Sabtu, 21 Februari 2015

FF Lee Min Ho : On My Birthday




Title : On My Birthday
Author : Covi Kim a.k.a Evilia D
Length : Oneshot
Genre : Romance
Cast : Cho Gae Hee a.k.a Thilmaa, Lee Min Ho, L a.k.a Kim Myung Soo

Selamat ulang tahun adikku Thilmaa. Dengan waktu dan imajinasi seadanya kakak tuliskan cerita pendek ini untukmu. Semoga suka dan bisa diterima sebagai kado di hari ulang tahunmu ini. ^^




**

Aku hentakkan jari-jariku mengikuti alunan musik yang dimainkan oleh DJ, sambil menikmati waktu dalam sebuah pesta yang seharusnya tak kuhadiri, aku benar-benar merasa direndahkan malam ini.

Saat aku sedang kesal seperti ini, aku baru menyadari bahwa ada seorang pria yang terus saja menatap ke arahku ditengah-tengah pesta ini. Apa yang salah denganku? Apa aku terlihat aneh di matanya? Apa aku tidak seperti gadis-gadis lain di pesta ini?

Kedua matanya terlihat semakin liar, apa yang ada dalam pikirannya? Dia terlihat seperti akan menerkamku. Oh tidak, pria tinggi berjaket kulit warna biru itu mendekatiku. Kedua matanya sedikitpun tidak beralih dari mataku, menatap dalam dan membuatku sedikit tidak nyaman. Jujur saja, ini pertama kali aku diperhatikan oleh seorang pria dengan cara seekstrim itu.

"Lee Min Ho."

Dia mengucapkan namanya tanpa basa-basi. Aku tahu maksudnya, dia ingin berkenalan denganku. Aku membalas uluran tangannya. Kusentuh tangan kekar itu sambil menyebutkan namaku.

"Cho Gae Hee."

Dia mengambilkan segelas minuman untukku dari seorang pelayan pesta. Aku menolaknya karena aku tidak biasa meminum minuman beralkohol. Dia mengerti, lalu kembali mengambilkanku segelas minuman, kali ini hanyalah segelas jus jeruk yang sebenarnya kurang pas dengan lambungku. Tapi jika dibandingkan dengan minuman yang tadi, aku jelas lebih memilih jus jeruk ini.

"Kenapa kau hanya sendiri di tempat ini? Kau tidak bergabung dengan mereka?"

"Kau sendiri tuan? Kenapa tidak bergabung dengan mereka? Kenapa justru mendekatiku?"

"Kau pintar nona. Tidak menjawab pertanyaanku, kau justru balik bertanya dengan pertanyaan yang sangat bagus."

"Sangat bagus?"

"Ya, sangat bagus. Kau ingin tahu kenapa aku mendekatimu?"

Aku mengangguk, tentu saja aku ingin tahu. Bahkan kau membuatku ingin tahu sejak tadi, sejak aku menyadari kau melihatku dengan tatapan seperti itu Tuan Lee.

"Karena aku ingin mengenalmu. Kau manusia terindah yang baru kutemui sepanjang hari ini."

"Ck, jawabanmu terlalu klasik tuan. Kau tak berbakat menggoda wanita."

Tanpa menjawab apa-apa lagi dia meneguk minuman beralkohol itu. Membuatku sedikit menjauh darinya karena aroma minuman itu tak kusuka.

"Kau tidak menyukai ini?"

Aku mengangguk sebagai tanda bahwa aku benar-benar tidak menyukai minuman bau itu. Aku juga tidak menyukai tempat ini, tempat ini terlalu bau karena minuman itu dan terlalu panas karena pemandangan di lantai dansa yang sebenarnya enggan untukku lihat.

"Pulang saja, kau tidak tahan 'kan melihat pria itu?" Kata pria aneh ini membuatku sedikit kesal saat dia menunjuk seseorang di lantai dansa sana.

"Tinggalkan aku sendiri!"

Aku beranjak, menjauhi orang bernama Lee Min Ho itu. Baru kenal tetapi sudah berani menginterogasiku. Ya, kuanggap satu pertanyaannya tadi cukup menginterogasiku.

