya.
"Mulai
sekarang, jangan datang saat dia memintamu datang. Dan yang harus kau lakukan
adalah pergi meski dia tidak memintamu pergi."
Aku
hanya mengangguk. Ada banyak pertanyaan yang ingin kutahu jawabannya. Tapi aku
juga bingung dengan perasaanku sekarang.
"Apa
yang membuatmu yakin untuk datang dengan tujuan menyuruhnya tidak menghubungimu
lagi?"
"Kata
L, wanita yang bersamanya itu bukan siapa-siapa. Dan aku tahu bahwa itu
kebohongan besar, jika wanita itu bukan siapa-siapa mana mungkin semesra
itu."
Ya
Tuhan, apa yang baru saja kukatakan? Aku tak seharusnya menjawab seperti itu
dalam situasi seperti ini.
"Maksudmu
aku ini siapa-siapamu?"
"Eoh..?"
Aku
melepas pelukannya. Tidak seharusnya aku tenggelam olehnya disaat aku belum
sepenuhnya melupakan L.
"Cho
Gae Hee, jangan terus memandang cinta yang menjauh. Kau juga harus mulai
memandang cinta yang sedang mendekat."
"Maksudmu?"
"Mau
kuantar pulang?"
Aku
mengangguk saja tanpa memperpanjang pertanyaanku yang belum dijawab olehnya.
Jangan terus memandang cinta yang menjauh, aku mengerti bahwa cinta yang
menjauh itu adalah L. Dan aku harus mulai memandang cinta yang mendekat, siapa?
Mungkinkah?
**
Semuanya
sudah selesai sore ini, hanya tinggal menunggu malam untuk segera memulai pesta
ini.
"Kau
bisa datang 'kan Min Ho Ssi?"
"Maafkan
aku Gae Hee, sepertinya aku tidak bisa datang."
"Kalau
tahu kau tidak datang, seharusnya aku tidak membuat pesta ini."
"Cho
Gae Hee, Aku janji akan memberikanmu kado yang sangat spesial, aku tidak bisa
meninggalkan pekerjaanku di kantor.
Bodoh.
Aku tidak membutuhkan kado apapun. Aku hanya ingin kau datang Tuan Lee. Sejak
pelukan yang menenangkan itu, aku dan Lee Min Ho menjadi semakin akrab meski
hanya lewat telepon atau pesan singkat. Sampai suatu hari dia mengajakku untuk
bertemu, dan kujawab ya, tapi di pesta ulang tahunku, dia setuju. Tapi
sekarang? Dia justru masih sibuk dengan pekerjaannya di kantor yang tidak bisa
ditinggalkan. Kau cukup memberikanku tawa lepasmu di hari ini, Tuan Lee. Kenapa
aku merindukanmu malam ini? Apa hatiku sudah benar-benar beralih padamu?
Malam
tiba, ruang tamu yang kusulap menjadi ruang pesta ulang tahun ini berkilau oleh
lampu-lampu pesta. Alunan musik klasik pengiring dansa mengalun merdu.
"Gae
Hee, selamat ulang tahun. Kau cantik sekali malam ini."
Kulihat
sekeliling ruang pesta ini untuk menemukan pria itu, L. Siapa yang
mengundangnya? Sepertinya ada pengkhianat yang memberikan undangan pada L,
satu-satunya orang yang dilarang keras masuk ke tempat ini. Itu dia, L.
Pria
itu tersenyum saat aku menemukan keberadaannya. Kupikir L putus lagi dengan
wanita itu. Maaf L, aku tidak akan seperti aku yang dulu. Aku tak membalas
senyumnya, aku justru membalas dengan wajah jutekku.
L
berjalan ke arahku, kurasa dia ingin membicarakan sesuatu. Tapi langkahnya
terhenti ketika seseorang menyalipnya, bahkan sedikit menabrak bahu kanannya
dari belakang. Orang itu tersenyum sambil berjalan ke arahku. Apa ini? Apa ini
sebuah kejutan? Dia datang, Lee Min Ho.
Pria
yang membawa kado dengan bungkus berwarna merah muda itu menghampiriku, lalu
menyerahkan kado itu padaku.
"Apa
isinya?"
"Itu
tak penting."
"Benarkah?"
Dia
tersenyum lagi. Menatapku di bawah sinar lampu redup, di antara alunan suara saxophone yang terdengar begitu mendayu
dan romantis. Teman-temanku mulai mengikuti alunan musik itu dengan berdansa bersama
pasangan masing-masing. Dan aku masih di tempat, meresapi suasana pesta ulang
tahunku bersama orang ini, orang yang belum lama kukenal tetapi sudah mampu
menguasaiku.
"Selamat
ulang tahun sayang, maaf aku membohongimu tadi. Mana mungkin aku melewatkan
ulang tahunmu yang pertama setelah kita berkenalan."
"Kau
baru saja mengatakan apa tadi? Sa-yang?"
"Tidak
bisakah kau hanya membalas terimakasih padaku?"
"Terimakasih,
kau telah membohongiku tadi. Aku baru pertama kali merasakan kebohongan yang
begitu indah, dan itu darimu. Jika kau tidak berbohong, mungkin rasa bahagiaku
tidak akan sebanyak ini. Terimakasih telah datang Tuan Lee."