L, hari ini adalah pesta perayaan L yang baru saja mendapat gelar dokter. Hanya saja, aku merasa tak 
dianggap di pesta ini. Dia memintaku datang atas dasar pertemanan, tetapi dia hanya menyapaku sekali saat aku baru tiba di tempat ini. Tidak ada temanku di sini, mereka semua adalah teman-teman kuliah L dan beberapa kenalan orang tuanya. Sebenarnya aku cukup nyaman di tempat ini, asal aku bisa melihat senyum L dari sudut ruangan pesta ini. Tetapi selama aku ada di tempat ini, hal menyakitkan terus saja terjadi.

L bergurau mesra dengan seorang gadis cantik, berdansa dengan gadis itu, sesekali mereka berpelukan di tengah dansa yang membuaikan itu. Rasanya? Sakit. Aku merasakan sakit di dada kiriku. Bagaimanapun aku pernah menjadi orang yang paling penting dalam hidup L. Tapi sekarang? Aku tak dianggap, bahkan L seperti sengaja mengundangku ke tempat ini untuk mempermainkanku. Aku bodoh. Ya, aku memang bodoh. 

Tanpa sengaja aku menjatuhkan air mataku. Sangat menyesakkan ketika menyaksikan pria yang masih kita cintai bermesraan dengan wanita lain. L, apa kau sudah benar-benar melupakanku? L, kupikir aku akan menjadi tamu spesial di tempat ini. Tetapi aku salah.

Pria itu mendekatiku lagi, Lee Min Ho. Melihatku dengan sangat dekat, seakan dia sedang meneliti komponen dari tetesan air mataku ini. Tapi aku tak peduli, mataku masih saja tertuju pada L dan gadis itu.
Oh tidak, apa yang akan dilakukan L sekarang? Wajahnya semakin mendekat pada wajah gadis cantik itu. Aku bisa menebak yang akan terjadi beberapa detik kemudian. Aku ingin memalingkan pandanganku. Aku tidak ingin menyaksikan sesuatu yang sangat menyakitkan seperti itu. Seseorang, tolong bantu aku.

Aku terdiam beberapa detik dalam pandangan gelap. Detik-detik yang akhirnya kulalui tanpa harus melihat pemandangan di lantai dansa.

Terimakasih. Terimakasih untuk orang yang memberikan tangannya padaku. Tangan kekar itu menutup kedua mataku, menghalangiku dari pemandangan yang akan sangat menjadi pemandangan paling menyakitkan itu.

"Bodoh. Kenapa kau tidak pergi saja dari tempat ini?"

"Kalau begitu, tolong bawa aku pergi, Lee Min Ho Ssi."

Ini adalah untuk pertama kalinya aku memohon pada orang asing, orang asing yang kurasa sangat mengerti dengan perasaanku saat ini.

Dia menggenggam tanganku. Menuntunku keluar dari tempat itu. Aku hanya menatap kedua matanya yang kurasa cukup kesal, entah kenapa, aku tidak mengerti.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Min Ho setelah beberapa menit hanya terdiam di kursi panjang halte ini bersamaku. Aku mengangguk, mencoba memamerkan senyumku agar dia percaya dengan jawabanku.

"Kau tidak berbakat menjadi seorang aktris."

"Ketahuan ya?"

Dia bangkit. Mengambil dua kaleng jus apel dari mesin otomatis yang ada di samping kanan halte ini. Dia membuka minuman itu, dan memberikan satu untukku. Aku meminumnya, segar dan terasa nyaman di lambungku, tidak seperti jus jeruk di pesta tadi.

“Sebenarnya, kenapa kau bisa ada di pesta itu? Apa kau ini adalah teman L di kampus?”

“Bukan, aku hanya mewakili ayahku yang tidak bisa hadir. Ayahku dan ayah L adalah rekan kerja,” jawabnya atas pertanyaanku. “Kau benar baik-baik saja?”

“Ya, aku baik-baik saja Min Ho Ssi.” Jawabku lagi-lagi berbohong.

"Jika kau terluka, katakan saja terluka. Jika kau marah, keluarkan amarahmu."

"Keluarkan amarahku? Pada siapa? Pada orang itu?" Kataku dengan nada kesal, masih mengingat berbagai hal di pesta tadi.

"Padaku juga boleh."