"Cho
Gae Hee," ucapnya lembut, tak pernah mengalihkan tatapannya dariku.
"Kau
ingin balas dendam?"
"Balas
dendam?"
Aku
memang bodoh tak mengerti awalnya. Tetapi saat dia mendekatkan wajahnya dengan
pelan pada wajahku, menghembuskan napasnya yang memburu hingga membuat
permukaan kulit wajahku menghangat, dan melekatkan bibirnya dan bibirku
dengan sangat lembut, aku baru mengerti maksud dati kata balas dendam itu. Aku
terpejam merasakan aksi balas dendam ini, menghayati setiap inci sentuhan
bibirnya pada bibirku, membiarkan diriku benar-benar tenggelam dan terjatuh ke
dalam pelukannya. Hari ini dia membuatku yakin, dia membantuku, juga
mengarahkanku untuk tak lagi memandang cinta yang menjauh dengan membuatku
hanya memandang cinta yang datang mendekat yakni dia, Lee Min Ho.
L
yang melihat adegan romantis ini lantas pergi, kali ini L turut merasakan
bagaimana perasaanku disaat dia bermesraan dengan gadis itu. Tapi aku melakukan
ini bukan semata-mata karena L. Ada hal lain yang lebih penting dari sekedar
aksi balas dendam.
"I like you, i love you
baby," ucapnya berbisik. "Mau
menerimaku?"
Kau
tahu Min Ho Ssi? Kau benar-benar berhasil menggodaku, kau mampu membuatku tergila-gila
hanya karena kejutan ulang tahun sederhana yang kau berikan.
"I like you too, i love you
too baby."
Hari
ini adalah hari ulang tahun terindah. Kado terindah ini akan selalu kujaga,
kucinta dan kusayang. Buku diary darimu dan tentu juga cinta darimu.
“생일
축하 합니자기야 (Happy
birthday my dear)." - Lee Min Ho for Cho Gae Hee -
END



" jangan terus memandang cinta yang menjauh. Kau juga harus mulai memandang cinta yang sedang mendekat"
BalasHapushuaaa... ini tuh... maniiss bgt... :D
nice story kak vie.. :)
aku baca sambil denger lagunya loh kak.. hehehe
daann.. aku jd keinget bbf yg episode berapa gitu (aku lupa -_-) saat kim bum bantuin Ga Eul balas dendam setelah di khianatin cowoknya.. hahaha
kereennn kak vie, :D
gomawo eonni.. ({}) kadonya aku suka bgt.. :)
Hehehe, envy jg buat nih ff, abs suka bgt sm krktr oppa dsni ( Loh jd komentari karktr tkoh ff sndri -___-) tp ga apa lah pnhcualian di hr ultah dk thilmaa. Kuijinkan si tampan dan mempesona ini brsamamu :/
HapusBagus bagus, knpa hrs dngrin? Krna k bkin nh ff pas udh msuk scene stlh di kafe, smbil dngrin tu musik. Klo k ttp d dpn tv smbil lht bang ipul, tkut ga dpr efek romantisnya. Eh eh emngnya ini dpt ya? -____-) hahaa
Ff ini di awal2 ga kpikiran mau ending bgitu loh dek juga ada dialog bls dndam, hahaha. Pas L dtng aja knp pngn bgt minho ngucapin itu. Heeee :D biar tau rasaya L :p
Sukurlah klo suka kadonya dk :D
Asiikkk... Min ho oopa d relakan utk aku.. Hahaha
BalasHapusYaelaahhh.. Jangan sampe deh karakter bang ipul nyampur dlm karakter oppa.. Bisa kacau ntar.. Hahaha
Ohiya, aku ingat, kim bum main saxophone kayak d bar gitu ya kak?
Itu salah satu scene favorit aku loh. Makanya ngena bgt pas baca cerita ini.. Jd ingat scene itu... Hahaha
Mulai dr kimbum nemuin ga eul nangis d jalan, make over dia, ngasih syalnya ke ga eul, sampai main saxophone d bar. Itu so sweet bgt.. :D
Iyaaa.. Pas L datang tuh rasanya sebel bgt, tp pas tiba2 oppa lewat dan nyenggol dia dr blkang itu rasanya lega bgt.. Rasanya pengen bilang ke si L "huuhh.. Rasain lo!" hahahaa
Hanya utk tgl 22 feb ya -,-
HapusUjung2nya ni ff jd stngh parodi yg tak disrngaja ya dek... hahahaha :D
Ciye ciyeee yg udah melupakan L. Tp ksian jg L ya. Hahha
Andai ada cwok kyk oppa d ff ini. Melindungi bngt, coll tp hot, misterius dan apalah apalahhhh siapa yg ngga tergoda....???
Rasain lo L rasaiiiiin udh disenggol tanpa rasa hormat dr oppa . Ehh hrs mnyaksian pmndangan yg omg bgt... wkwwwk *Puas (-___-)
.ga tau napa aldi serasa jd couple kak thimaa di ff nuna yg ini ,,,,
BalasHapus.mungkin karena pmran utama y hyung lee min ho,,he
.HBD thilmaa nuna,,,, :)
Feel kena bngt say,aku suka (y)
BalasHapusAku juga mau dunk say bkinin ff....
by:Lia