Aku meliriknya. Memerhatikan dia yang meneguk sisa jus apel dalam kaleng minuman itu. Wajahnya cukup tampan, hidungnya mancung, bibirnya indah. Ya Tuhan, kenapa aku sedikit memujinya?

"Aku ralat ucapanku di pesta tadi."

"Ucapan apa?" Tanyanya, membuang kaleng lalu fokus menunggu jawabanku.

"Ucapan bahwa kau tak berbakat menggoda wanita."

Dia tersenyum, menutupi mulutnya dengan tangan kanan, dan tak lagi malu untuk tertawa lepas.

"Kenapa?"

"Kau lucu, jadi kau merasa sudah tergoda Gae Hee Shi?" Tanyanya dengan sedikit menertawakanku.

"Enak saja. Kau terlalu percaya diri Tuan Lee!" Kataku mengelak.

"Kuantarkan kau pulang ya, ini sudah larut."

Aku mengangguk. Kami terus terdiam beberapa menit sebelum bus tiba. Kurasa dia pria yang baik. Dia mengantarku pulang sampai ke rumah, bahkan berani meminta maaf pada ayahku karena terlambat membawaku pulang, sesuatu yang sebenarnya bukan tanggung jawabnya.

"Sampai jumpa lagi Lee Min Ho."


**


Ini sudah sebulan sejak perkenalanku dengan Lee Min Ho. Kami belum lagi bertemu, dan tidak ada yang mengusulkan di antara kami untuk saling bertemu lagi.

"Gae Hee, bisa kita bertemu? Aku ingin melihatmu. Di tempat biasa."

Itu pesan dari L. Membuatku kembali bingung dengan perasaanku. Apa yang diinginkannya? Kenapa dia terus seperti itu? Aku tidak membalasnya, aku tidak harus datang ketika dia memintaku datang.

"Kenapa kau pulang tanpa pamit waktu itu? Kau salah paham? Gadis itu bukan siapa-siapa, aku masih menyukaimu. Aku ingin bertemu denganmu sekarang."

Bukan siapa-siapa? Tapi kenapa begitu mesra? Kenapa kalian berpelukan dan berciuman? Kebohonganmu terlalu mengada-ngada L!

Ini harus segera kuakhiri. Baiklah, ini untuk yang terakhir kalinya L. Setelah ini aku tidak mau berurusan denganmu, aku benar-benar ingin melupakanmu karena luka yang selama ini kau beri tidak mungkin bisa kau sembuhkan.

Bersusah-payah aku untuk sampai di sebuah kafe tempat kami biasa bertemu dulu saat hujan deras begini, saat aku dan L masih berkencan. Kafe yang sama, menu yang sama dan tempat duduk yang sama. Tetapi, tempat duduk yang sama itu sedang ditempati oleh L dan seorang gadis. Bodohnya aku, aku mematung di ambang pintu kafe ini.

"Kau menghubungi gadis itu L? Kau langsung memutuskan akan kembali dengan gadis itu setelah kubilang kita putus? Kau pikir aku serius? Aku hanya sedang emosi L."

"Jadi itu tidak benar?"

"Aku sangat mencintaimu L."

Cukup sudah. Aku tidak akan melanjutkan langkahku dari ambang pintu ini untuk menampakan diri di hadapan L. Jika aku menampakan diri, aku hanya akan semakin menjatuhkan harga diriku. Padahal niatku hanya untuk memberitahunya agar tidak lagi menghubungiku, tetapi kenapa aku merasa sangat terhina?

"Gae Hee, maafkan aku. Aku tahu kau pasti tidak akan datang untuk memenuhi permintaanku. Aku tarik permintaanku tadi. Maaf sudah mengganggumu."

Pintar sekali kau L. Langsung mengambil langkah cepat mengirimiku pesan singkat kebohongan itu. Kau pikir aku tidak tahu L? Kau hanya menganggapku sebagai pelarian bukan?

Aku berjalan menuju halte, menangisi kebodohanku di tengah hujan. Hari ini aku berjanji pada diriku sendiri. Aku tidak akan datang lagi ketika dia memintaku dengan alasan apapun.

Menunggu bus. Satu-satunya hal yang sedang kulakukan sekarang. Dan tiba-tiba aku teringat pria itu, pria yang mampu membuatku tertawa disaat aku menangis seperti ini. Apa aku harus menghubunginya? Lalu menceritakan kebodohanku hari ini. Apa itu tidak terlalu memalukan?

"Cho Gae Hee Shi."

Rinai hujan seakan terhenti, angin pun seakan bergerak dengan pelan, suara gemuruh di langit tak lebih terdengar jika dibandingkan gemuruh dalam dadaku. Ya, itu yang sedang kurasakan sekarang saat suara itu terdengar.

"Lee Min Ho Ssi."

Ini seperti bukan aku, Cho Gae Hee yang langsung melemah di hadapan orang lain dan ingin menjadikan orang lain sebagai tempat bersandar. Air mataku yang masih tercampur dengan air hujan ini mengalir semakin banyak saat pria ini hadir di hadapanku.

"Kau kenapa?"

Min Ho meletakkan payungnya, lalu berjongkok di hadapanku. Seakan dia sangat siap menerima semua curahan hatiku.

"Sebenarnya aku malu mengatakan ini. Tapi kau tahu Min Ho Ssi? Hari ini aku ingin menemui L karena aku ingin memintanya untuk tidak menghubungiku lagi setelah dia terus memintaku kembali. Tapi yang terjadi justru aku melihat hal yang tak seharusnya kulihat, dia mombohongiku, ternyata aku..."

Aku tak lagi melanjutkan, tenggorokanku seperti tersekat oleh sesuatu. Terlalu menyakitkan disaat kebohongan itu sudah sangat jelas terkuak.

"Aku tidak tahu apa lagi yang terjadi antara kalian. Tapi yang kutangkap dari ceritamu adalah kau sangat kecewa pada orang itu 'kan? Kau sudah tidak percaya padanya dan kau tidak mau berurusan lagi degannya?"

Aku mengangguk pelan, lalu berusaha menghapus air mataku dengan kedua tangan ini. Min Ho memegang kedua tanganku, melarangku untuk menghapus air mataku, dia mengganti kedua tanganku ini untuk menghapus air mataku. Bahkan ia membereskan rambutku yang sebagian menutupi wajahku. Min Ho lalu duduk di kursi halte, di sebelahku.

"Jangan menangis lagi."

Aku tidak mengerti bagaimana awalnya aku bisa berada dalam pelukannya. Dia mengusap rambut basahku, menenggelamkanku dalam dada bidangnya.

"Mulai sekarang, jangan datang saat dia memintamu datang. Dan yang harus kau lakukan adalah pergi meski dia tidak memintamu pergi."

Aku hanya mengangguk. Ada banyak pertanyaan yang ingin kutahu jawabannya. Tapi aku juga bingung dengan perasaanku sekarang.

"Apa yang membuatmu yakin untuk datang dengan tujuan menyuruhnya tidak menghubungimu lagi?"

"Kata L, wanita yang bersamanya itu bukan siapa-siapa. Dan aku tahu bahwa itu kebohongan besar, jika wanita itu bukan siapa-siapa mana mungkin semesra itu."

Ya Tuhan, apa yang baru saja kukatakan? Aku tak seharusnya menjawab seperti itu dalam situasi seperti ini.

"Maksudmu aku ini siapa-siapamu?"

"Eoh..?"

Aku melepas pelukannya. Tidak seharusnya aku tenggelam olehnya disaat aku belum sepenuhnya melupakan L.

"Cho Gae Hee, jangan terus memandang cinta yang menjauh. Kau juga harus mulai memandang cinta yang sedang mendekat."

"Maksudmu?"

"Mau kuantar pulang?"

Aku mengangguk saja tanpa memperpanjang pertanyaanku yang belum dijawab olehnya. Jangan terus memandang cinta yang menjauh, aku mengerti bahwa cinta yang menjauh itu adalah L. Dan aku harus mulai memandang cinta yang mendekat, siapa? Mungkinkah?


**


Semuanya sudah selesai sore ini, hanya tinggal menunggu malam untuk segera memulai pesta ini.

"Kau bisa datang 'kan Min Ho Ssi?"

"Maafkan aku Gae Hee, sepertinya aku tidak bisa datang."

"Kalau tahu kau tidak datang, seharusnya aku tidak membuat pesta ini."

"Cho Gae Hee, Aku janji akan memberikanmu kado yang sangat spesial, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku di kantor.

Bodoh. Aku tidak membutuhkan kado apapun. Aku hanya ingin kau datang Tuan Lee. Sejak pelukan yang menenangkan itu, aku dan Lee Min Ho menjadi semakin akrab meski hanya lewat telepon atau pesan singkat. Sampai suatu hari dia mengajakku untuk bertemu, dan kujawab ya, tapi di pesta ulang tahunku, dia setuju. Tapi sekarang? Dia justru masih sibuk dengan pekerjaannya di kantor yang tidak bisa ditinggalkan. Kau cukup memberikanku tawa lepasmu di hari ini, Tuan Lee. Kenapa aku merindukanmu malam ini? Apa hatiku sudah benar-benar beralih padamu?

Malam tiba, ruang tamu yang kusulap menjadi ruang pesta ulang tahun ini berkilau oleh lampu-lampu pesta. Alunan musik klasik pengiring dansa mengalun merdu.

"Gae Hee, selamat ulang tahun. Kau cantik sekali malam ini."

Kulihat sekeliling ruang pesta ini untuk menemukan pria itu, L. Siapa yang mengundangnya? Sepertinya ada pengkhianat yang memberikan undangan pada L, satu-satunya orang yang dilarang keras masuk ke tempat ini. Itu dia, L.

Pria itu tersenyum saat aku menemukan keberadaannya. Kupikir L putus lagi dengan wanita itu. Maaf L, aku tidak akan seperti aku yang dulu. Aku tak membalas senyumnya, aku justru membalas dengan wajah jutekku.

L berjalan ke arahku, kurasa dia ingin membicarakan sesuatu. Tapi langkahnya terhenti ketika seseorang menyalipnya, bahkan sedikit menabrak bahu kanannya dari belakang. Orang itu tersenyum sambil berjalan ke arahku. Apa ini? Apa ini sebuah kejutan? Dia datang, Lee Min Ho.


Pria yang membawa kado dengan bungkus berwarna merah muda itu menghampiriku, lalu menyerahkan kado itu padaku.

"Apa isinya?"

"Itu tak penting."

"Benarkah?"

Dia tersenyum lagi. Menatapku di bawah sinar lampu redup, di antara alunan suara saxophone yang terdengar begitu mendayu dan romantis. Teman-temanku mulai mengikuti alunan musik itu dengan berdansa bersama pasangan masing-masing. Dan aku masih di tempat, meresapi suasana pesta ulang tahunku bersama orang ini, orang yang belum lama kukenal tetapi sudah mampu menguasaiku.

"Selamat ulang tahun sayang, maaf aku membohongimu tadi. Mana mungkin aku melewatkan ulang tahunmu yang pertama setelah kita berkenalan."

"Kau baru saja mengatakan apa tadi? Sa-yang?"

"Tidak bisakah kau hanya membalas terimakasih padaku?"

"Terimakasih, kau telah membohongiku tadi. Aku baru pertama kali merasakan kebohongan yang begitu indah, dan itu darimu. Jika kau tidak berbohong, mungkin rasa bahagiaku tidak akan sebanyak ini. Terimakasih telah datang Tuan Lee."

"Cho Gae Hee," ucapnya lembut, tak pernah mengalihkan tatapannya dariku.

"Kau ingin balas dendam?"

"Balas dendam?"

Aku memang bodoh tak mengerti awalnya. Tetapi saat dia mendekatkan wajahnya dengan pelan pada wajahku, menghembuskan napasnya yang memburu hingga membuat permukaan kulit wajahku menghangat, dan melekatkan bibirnya dan bibirku dengan sangat lembut, aku baru mengerti maksud dati kata balas dendam itu. Aku terpejam merasakan aksi balas dendam ini, menghayati setiap inci sentuhan bibirnya pada bibirku, membiarkan diriku benar-benar tenggelam dan terjatuh ke dalam pelukannya. Hari ini dia membuatku yakin, dia membantuku, juga mengarahkanku untuk tak lagi memandang cinta yang menjauh dengan membuatku hanya memandang cinta yang datang mendekat yakni dia, Lee Min Ho.


L yang melihat adegan romantis ini lantas pergi, kali ini L turut merasakan bagaimana perasaanku disaat dia bermesraan dengan gadis itu. Tapi aku melakukan ini bukan semata-mata karena L. Ada hal lain yang lebih penting dari sekedar aksi balas dendam.



"I like you, i love you baby," ucapnya berbisik. "Mau menerimaku?"

Kau tahu Min Ho Ssi? Kau benar-benar berhasil menggodaku, kau mampu membuatku tergila-gila hanya karena kejutan ulang tahun sederhana yang kau berikan.

"I like you too, i love you too baby."

Hari ini adalah hari ulang tahun terindah. Kado terindah ini akan selalu kujaga, kucinta dan kusayang. Buku diary darimu dan tentu juga cinta darimu.



생일 축하 자기 (Happy birthday my dear)." - Lee Min Ho for Cho Gae Hee -





END

6 komentar:

  1. " jangan terus memandang cinta yang menjauh. Kau juga harus mulai memandang cinta yang sedang mendekat"
    huaaa... ini tuh... maniiss bgt... :D
    nice story kak vie.. :)
    aku baca sambil denger lagunya loh kak.. hehehe
    daann.. aku jd keinget bbf yg episode berapa gitu (aku lupa -_-) saat kim bum bantuin Ga Eul balas dendam setelah di khianatin cowoknya.. hahaha
    kereennn kak vie, :D
    gomawo eonni.. ({}) kadonya aku suka bgt.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, envy jg buat nih ff, abs suka bgt sm krktr oppa dsni ( Loh jd komentari karktr tkoh ff sndri -___-) tp ga apa lah pnhcualian di hr ultah dk thilmaa. Kuijinkan si tampan dan mempesona ini brsamamu :/

      Bagus bagus, knpa hrs dngrin? Krna k bkin nh ff pas udh msuk scene stlh di kafe, smbil dngrin tu musik. Klo k ttp d dpn tv smbil lht bang ipul, tkut ga dpr efek romantisnya. Eh eh emngnya ini dpt ya? -____-) hahaa

      Ff ini di awal2 ga kpikiran mau ending bgitu loh dek juga ada dialog bls dndam, hahaha. Pas L dtng aja knp pngn bgt minho ngucapin itu. Heeee :D biar tau rasaya L :p

      Sukurlah klo suka kadonya dk :D

      Hapus
  2. Asiikkk... Min ho oopa d relakan utk aku.. Hahaha
    Yaelaahhh.. Jangan sampe deh karakter bang ipul nyampur dlm karakter oppa.. Bisa kacau ntar.. Hahaha
    Ohiya, aku ingat, kim bum main saxophone kayak d bar gitu ya kak?
    Itu salah satu scene favorit aku loh. Makanya ngena bgt pas baca cerita ini.. Jd ingat scene itu... Hahaha
    Mulai dr kimbum nemuin ga eul nangis d jalan, make over dia, ngasih syalnya ke ga eul, sampai main saxophone d bar. Itu so sweet bgt.. :D

    Iyaaa.. Pas L datang tuh rasanya sebel bgt, tp pas tiba2 oppa lewat dan nyenggol dia dr blkang itu rasanya lega bgt.. Rasanya pengen bilang ke si L "huuhh.. Rasain lo!" hahahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya utk tgl 22 feb ya -,-

      Ujung2nya ni ff jd stngh parodi yg tak disrngaja ya dek... hahahaha :D

      Ciye ciyeee yg udah melupakan L. Tp ksian jg L ya. Hahha
      Andai ada cwok kyk oppa d ff ini. Melindungi bngt, coll tp hot, misterius dan apalah apalahhhh siapa yg ngga tergoda....???

      Rasain lo L rasaiiiiin udh disenggol tanpa rasa hormat dr oppa . Ehh hrs mnyaksian pmndangan yg omg bgt... wkwwwk *Puas (-___-)

      Hapus
  3. .ga tau napa aldi serasa jd couple kak thimaa di ff nuna yg ini ,,,,
    .mungkin karena pmran utama y hyung lee min ho,,he
    .HBD thilmaa nuna,,,, :)

    BalasHapus
  4. Feel kena bngt say,aku suka (y)
    Aku juga mau dunk say bkinin ff....

    by:Lia

    BalasHapus